Salam Agent of Change!
How are you readers? fine? ok!. Kesempatan kali ini saya akan memposting tugas kuliah saya yakni terkait dengan tugas mata kuliah umum Bahasa Indonesia. Saat itu, saya masih semester 4 dan dosen MKU saya memberikan tugas membuat sebuah cerita pendek (cerpen) yang asli buatan sendiri. Nah, disini saya akan memposting cerpen asli buatan tangan serta pikiran saya sendiri lho 🙂 ya walaupun hasilnya tidak sebagus penulis lainnya. But, semoga kalian bisa mengambil hikmah dari cerpen saya ini 🙂 selamat membaca 🙂
PERSAHABATAN LEBIH PENTING DARIPADA PACAR
Fivi, Santika, Ryani dan Isti mereka adalah empat orang yang sangat akrab dan selalu bersama setiap saat baik dikelas perkuliahan atau dimanapun. Awalnya mereka tidak saling bertemu dan mengenal satu sama lain. Pertama kalinya mereka berkenalan dan bertemu adalah pada saat mereka berada di sebuah Auditorium untuk melakukan verifikasi pendaftaran SNMPTN di salah satu Universitas Negeri ternama di Kota Semarang, Jawa Tengah. Daerah asal merekapun berbeda-beda yaitu mereka ada yang berasal dari Kota Pemalang, Tegal dan Purwokerto. Fivi dan Santika mereka sama-sama berasal dari Pemalang dan dari satu sekolah yang sama jadi mereka memang sudah akrab satu sama lain. Hal yang tak disangka-sangka oleh mereka yakni ternyata mereka satu jurusan dan satu rombel kelas di jurusan mereka tersebut.
“Maaf mba , saya mau bertanya kalau mau verifikasi pertama kali gimana ya mba?” tanya Riyani pada Fivi.
“Nunggu disini dulu mba, baru nanti kalau sudah dipanggil nama kakak baru deh mba masuk ke dalam dan ikutin arahan dari petugas yang…” Jawab Fivi
“Ih lama banget sih padahal udah nunggu dari tadi pagi, udah mau jam setengah 11 belum dipanggil juga!” kata Santika yang tiba-tiba memotong pembicaraan Fivi dan Riyani.
“Petugas yang mana ya mba? Jadi saya duduk dan nunggu disini dulu ya mba? Baru saya bisa mengikuti semua kegiatan verifikasi mahasiswa baru ini ya?”
“Ya itu tuh mba petugas yang ada dan jaga di acara verifikasi ini, tadi saya dan teman saya ini tanya dulu ke petugasnya dan mereka jawab begitu.”
“Oalah ,, gitu ya mba. Makasih ya mba. Oke deh saya duduk samping mba aja soalnya saya datang kesini sendirian mba. Ngomong-ngomong mbak dan teman mbak ini namanya siapa ? saya Ryani , asal saya dari Purwokerto.” Kata Riyani
“iya mbak sama-sama boleh mba duduk sini aja. Nama saya Fivi Nurhidayah dan ini teman saya namanya…”
“Hallo mba , nama saya Santika Dwi. Panggil aja Santika Cantik. Hahaha..(sambil menjabat tangan Riyani). Kita berdua asalnya dari Pemalang mba , mba tau kan Pemalang? Kota yang terkenal dengan oleh-oleh khasnya itu Ogel-Ogel mba. hahaha” kata Santika yang selalu saja memotong pembicaraan si Fivi.
“Dasar kamu San sok cantik banget si San! Kamu tuh yang sukanya ogel-ogel kaya bebek, hahaha… ” jawab Fivi Kesal.
“Kalian ternyata lucu juga ya orangnya, biasanya kalau orang yang baru bertemu dan kenalan itu diam dan ketus, tapi kalian ini gak sama sekali.Senang banget bisa kenal dan bertemu kalian disini mbak.”
Mereka bertiga akhirnya duduk bersama dan mengobrol, bersenda gurau dengan asyiknya seperti sahabat yang sudah lama kenal satu sama lain sembari menunggu panggilan nama mereka untuk mengikuti semua arahan dari petugas dan panitia verifikasi mahasiswa baru di universitas tersebut. Setelah semua selesai mengikuti arahan verifikasi mahasiswa baru di universitas mereka, verifikasipun selesai dan mereka kembali ke rumah kost mereka masing-masing. Satu minggu kemudian setelah verifikasi dan serangkaian kegiatan yang harus dipenuhi sebagai syarat mereka telah menjadi mahasiswa baru ditingkat universitaspun berakhir. Selanjutnya karena mereka mengambil jurusan perkuliahan yang sama dan satu rombongan belajar (rombel) mereka harus mengikuti kegiatan sebagai mahasiswa baru di jurusan mereka sebelum kuliah perdana semester satu, yaitu kegiatan orientasi mahasiswa jurusan sosiologi dan antropologi. Kegiatan tersebut diadakan dengan tujuan untuk memperkenalkan mahasiswa baru dan kakak tingkat mereka untuk dapat berkenalan dan menjalin hubungan kekeluargaan mereka satu sama lain. Kegiatan ini dilaksanakan di kota lain selama tiga hari dua malam. Mereka bertigapun mengikuti dengan sangat kompak dan mereka seperti sudah bersahabat lama meskipun baru satu minggu berkenalan. Ketika tiba di penginapan semua peserta dibagi menjadi tiga kamar, dan mereka bertiga lagi-lagi berada didalam satu kamar penginapan yang satu kamarnya berisi 20 peserta.
Ketika datang waktu sholat Ashar, Riyani meminjam mukenah milik Fivi karena ia tidak membawa mukenah.
“Fivi, kamu bawa mukenah tidak? Boleh pinjam gak Vi? Aku lupa gak bawa mukenah nih.”
“ya boleh dong Ri, kebetulan aku sudah selesai sholatnya” (sambil memberikan mukenah kepada Riyani.
Setelah lima menit kemudian,,
“Vi, makasih ya mukenahnya.” (sambil melipat mukenah milik Fivi dan memberikannya kepada Fivi).
“Iya Ri, sama-sama.” Jawab Fivi
“Eh, Vi bedak punyaku kebawa kamu gak ya? Kok punyaku gak ada ya? Padahal tadi aku taruh di tas make-up ini.”
Tiba-tiba ada anak perempuan berkacamata bertanya kepada Fivi, tanpa sadar Riyani menjawab pertanyaan perempuan itu.
“Tadi saya lihat di sebelah meja itu mba ada bedak tapi gak tahu punya siapa.”
“Kamu siapa ya? Aku gak lagi bicara sama kamu, aku lagi bicara sama Fivi!” jawab perempuan tersebut dengan nada kesal.
“Iya Is, bedak kamu kebawa aku. Tadi di kost aku lupa ngembaliin ke kamu soalnya buru-buru kumpul kelompok sih. Oh iya , kenalin ini Ryani asal Purwokerto. Dia kan teman kita juga satu rombel Is.”
“Maaf ya mba, saya gak bermaksud.”
“Tidak apa-apa mba. Maaf saya ketus, saya gak marahin mbak kok. Oh iya, kenalin nama saya Isti asal saya dari Tegal. Salam kenal ya mba.” (sambil menjabat tangan Riyani)
“Eh iya mba, salam kenal kembali. Semoga kita bisa menjadi teman baik bahkan lebih dari teman seperti layaknya keluarga ya mba. Aamiin..” jawab Riyani sambil menjabat tangan Isti dan keduanya tersenyum.
Tiba-tiba Santika datang dari luar kamar , Santika berkata bahwa semua peserta harus segera baris sesuai dengan kelompok mereka masing-masing untuk mengikuti kegiatan yang diadakan oleh Panitia yakni oleh kakak-kakak tingkat mereka. Hari demi hari mereka lalui dengan serangkaian kegiatan orientasi mahasiswa baru di tingkat jurusan mereka. akhirnya kegiatan orientasi mahasiswa barupun selesai.
Dua hari kemudian setelah mereka sudah bebas melewati semua rangkaian masa orientasi yang harus mereka jalani sebagai syarat mahasiswa baru, mereka akhirnya menjalani kuliah perdana mereka sebagai mahasiswa sosiologi dan antropologi yang sudah resmi dan sudah lumayan mengenal teman satu rombel mereka. Hari demi hari, minggu demi minggu, semester demi semester mereka melewati perkuliahan mereka hingga mereka sudah semester tiga , mereka lewati dengan penuh canda dan tawa tanpa ada permasalahan yang terjadi diantara mereka. Akan tetapi, suatu hari ada hal aneh terjadi pada sikap Fivi kepada tiga sahabatnya itu. Fivi seakan menjauhi tiga sahabat karibnya tersebut, Fivi lebih mementingkan Tyo dibanding tiga sahabatnya Fivi lebih banyak bersenda gurau dengan Tyo. Tyo adalah pacar Fivi yang mana dia mahasiswa sosiologi dan antropologi rombel dua angkatan mereka. mereka berpacaran sejak masa orientasi jurusan sampai sekarang mereka sudah kurang lebih 1 tahun menjalani hubungan. pada semester 1 dan 2 Fivi masih bisa membagi waktu dengan pacarnya dan sahabat-sahabatnya itu, akan tetapi Fivi berubah pada pertengahan semester 3 saat Tyo mengambil mata kuliah pilihan dan dia mengambil di rombel satu bersama dengan Fivi.
Saat itu, mereka ber-empat berangkat kuliah bersama dan seperti biasanya mereka selalu duduk bersebelahan satu deretan tempat duduk di kelas. Akan tetapi , Fivi tidak seperti biasanya ia menolak untuk duduk bersebelahan dengan tiga sahabat karibnya.
“Vi, sini duduk sebelahku kebetulan kosong nih.” Ajak Isti yang duduk hampir dekat tembok karena tempat duduk hampir penuh oleh teman-teman satu rombelnya.
“Gak ah, aku duduk di belakang kalian aja aku gak mau pojok.” Jawab Fivi.
“Biasanya juga milih duduk dipojok biar bisa mainan hp kamu Vi. Hahaha.” Sindir Santika (sambil menaruh tas).
“Gak tau tuh, gak kayak biasanya kamu gitu Vi.” Sambung Riyani.
Riyani,Isti dan Santika tidak tahu kalau Tyo ikut di kelas yang sama dengan mereka karena mata kuliah ini adalah mata kuliah pilihan jadi rombel dua juga bisa memilih mau masuk di rombelnya sendiri atau di rombel satunya. Tyopun masuk ke dalam kelas.
“Oalah pantesan Fivi gak mau duduk sebelahan bareng kita ternyata Tyo kuliah bareng dia disini” bisik Isti dengan kesal
“Iya, ternyata itu alasannya. Sekarang kita jadi tahu kan gimana Fivi sekarang gak kaya dulu lagi.” Bisik Santika menambahkan.
“Ssst.. jangan begitu, mungkin dia memang lagi pengin sama si Tyo.” Bisik Ryani mencoba menenangkan dua sahabatnya itu.
“Tyo, duduk disini aja disitu gak enak dekat tembok.” Ajak Fivi.
Tyo pun duduk disebelah Fivi dan selama kurang lebih dua jam perkuliahan berlangsung Fivi tidak mengajak bicara ketiga sahabatnya tersebut. Fivi hanya berdiskusi dengan Tyo pacarnya. Tiga sahabatnya merasa kesal , merasa diacuhkan oleh Fivi. Mereka bertiga merasa tergantikan oleh Tyo. Bagaimana tidak merasa kesal atau jengkel Fivi tanpa sadar telah mengacuhkan tiga sahabatnya tersebut dan asyik dengan pacarnya itu, selama kurang lebih satu minggu Akhirnya mereka bertiga mengacuhkan Fivi, Fivi bicara mereka tidak meresponnya. Fivi pun galau, dia bertanya-tanya apa kesalahan yang telah diperbuatnya sehingga membuat ketiga sahabatnya tersebut menjauhi dirinya. Fivi pun memberanikan diri untuk bertanya dan meminta maaf kepada ketiga sahabatnya tersebut.
Fivi dan Isti tinggal bersama di satu rumah kost tetapi mereka beda kamar. Ketika Santika dan Ryani sedang main di rumah kost tepatnya di kamar Isti, tiba-tiba Fivi datang ke kamar Isti dan memberanikan diri untuk bertanya kepada mereka apa kesalahan yang telah diperbuatnya.
“Hallo… sahabat-sahabatku tersayang. Gimana tugas-tugas kalian sudah belum?” tanya Fivi.
“Belum.” Jawab Isti, Santika dan Ryani bersamaan.
“Idihh,, kompak banget jawabnya.” Kata Fivi sambil tertawa.
Suasana dalam kamar Isti pun hening , mereka bertiga pura-pura sibuk dengan gadgetnya masing-masing dan tidak merespon Fivi sama sekali.
“Heyyyyy…! tolong dengarkan aku, aku mau meminta maaf sama kalian. Jikalau aku punya kesalahan sama kalian. Tapi aku bingung , sebenarnya salahku apa sama kalian? Kok kalian jauhin aku begini?” Kata Fivi sambil menangis.
“Kamu gak tahu salahmu apa tapi kamu meminta maaf sama kita? Apa kamu gak sadar?” jawab Isti sambil mendekati Fivi.
“Aku benar-benar gak tahu kesalahanku apa, selama ini aku merasa baik-baik saja sama kalian, aku gak jahat sama kalian.”
“Emang Fivi kenapa sih kawan?” tanya Riyani yang memang suka telat mikir dan pelupa.
“Isshhh kamu ini Ri! Diam aja.” Kata Santika sambil menutup mulut Ryani.
“Langsung aja ya Vi! Salahmu itu, kamu mengacuhkan kita, kamu lebih memilih dan mementingkan pacarmu itu si Tyo! Daripada kita yang lebih dahulu mengenal dan menemani mu dalam suka maupun duka. Selama ini kamu baik-baik saja sama kita, tapi kenapa akhir-akhir ini kenapa kamu berubah. Kita dianggap apa sama kamu? Kamu bersenang-senang dengan Tyo, tapi ketika kamu sedih kamu menghampiri kita. Aku mewakili Ryani dan Santika merasa kecewa banget sama sikap kamu ini! Kebangetan!” Kata Isti dengan nada kesal dan marah kepada Fivi.
“Ta..ta…tapi.. aku gak bermaksud memengtingkan dia dibandingkan kalian, aku rasa sikapku biasa-biasa saja sama kalian dan juga Tyo. Mana mungkin aku lebih memperhatikan dia dibandingkan kalian?” kata Fivi sambil mendekati Isti.
“Dih, kamu gak sadar toh Vi? Kelakukanmu itu sungguh keterlaluan sama kita! Kita dianggap obat nyamuk kalo kamu lagi sama Tyo. Ya.. lebih baik kita menjauhi kalian, daripada jadi obat nyamuk orang pacaran.” Sambung Santika.
“Bener banget tuh! Emang selama ini kita jadi sahabat cuma buat dijadiin obat nyamuk dan kambing congek kalian aja apa? Mana ada yang mau?” kata Riyani kesal.
“Kok kalian ngomongnya begitu amat sih sama aku? Aku sayang kalian, kalian sudah ku anggap seperti keluarga keduaku, kalian yang lebih dulu mengenalku, kalau aku lagi sedih atau kangen rumah kalianlah yang bisa menenangkan aku dan menemaniku. Tolong maafkan kesalahanku, jika memang sikapku ini keterlaluan menurut kalian. Maaf.” Kata Fivi sambil menangis dan memegang ketiga tangan sahabatnya itu.
“Minta maaf sih gampang, tapi gak tahu deh nanti diulangi lagi sikap yang begitu apa gak dan apa kata maaf itu dapat dipertanggungjawabkan?” kata Isti sambil menatap Fivi tajam.
“Aku sungguh-sungguh minta maaf sama kalian, mungkin memang sikapku keterlaluan sama kalian. Aku lebih banyak ngobrol dan ketawa sama Tyo, aku mengacuhkan kalian, sekarang aku sadar. Aku akan mempertanggungjawabkan permintaan maafku ini, aku sayang kalian tolong maafkan aku ya sahabat-sahabatku tersayang.” Kata Fivi yang berusaha memeluk tiga sahabatnya itu.
“Lah,, itu sadar punya salah apa.. Tadi lagi pingsan apa gimana? Pantesan tuh hidung kamu makin pesek. Hahaha” Kata Santika yang mencoba mencairkan suasana.
“Oke,, aku maafin kamu Vi, tapi lain kali jangan gitu ya! Jangan diulangi, walaupun Tyo pacar kamu yang katanya sayang, perhatian sama kamu dan lain sebagainya apalah itu tapi tetap saja yang lebih sayang dan peduli sama kamu ya kita. Sahabatmu!” Kata Isti.
“aku juga deh maafin kamu Vi, Tuhan aja maha pemaaf masa kita sebagai hambaNya gak? Hehehe. Tapi ada syaratnya, kamu gakboleh duduk dibelakang berdua sama Tyo kamu dan Tyo harus tetap duduk disebelah kita. Kecuali kalau memang tempat duduknya penuh. Gimana?” Kata Riyani.
“Oke siap cantik-cantikku. Terimakasih ya sahabatku kalian terbaik! Aku sayang kalian! Aku janji gak akan ulangi lagi yang kaya begini.” Kata Fivi sambil memeluk erat tiga sahabatnya itu.
“Intinya yang harus kamu tahu dan ingat adalah bahwa sahabat lebih penting daripada pacar. Memang pacar juga seorang yang kamu sukai, tapi apa pacarmu itu selalu menemanimu setiap saat? Apa pacarmu yang sekarang akan menemanimu nanti? Ketika kamu susah kamu punya siapa? Ketika kamu nangis kamu ngadu ke siapa? Pacarmu bisa bantu banyak? Boleh pacaran ,boleh jalan bareng sama pacar, tapi ingat waktu ingat keadaan. Jangan seperti pas di kelas kamu malah memilih duduk berdua dengan Tyo dan mengacuhkan kita seakan-akan kita itu gak ada. Gaib! Seram kan? Jahat kan?” Kata Isti.
“Iya iya aku mengerti, aku paham maksud kalian. Maafin Fivi sekali lagi ya, mungkin aku masih kekanak-kanakan. Maaf ya kawan.” Kata Fivi.
“Udah ah! Maaf maaf maaf terus dari tadi, sudah yuk mending kita kerjain tugas kuliah, gak tau numpuk banget apa udah kaya sampah yang numpuk ditempat sampah. haha” Kata Santika.
Akhirnya persahabatan mereka sudah membaik, Fivi sudah mengakui kesalahan yang telah diperbuatnya dan meminta maaf kepada ketiga sahabatnya itu. Fivi sudah bisa membagi waktu kapan ia bersama dengan pacar dan kapan ia bersama dengan sahabatnya Pacar memang seorang yang disukai namun tidak harus meninggalkan sahabat demi pacar, karena persahabatan lebih penting daripada seorang pacar. Seorang pacar bisa saja meninggalkanmu kapan saja, tetapi sahabat mereka takkan pernah meninggalkanmu apapun kekuranganmu.