RSS

Gembus

CILACAP – “Monggo bu…gembuse tesih anget niki, tembe kemawon ngentas,” sapa hangat lelaki tua yang juga tengah sibuk menusuk-nusuk wajan penggorengan dengan kedua stik ditangan.

Sambil sibuk memainkan kedua stik kemudian lelaki tua ini kembali bertanya, “Mundhut pinten bu? Gangsalatus nggih kenging, sewu kenging, lah pinten-pintena kula doli,” ujar Mad Siam, salah satu penjual “Gembus” asal desa Kalisabuk. Si ibu menyodorkan uang ribuan dua lembar, “Niku kalihewu mawon, ning nyuwun sing nembe ngentas niku,” katanya.

Gembus adalah salah satu makanan tradisional khas Cilacap. Bentuknya unik seperti donat putih, rasanya gurih, renyah dan empuk saat panas dan sedikit kenyal bila mulai dingin. Gembus cocok disantap saat masih panas, lebih enak lagi bila dicocol dengan sambal pedas Indofood atau semacamnya. Terlebih disaat udara sedang dingin.

Gembus merupakan gorengan yang terbuat dari ketela pohon atau orang Cilacap menyebutnya budin. Bahan baku gembus sangat mudah didapat. Ketela dipilih yang empuk ( mempur ), setelah dikupas kemudian dikukus ( didang ) selanjutnya ditumbuk menyerupai gethuk. Setelah menjadi adonan menyerupai gethuk kemudian dibentuk seperti donat kecil-kecil. Selesai digiling dan dibentuk seperti donat selanjutnya dianginkan beberapa saat.

Proses pembuatan gembus mentah dilakukan pada pagi hingga siang hari. Selanjutnya sore hari siap untuk digoreng. Gembus mentah hanya tahan sampai tiga hari tiga hari.

Beberapa tahun yang lalu untuk menikmati gorengan gembus harus menunggu ada tontonan pagelaran wayang, calung, atau musik yang digelar malam hari di desa maupun di kota. Belum pas rasanya kalau nonton wayang atau calung pulangnya tidak beli gembus untuk oleh-oleh. Namun seiring dengan perubahan jaman, saat ini sangatlah mudah untuk mendapatkan gorengan gembus di sekitar kota Cilacap tanpa harus menunggu ada panggung hiburan.

Saat kita jalan-jalan sore atau malam hari di sepanjang jalan utama seperti Jalan Gatot Subroto, S. Parman dan kawasan lapangan eks. Batalyon Cilacap, biasanyanya mereka mangkal di setiap pertigaan seperti Jalan Lawu, Bromo, lampu merah CPM, pertigaan Katamso dan pintu masuk lapangan eks Batalyon. Atau mungkin pas bepergian dari kota kearah Adipala kita akan melihat ada bakul gorengan yang pegang stik sambil duduk di pinggir jalan dengan lampu senthir.

Jualan gembus cukup lumayan untuk ukuran Mad Siam, pada hari biasa dalam sehari mampu menjual minimal 10 kg gembus atau setara dengan 400 biji gembus, hasilnya jauh lebih besar saat ada panggung hiburan seperti wayang bisa mencapai 25 kg. Harga jual gembus relative murah Rp 1.000 sejinah ( sejinah = 10 biji ). Kegiatan jualan gembus dilakukan oleh Mad Siam disaat garapan sawahnya sudah senggang.

gembus manakan banyumasan khas

gembus manakan banyumasan khas

 

 

 

 

 

 

 

from httc://cilacap_media.com/index.php/rubrik/wisata-kuliner/71-gurihnya-gorengan-qgembusq.html


Your Comment






Skip to toolbar