Salam Agent of Change!
Pada kesempatan kali ini saya akan memposting salah satu tugas kuliah saya pada semester 5 yakni mengenai Pengertian, Faktor Pembeda, dan Contoh dalam masyarakat tentang Disease dan Ilness yang termasuk pada mata kuliah Antropologi Kesehatan. Berikut penjelasannya 🙂
Pengertian Konsep Disease dan Illness
Penyakit dalam pandangan budaya adalah pengakuan sosial bahwa seseorang tidak bisa menjalankan peran normalnya secara wajar dan bahwa harus dilakukan sesuatu terhadap situasi tersebut. Dalam kajian antropologi, khususnya antropologi kesehatan kita mengenal dua istilah yang berbeda meskipun memiliki arti sama antara keduanya yakni penyakit. Dua istilah konsep tersebut ialah disease dan illness.
Disease dianggap sebagai suatu konsep patologi, pada dasarnya disease mempunyai arti yakni sebuah penyakit. Disease merupakan pandangan sakit menurut ahli medis masa kini dimana mereka melihat sebuah penyakit sebagai gangguan pada tubuh manusia yang mengakibatkan hilang atau berkurangnya fungsi dari organ-organ tubuh manusia. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan atas suatu diagnosa dan pemeriksaan secara klinis atau medis, sehingga upaya penyembuhannya pun dilakukan dengan berdasarkan ilmu-ilmu pengetahuan yang telah teruji secara ilmiah.
Selanjutnya ialah Illness, illness sendiri memiliki sebuah arti yakni sakit. Ilness merupakan pandangan sakit dalam perspektif kultural (budaya), yang mana menurut pandangan dari illness ini adalah bahwa orang yang dikatakan sakit apabila orang tersebut tidak dapat menjalankan fungsi dan peranan sosialnya, ia tidak dapat melakukan segala aktivitasnya dalam kehidupan sehari-hari. Diagnosa atas sakitnya tersebut ialah dilakukan oleh diri individu itu sendiri dengan berdasarkan apa yang dirasakannya serta pengetahuan yang dimilikinya. Ilness juga dianggap sebagai suatu konsep kebudayaan.
Faktor Pembeda Disease dan Illness
Dari pengertian disease dan illness yang sudah di jelaskan di atas , terdapat suatu faktor pembeda antara keduanya antara lain :
Disease (penyakit) ada berdasarkan diagnosa klinis atau para ahli medis modern yang penyembuhannya juga berdasarkan ilmu pengetahuan yang telah teruji dan sudah ilmiah. Sedangkan pada konsep Illness (kesakitan) diagnosanya berdasarkan pada ilmu pengetahuan diri sendiri. Dimana penyebab Illness bisa dari disease, tapi disease tidak selalu illness. Disease dapat terjadi atau terbentuk oleh adanya kelainan (gangguan) pada organ-organ tubuh manusia. Sedangkan ilness terbentuk oleh adanya faktor-faktor kultural (budaya) yang dipengaruhi oleh pendapat atau pengetahuan diri sendiri, pemberian nama, pengalaman serta proses penilaian seseorang yang tidak menyenangkan. Selain itu, Disease ini dianggap sebagai suatu konsep yang Patologi (ilmu mengenai kesehatan medis modern) atau berdasarkan pada biologis manusia, sedangkan Illness dianggap sebagai suatu konsep sakit berdasarkan kultural atau kebudayaan, dengan kata lain illness juga didefinisikan sebagai akibat masuknya suatu objek karena ilmu sihir maka pengeluaran objek tersebut mutlak bagi kesembuhan si pasien. Proses penyembuhan dari pasien tersebut mungkin dari ahli sihir untuk menetralisir dan meyakinkan pasien bahwa penyakit tersebut tidak akan datang kembali padanya.
Contoh dalam Kehidupan Masyarakat
Suatu hari Dinar mengalami gatal-gatal pada seluruh tubuhnya , tangan dan kakinya tidak dapat merasakan apa-apa (mati rasa), munculnya bercak-bercak merah pada kulit yang sangat gatal dan lain sebagainya. Dinar hanya berpikir bahwa ini penyakit gatal biasa. Akan tetapi setelah Dinar pergi memeriksakan dirinya ke dokter, dokter mengatakan bahwa Dinar menderita penyakit kusta dimana penyakit tersebut adalah salah satu penyakit kulit yang menular. Dahulu, penyakit kusta ini dianggap oleh masyarakat adalah suatu penyakit kutukan yang mana menular sehingga penderita penyakit kusta sering dijauhi atau diasingkan dari masyarakat karena masyarakat tidak mau tertular terkena penyakit kulit yang satu ini. Padahal sebenarnya, menurut ahli medis modern penyakit kusta ini disebabkan oleh suatu bakteri yang bernama bakteri Mycobacterium leprae menjadi penyebab utama kusta. Bakteri ini tumbuh pesat pada bagian tubuh yang bersuhu lebih dingin seperti tangan, wajah, kaki dan lutut. M. leprae termasuk jenis bakteri yang hanya bisa tumbuh berkembang di dalam beberapa sel manusia dan hewan tertentu. Cara penularan bakteri ini adalah melalui cairan dari hidung yang biasanya menyebar ke udara ketika penderita batuk atau bersin.
Dinar kemudian diberikan oleh dokter atau ahli medis modern untuk pengobatan penyakitnya itu. Bahwa Mayoritas penderita kusta didiagnosa secara klinis akan diberi antibiotik sebagai langkah proses pengobatan selama 6 sampai 2 tahun tergantung dari jenis penyakit kusta tersebut untuk mempermudah dokter dalam memberikan resep obat penyakit kusta yang diderita Dinar agar segera di tindaklanjuti pengobatannya. Karena apabila penderita penyakit kusta tidak segera diobati atau ditindaklanjuti maka akan berdampak lebih parah lagi pada kesehatan tubuh Dinar.
Dalam kasus tersebut terdapat dua pandangan sakit menurut konsep disease dan illness, dimana menurut pandangan illness penyakit kusta tidak disebabkan oleh bakteri atau yang lainnya melainkan penyakit tersebut adalah suatu kutukan karena penyakit tersebut dapat menular ke semua orang yang berada didekatnya sehingga penderita penyakit ini sering dijauhi atau diasingkan dari masyarakat itu sendiri. Hal tersebut berarti bahwa konsep sakit tersebut didasari oleh kultur (kebudayaan). Sedangkan menurut pandangan sakit dari konsep disease adalah penyakit kusta sebenarnya disebabkan oleh suatu bakteri yang bernama bakteri Mycobacterium leprae yang berkembang dalam tubuh penderita sehingga penderita merasakan gatal yang amat sangat dan mati rasa pada tubuhnya , diagnosa tersebut dikatakan berdasarkan dari ahli medis modern. Proses penyembuhan untuk penderita penyakit kusta ini juga didasari dengan ilmu pengetahuan yang sudah teruji secara ilmiah yang dibuktikan dengan cara dokter memberikan sebuah tulisan resep obat untuk proses penyembuhannya si pasien (penderita).
Referensi :
Anderson, Foster. 2006. Antropologi Kesehatan (Ed. Terjemahan). Jakarta : Universitas Indonesia Press.