kapal-300x225

PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang

           Banyak yang menganggap dan mengira bahwa masyarakat nelayan adalah kelompok masyarakat yang tergolong miskin, demikian juga dengan masyarakat dukuh Siklayu kecamatan Sidorejo Kabupaten Batang ini, karena mereka adalah masyarakat yang hidup dalam daerah pesisir. Banyak yang hanya melihat kemiskinan ini dari pemukiman yang kumuh, kondisi pendidikan, dan juga perabotan-perabotan yang sangat sederhana.

Sebagai suatu kesatuan, masyarakat nelayan hidup dan tumbuh di daerah pesisir. Kaitannya dengan hal ini banyak pula yang beranggapan bahwa masyarakat yang hidup di daerah pesisir itu bermatapencaharian sebagai nelayan, padahal tidak hanya itu, karena ada juga masyarakat di daerah Dukuh Siklayu, Kecamatan Sidorejo, Kabupaten Batang ini yang bermatapencaharian sebagai petani, baik itu petani sawah, maupun petani tambak, pedagang maupun sebagai nelayan. Dan tanpa kita sadari bahwa profesi-profesi ini sebagai upaya untuk membantu mereka dalam mensejahterakan masyarakat di daerah pesisir tetsebut.

Sehingga dalam menyusun makalah hasil observasi ini saya akan sedikit menguraikan keadaan Dukuh Siklayu kecamatan Sidorejo, Kabupaten Batang ini sebagai usaha untuk mensejahterakan kehidupan mereka, karena mereka hidup di daerah pesisir, mulai dari matapencahariannya, sampai pada lembaga masyarakatnya, upaya pemerintah yang sudah dilakukan, dan program-program apa saja yang dapat dan sudah ada di Dukuh Siklayu, Kecamatan Sidorejo, Kabupaten Batang ini Sebagai usaha untuk membantu menunjang kesejarahteraan hidup masyarakat. Yang mana salah satunya adalah program Mitra Bahari (PMB), kebijakan retribusi pelelangan ikan, dan sebagainya

  1. Rumusan Masalah
  2. Bagaimana gambaran umum masyarakat Dukuh Siklayu, Kecamatan Sidorejo, Kabupaten Batang?
  3. Profesi apa saja yang terdapat pada masyarakat Dukuh Siklayu, Kecamatan Sidorejo, Kabupaten Batang?
  4. Bagaimana usaha untuk mensejahterakan masyarakat dukuh Siklayu, kecamatan Sidorejo, Kabupaten Batang?
  5. Tujuan Penulisan Laporan Hasil Penelitian
  6. Untuk memenuhi tugas Ulangan Tengah Semester mata kuliah Sosiologi Terapan
  7. Untuk mengetahui bagaimama gambaran umum masyarakat Dukuh Siklayu, Kecamatan Sidorejo, Kabupaten Batang
  8. Untuk mengetahui profesi apa saja yang terdapat pada masyarakat Dukuh Siklayu, Kecamatan Sidorejo, Kabupaten Batang
  9. Untuk mengetahui bagaimana usaha untuk mensejahterakan masyarakat Dukuh Siklayu, Kecamatan Sidorejo, Kabupaten Batang
  1. Manfaat Penulisan Laporan Hasil Penelitian
  2. Untuk mengetahui bagaimama gambaran umum masyarakat Dukuh Siklayu, Kecamatan Sidorejo, Kabupaten Batang
  3. Untuk mengetahui profesi apa saja yang terdapat pada masyarakat Dukuh Siklayu, Kecamatan Sidorejo, Kabupaten Batang
  4. Untuk mengetahui bagaimana usaha untuk mensejahterakan masyarakat Dukuh Siklayu, Kecamatan Sidorejo, Kabupaten Batang
  1. Metode Penulisan Laporan Hasil Penelitian

KAJIAN PUSTAKA

Pada dasarnya kalau berbicara mengenai kemiskinan adalah hal yang mempunyai makna ganda, karena bisa bermakna subyektif, bermakna relatif, tetapi sekaligus bermakna absolut. Kemiskinan dalam dimensi ekonomi terlihat dalam bentuk ketidak-mampuan suatu keluarga memenuhi berbagai kebutuhan dasarnya, seperti tempat tinggal, sandang, dan kesehatan. Sementara itu, kemiskinan dalam dimensi sosial-budaya sulit diukur namun dapat dilihat dan dirasakan, karena munculnya berbagai bentuk budaya kemiskinan. Lewis (Djamaludin Ancok, 1995: 165) misalnya, menyatakan adanya respon tertentu yang dilakukan oleh masyarakat miskin dalam menyikapi hidup, seperti boros dalam membelanjakan uang, mudah putus asa, merasa tidak berdaya, dan apatis.

Dengan hal itu maka, Sartono Kartodirdjo, sebagaimana dikutip oleh Hari Poerwanto (2000: 197), mengemukakan bahwa sebagian besar masyarakat desa di Indonesia diliputi oleh sindrom kemiskinan dan sindrom enersia.

Sindrom kemiskinan dapat dilihat antara lain dalam bentuk tingkat produktivitas yang rendah, pengangguran, kurang gizi, tingkat kesehatan yang buruk, serta tingkat orbiditas dan buta huruf yang tinggi. Adapun sindrom enersia adalah sikap hidup yang mewarnai kehidupan orang miskin, yang antara lain terwujud pada sikap

Goulet (1973) menyatakan bahwa pemecahan masalah kemiskinan mestinya lebih luas daripada sekedar masalah ekonomi, karena pengentasan kemiskinan berarti meningkatkan kemampuan masyarakat untuk dapat memenuhi tiga kebutuhan, yaitu: penopang hidup (life sustenance), harga diri (self esteem) dan kebebasan (freedom).

Selain itu, peningkatan kesejahteraan nelayan dapat dilakukan dengan memperhatikan semua aspek yang terkait dengan kebutuhan nelayan, mulai dari aspek permodalan untuk investasi, penyediaan prasarana kebutuhan pokok, penataan hubungan antar struktur sosial yang ada, sampai pada pembentukan/penguatan kelembagaan sosial. Semua itu dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan yang bukan hanya bermakna ekonomi melainkan juga yang bersifat non ekonomi. Semua itu bertujuan agar manusia lebih manusiawi (in order to be more human).

Menurut Kusnadi (2006) berbagai hasil kajian penelitian, selama ini, tentang kehidupan sosial ekonomi masyarakat nelayan telah mengungkapkan bahwa sebagian besar dari mereka khususnya yang tergolong nelayan buruh atau nelayan-nelayan kecil, hidup dalam kubangan kemiskinan. Fokus yang diambil mengenai penyebab rendahnya ekonomi nelayan serta strategi untuk menghadapinya. Kemampuan mereka untuk memenuhi kebutuhan dasar minimal kehidupan sehari-hari sangat terbatas. Bagi masyarakat nelayan, diantara beberapa jenis kebutuhan pokok kehidupan, kebutuhan yang paling penting adalah pangan. Adanya jaminan pemenuhan kebutuhan pangan setiap hari sangat berperan besar untuk menjaga kelangsungan hidup mereka.

  • Smith (1979) yang mengadakan kajian pembangunan perikanan di berbagai Negara Asia serta Anderson (1979) yang melakukannya di negara-negara Eropa dan Amerika Utara tiba pada kesimpulan bahwa kekauan aset perikanan (fixity and rigidity of fishing assets) adalah asalan utama kenapa nelayan tetap tinggal atau bergelut dengan kemiskinan dan sepertinya tidak ada upaya mereka untuk keluar dari kemiskinan itu. Kekakuan asset tersebut adalah karena sifat aset perikanan yang begitu rupa sehingga sulit untuk dilikuidasi atau diubah bentuk dan fungsinya untuk digunakan bagi kepentingan lain. Akibatnya pada saat produktivitas aset tersebut rendah, nelayan tidak mampu untuk mengalih fungsikan atau melikuidasi aset tersebut. Karena itu, meskipun rendah produktivitas, nelayan tetap melakukan operasi penangkapan ikan yang sesungguhnya tidak lagi efisien secara ekonomis.
  • Panayotou (1982) mengatakan bahwa nelayan tetap mau tinggal dalam kemiskinan karena kehendaknya untuk menjalani kehidupan itu (preference for a particular way of life). Pendapat Panayotou (1982) ini dikalimatkan oleh Subade dan Abdullah (1993) dengan menekankan bahwa nelayan lebih senang memiliki kepuasaan hidup yang bisa diperolehnya dari menangkap ikan dan bukan berlaku sebagai pelaku yang semata-mata beorientasi pada peningkatan pendapatan. Karena way of life yang demikian maka apapun yang terjadi dengan keadaannya, hal tersebut tidak dianggap sebagai masalah baginya. Way of life sangat sukar dirubah. Karena itu maka meskipun menurut pandangan orang lain nelayan hidup dalam kemiskinan, bagi nelayan itu bukan kemiskinan dan bisa saja mereka merasa bahagia dengan kehidupan itu.

Tetapi basaya kurang setuju dengan pernyataan-pernyataan yang ada jika dikatakan bahwa masyarakat pesisir yang khususnya nelayan adalah masyarakat miskin. Karena jika ditinjau dari segi ekonomis, nelayan memang berada di bawah cukup. Bagaimana cara nelayan mengurangi utangnya? Sedangkan pada realitas yang ada memang sangat kurang. Seharusnya, tidak terjadi diskriminasi penghasilan. Walaupun memang ada strata tertentu. Tetapi prosentasinya juga harus seimbang. Supaya bisa meningkatkan taraf hidup nelayan. Dan agar nelayan dapat mengurangi beban utang yang dimiliki.

Sehingga banyaknya program-program yang dilakukan untuk mensejahterakan masyarakat nelayan dan untuk memberdayakan masyarakat pesisir, sehingga mereka dapan memanfaatkan secara potensial sumber daya yang ada sehingga mereka sendiri tidak hanya bergelut dengan profesi nelayan, melainkan ada juga yang menjadi petani, baik itu petani sawah maupun petani tambak, dan ada pula dari mereka yang menjadi pedagang.

PEMBAHASAN

  1. Gambaran Umum Masyarakat Dukuh Siklayu, Kecamatan Sidorejo, Kabupaten Batang

Daerah ini ada sekitar 350 rumah penduduk dan sekitar 600 KK. Dimana mayoritas dukuh siklayu bermatapencaharian sebagai nelayan dan Sidorejo bermatapencaharian sebagai petani, baik itu petani sawah maupun petani tambak, dan ada pula yang menjadi pedagang.

Adapun untuk pemuda dan perkumpulan nelayan ada yang namanya Rukun Nelayan, dan terdapat juga Himpunan Nelayan Indonesia. Pada masayarakat yang khususnya bermatapencaharian sebagai nelayan terdapat Surat Ijin untuk Melaut. Mereka yang bermatapencaharian sebagai nelayan biasanya melaut dari pukul 03.00-12.00 WIB, sedangkan untuk pukul 14.00 mereka berda di tempat pelelangan. Karena ikan yang sudah mereka dapat itu biasanya di jual di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) , tanggul Bahari. Yang selanjutnya oleh tengkulak itu sendiri di jual ke pasar diantaranya pasar Banyu Putih, Pasar Krengseng, dan Pasar Plelen. Namun untuk hasil ynag mereka peroleh tidak hanya ikan melainkan juga cumi, udang, dan untuk petani tambak sendiri menghasilkan lele, bandeng, dan nila. untuk alat-alat penangkapannya menggunakan pukat (untuk cumi) dengan cara ditarik, tramel (untuk udang) yang berupa jaring tiga lapis, dan ada juga girnet yang berupa jaring satu lapis. Untuk udang biasanya dijual dengan harga Rp.150.000 per kilo, untuk cumi biasanya dijual dengan harga RP.20.000-25.000 per kilo.

Pada saat musim panas seperti ini mereka biasanya juga mengalami masa paceklik. Pada saat musim paceklik biasanya masyarakat Dukuh siklayu ini sanya mempunyai penghasilan yang hanya cukup untuk membeli bensin. Yaitu hanya sekitar Rp. 250.000 per kapal yang masih dibagi dengan pemilik kapal dan dengan buru. Adapun pada saat pasang mereka bisa mempeoleh penghasilan sekitar 1 juta-2 juta. Dan apabila terdapat kerusakan pada kapal maka seluruh biayanya di tanggung oleh pemilik kapal. Dan biasanya musim panen mereka adalah bulan April-Maret. Hambatan yang dialami pada saat panen adalah hambatan berupa pendangkalan muara yang banyak dirasakan oleh masyarakat dukuh Siklayu ini. “Sampai-sampai dari mereka ada yang mengeluhkan hal ini”. Ujar bapak Wanto.

Ternyata pada masyarakat Dukuh Siklayu, Kecamatan Sidorejo Kabupaten Batang ini mereka masih mempunyai kebiasaan nyadran yang biasanya acara yang diadakan pada saat nyadran tersebut berupa sesaji, dangdut, dan juga terdapat wayang. Selain itu acara yang disuguhkan oleh masyarakat pada saat sadranan tersebut berupa balap dayu, sayembara. Dan isi dari sesajen berupa kepala kambing, ayam, bunga, dan lain sebagainya. Pada saat acara sadranan ini biasanya juga diadakan penarikan kas, dimana kas terbesar di tujukan pada juragan kapal sekitar RP. 150.000-200.000, Per kapal.

Untuk pendidikannya sendiri, terdapat SDN SIDOREJO 2, Paud Melati, TPQ Bahrul Huda. Dan untuk agama yang dianut mereka, mayoritas dari mereka beragama isalm, namun ada juga yang beragama kristen sekitar 33 orang. Di Dukuh Siklayu ini terdapat tempat beribadah seperti masji, namun juga terdapat satu gereja.

Interaksi yang terdapat di Dukuh Siklayu, Kecamatan Sidoarjo, kabupaten Batang ini bisa dikatakan baik. Karena ternyata mereka juga mengadakan perkumpulan komunitas Siklayu dengan jumlah pertemuan sekitar 2-3 kali perbulan. Dan untuk Sidoarjo juga terdapat perkumpulan berupa Karang Taruna. Pada saat perkumpulan ini mereka juga mengadakan kas untuk konsumsi.

  1. Profesi yang Terdapat pada Masyarakat Dukuh Siklayu, Kecamatan Sidorejo,Kabupaten Batang

Sepeerti yang telah saya paparkan diatas bahwa profesi yang terdapat pada masyarakat Dukuh Siklayu, Kecamatan Sidorejo, Kabupaten Batang ini tidak semuanya berprofesi sebagai Nelayan karena ternyata sawah irigasi yang ternyata memungkinkan adanya usaha pertanian juga terdapat disana. Dengan intensifikasi pertanian dengan menanam jenis tanaman Varietas padi unggul seperti Ciherang, Cimanciri, lr 64, dan C 4, yang berumur pendek sekitar 3 bulan, dalam siklus satu tahun bisa dipanen 3 kali, karena air tersedia sepanjang tahun. Tidak hanya itu, ternyata mereka juga menanam buah-buahan berupa melon dan semangka.

Dengan pertimbangan untuk meningkatkan kesuburan tanah dan memutus siklus hama, maka petani lebih suka memberakan lahannya antara 3-4 bulan. Berbagai jenis hama tanaman padi menyerang tanaman silih berganti, antara walang sangit, sundep, tikus, keong emas, dan wereng coklat. Serangan hama menjadi penyebab menurunnya produktivitas lahan, atau bahkan kadang gagal panen.

Upaya pengendalian hama dengan menggunakan obat-obat kimia dan pemupukan yang tidak terkontrol selama ini ternyata telah berdampak pada ekologi sawah. Dampak lebih lanjut kerusakan ekologi sawah adalah terjadinya pencemaran perairan pantai oleh bahan kimia yang terlarut.

           Pemukiman penduduk di Dusun ini tertata rapi berderet kea rah Timur dan Barat di tepi saling menghadap jalan. Hampir seluruh pekarangan penduduk sudah dibangun rumah tinggal yang saling berhimpitan. Pada ujung bagian Barat jalan gang, terdapat tempat pembuangan sampah.

selain petani, ada juga mereka yang bermatapencaharian sebagai nelayan, seperti yang telah saya paparkan diatas. Selain itu juga tidak jarang dari mereka yang menjadi pedagang. Namun masyarakat nelayan ridak menghendaki bahwa kelak anak-anak mereka juga harus meneruskan menjadi nelayan , karena nyatanya banyak dari anak-anak mereka yang justru pergi keluar negeri untuk mencari pekerjaan, setelah mereka lulus sekolah.

Gambaran Umum Masyarakat Nelayan

Penduduk Ousun Siklayu terdiri dari nelayan dan yang bukan nelayan. khusus komunitas nelayan terdiri dari buruh nelayan, nelayan pemilik (juragan), bakul dan pedagang penampung (pengumpul) . Selain itu juga terdapat nelayan budidaya. Akan tetapi, oleh karena budidaya yang dilakukan adalah budidaya ikan awar atau payau, maka mereka sering disebut petani kolam.

untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, para buruh nelayan juga bekerja sampingan, antara lain sebagai buruh tani, buruh bangunan, mencari kayu ntuk dijual, beternak kambing, atau memelihara ternak milik orang lain. Memang tidak setiap perahu terdapat nelayan, tetapi ada pula satu perahu yang memiliki dua buruh nelayan.

Juragan memiliki status yang lebih tinggi dibandingkan nelayan buruh, karena juragan adalah orang yang mempekerjakan buruh nelayan. Mereka itu terdiri dari para pemilik perahu. Meskipun demikian, mereka umumnya tidak sewenang-wenang terhadap termasuk dalam menentukan bagi hasil, karena buruh nelayan itu umumnya kerabat pemilik perahu, atau tetangganya.

  1. Usaha untuk Mensejahterakan Masyarakat Dukuh Siklayu, Kecamatan Sidorejo Kabupaten Batang

Usaha untuk mensejahterakan masyarakat dukuh siklayu ini salah satunya adalah kebijakan Retribusi Pelelangan Ikan (TPI), program Mitra Bahari, penyaluran Subsidi BBM, bantuan kapal nelayan dan Budi Daya perikanan.

Adapun usaha dari masyarakatnya sendiri berupa:

  1. Diversifikasi alat tangkap

Nelayan pada masyarakatsiklayu pada umumnya menggunakan berbagai jenis jaring, kebanyakan nelayan mempunyai satu bahkan tiga jenis jaring yang biasanya di gunakan menyesuaikan musim. Kecuali pada bulan april hingga september menggunakan semua jenis alat tangkap.

  1. Diversifikasi Usaha

Aktivitas perikanan tangkap merupakan bentuk penghidupan yang utama di Dukuh Siklayu, kecamatan sidorejo, kabupaten Batang. Dengan begitu mereka tidak bisa selamanya menyandarkan kehidupan mereka hanya pada sektor perikanan saja. Lebih-lebih penghasilannya yang tidak stabil. Ketika musim paceklik yang btidak memungkinkan nelayan untuk melaut , maka mereka berusaha mencari pekerjaan sampingan seperti buruh tani, buruh bangunan, dan beternak ayam dan kambing.

  1. Menjadi buruh tani

Potensi kecamatan sidorejo selain sektor perikanan adalah sektor pertanian. Terutama adalah sawah. Pada umumnya nelayan tidak canggung untuk bekerja di sektor pertanian ini, sebagai petani penggarap biasanya penghasilannya bervariasi sesuai dengan jenis pekerjaannya. Diantaranya ada yang sebagai buruh tanam, dan biasanya dilakukan oleh orang perempuan. Biasannya mereka memperoleh upah sekitar 20-30 ribu perhari dengan jam kerja pukul 07.00-14.00.dan pekerjaan ini biasanya dilakukan secara berkelompok.

  1. Menjadi Buruh Bangunan

Selain dalam sektor pertanian, maka nelayan yang sedang menganggur juga banyak yang bekerja sampingan menjadi buruh bangunan.dengan pendapatan 50 ribu perhar, bagi mereka yang menjadi kepala tukang, dan 40 ribu perhari bagi mereka yang bukan menjadi kepala tukang.bekerja dari pukul 07.00- 16.00.

Sebelum menerima pekerjaan sebagai buruh bangunan itu, biasanya mereka dengan cermat memperhaikan berapa lama waktu yang akan mereka butuhkan untuk menjadi buruh bangunan tersebut, dan biasanya mereka tidak jarang menolak apabila waktu yang dibutuhkan terlalu lama, yang dapat mengakibatkan aktivitas usaha mereka utama mereka sebagai nelayan terhenti.

  1. Beternak ayam dan kambing

Bukanlah merupakan pekerjaan sampingan yang dilakukan langsung oleh nelayan melainkan oleh istri-istri mereka.yang fungsinya sama yaitu untuk menambah penghasilan.peternakan ayam yang dilakukan oleh mereka ini hanyalah sebatas peternakan kecio sajajumlah ayam yang diternak itupun ju8mlahnya sangat terbatas, bahkan bisa dihitung hanya mencapai beberapa induk saja. Dan begitupun dengan peternakan kambing yang hanya berskala kecil saja untuk membantu menopang penghasilan keluarga.

Usaha-usaha yang demikian ini dilakukan karena pada masyarakat Dukuh siklayu kurang mengenyam pendidikan yang tinggi, dan kurangnya wawasan, tidak dimilikinya asset produksi, terbatasnya keterampilan, dan rendahnya kemampuan manajerial. Faktor lain adalah degradasi lingkungan perairan pantai, terbatasnya akses informasi dan pelayanan publik, serta kebijakan yang tidak memihak kepada kelompok masyarakat disana.

PENUTUP

Kesimpulan

 Dari program tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa untuk mensejahterakan masyarakat Siklayu lebih bersifat struktural yang membelit nelayan. Hal ini tampak antara lain dari faktor internal nelayan sendiri, kurangnya wawasan, tidak dimilikinya asset produksi, terbatasnya keterampilan, dan rendahnya kemampuan manajerial. Faktor yang bersifat eksternal, degradasi lingkungan perairan pantai, terbatasnya akses informasi dan pelayanan publik, serta kebijakan yang tidak memihak kepada kelompok masyarakat. keberadaan lembaga keuangan mikro yang dirasa masih memberatkan masyarakat dengan pembebanan bunga pinjaman yang tinggi, serta pola baQi hasil yang dirasa belum memenuhi rasa keadilan.

Dalam kondisi demikian, maka betapapun nelayan memiliki etos kerja yang tinggi, kerja keras, tekun, hemat, jujur, ulet , tetap saja orang akan terperangkap dalam kurangnya kesejahteraan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka beberapa solusi alternatif yang dapat diajukan adalah :

  1. Program-program peningkatan kesejahteraan perlu diarahkan pada peningkatan pemilikan asset produksi pada kelompok masyarakat.
  2. Program-program harus mengedepankan muatan pemberdayaan masyarakat.
  3. Sosialisasi dan partisipasi masyarakat hendaknya menjadi garapan utama untuk menghindari miskonsepsi dalam merumuskan kebijakan.