foto0790

Desa Ngadas, kecamatan Sukapura

Tepat pukul 02.00 kami tiba di terminal Sukapura, setelah cukup lama kami menempuh perjalanan menuju ke bromo ini, tepatnya desa ngadas Suku Tengger. Setelah sesampainya di terminal sukapura kami melanjutkan agenda kami untuk menikmati indahnya Sunrise yang bertempat di pananjakan 1, sebenarnya disini terdapat tiga pananjakan untuk menikmati panorama sunrise, yaitu pananjakan 1 dimana pananjakan ini adalah pananjakan utama yang letaknya kira-kira 2770 Mdpl. Selanjutnya pananjakan 2 yang sedang dalam proses renovasi, dan terdapat pula pananjakan 3. untuk menempuh perjalanan sekitar 35km dari terminal sukapura untuk menuju ke pananjakan 1 ini kami menggunakan jeep. Disini saya banyak menjumpai jeep karena memang disini ada sekitar 450 jeep.

Dengan menggunakan jeep berwarna hijau tua akhirnya saya memulai perjalanan saya menuju pananjakan, dengan sopir jeep yang begitu ramah sehingga saya dapat berbincang-bincang dengannya, namanya pak adi, dia mengatakan bahwa ia sudah menjadi sopir jeep ini selama 30 tahun, walaupun sudah berada didalam jeep tetap saja udara dingin ini tetap terasa,. Pak adi mengatakan bahwa banyak dari masyarakat sekitarnya mempunyai jeep untuk mengantarkan para wisatawan yang memang ingin mengunjungi pananjakan 1 ini. Kalaupun ada yang tidak mempunyai jeep mereka akan menyawa jeep pada orang yang mempunyai jeep lebih dari satu dengan sistem setoran. Pak adi memulai rutinitasnya ini sejak pukul 02.00 walaupun masih begitu pagi namun tampak banyak dari sopir jeep yang tidak menghiraukan hal itu.

Dimana mata pencaharian utama mereka adalah berladang (bercocok tanam). Pada mulanya mereka menanam jagung sebagai makanan pokok, akan tetapi saat ini sudah berubah. Pada musim hujan mereka menanam sayuran seperti kentang(70%), kubis, bawang, dan wortel sebagai tanaman perdagangan. Pada penghujung akhir musim hujan mereka menanam jagung sebagai cadangan makanan pokok yaitu untuk dibuat Nasi ARON ( nasi yang terbuat dar jagung tengger dengan masa tanam kurang lebih 8 bulan ) sebagai makanan khas. karena berprofesi sebagai sopir jeep merupakan pekarjaan sampingan, dengan penghasilan sekitar 480.000 masing-masing jeep dengan penumpang sebanyak 5-6 orang. Karena memanglah kawasan bromo sangat potensial di bidang rekreasi dan banyak dikunjungi oleh wisatawan baik domestic maupun mancanegara sehingga banyak dari mereka yang memilih berprofesi selain bertani di ladang juga sebagai pemandu wisatawan di Bromo, Salah satu cara yang digunakan adalah dengan menawarkan kuda yang mereka miliki untuk disewakan kepada wisatawan dan juga sebagian menjadi sopir jeep.

Setelah berjalan kira-kira 35km dari terminal sukapura akhirnya saya sampai di pananjakan 1 untuk menikmati indahnya sunrise pada pukul 03.30. dengan keadaan yang semakin dingin karena berada di pananjakan tampak terlihat orang-orang yang berwisata mengenakan baju tebal untuk menghangatkan badan mereka,seperti kaos tangan, shal, penutup kepala, kaos kaki, dan lain-lain. karena suasana memanglah sangat dingin sehingga seluruh badan nampak kaku, disini saya juga menjumpai banyak penyewaan jaket tebal yang disewakan kepada pengunjung. Karena masih begitu pagi sehingga jalanpun masih gelap sehingga kami menggunakan lampu senter sebagai penerangan jalan menuju ke puncak pananjakan satu itu. Sesampainya diatas, tampak terlihat beberapa deret bangku sebagai tempat duduk para pengunjung untuk menunggu sunrise. Tak terasa, waktu terus berjalan sehingga sunrise pun sudah mulai menampakkan warna nya perlahan-lahan, munculnya warna oranye kemerah-merahan yang begitu indah di pandang mata sehingga seolah-olah mengundang wisatawan untuk mengabadikan kesempatan indah ini. Sehingga hampir semua orang yang menyaksikan sunrise di pananjakan ini mengeluarkan kamera, untuk diambil gambarnya. Semakin lama mataharipun semakin meinggi dan mulai menampakkan warna kuning emasnya yang sangat elok sehingga saat itu pula banyak wisatawan yang mulai turun dari pananjakan untuk melanjutkan aktivitas masing-masing, sedangkan saya turun dan kembali ke jeep hijau bersama pak adi untuk menuju lautan pasir.

Hingga waktu menunjukkan pukul 08.00 tibalah saya di lautan pasir, yang memanglah sangat indah dengan gunung-gunung yang ada di sekelilingnya salah satunya adalah gunung bromo. Akan tetepi di lautan pasir ini sangatlah banyak dijumpai kotoran kuda disana sini karena disini juga banyak penyewaan kuda untuk memudahkan pengunjung menuju kepuncak bromo untuk menyaksikan kawah bromo. Dengan harga yang bearagam para joki berlomba-lomba menawarkan penyewaan kuda tersebut mulai dari harga seratus ribuan hingga dua puluh lima ribu. Selain itu juga banyak penjual kaos bertulis dan bergambarkan gunung bromo yang mana para pedagangpun menawarkan harga bermacam-macam pula.

Selain di jumpai adanya gunung bromo, juga di jumpai adanya pura yang berada dibawah kaki gunung bromo yang terletak disebelah utara. Dimana pura ini dugunakan oleh masyarakat untuk sebuah upacara yang dinamakan dengan upacara kasada. Upacara itu diadakan pada tengah malam hingga dini hari setiap bulan purnama sekitar tanggal 14 atau 15 di bulan kasada (kesepuluh) menurut kalender jawa.

Setelah usai di lautan pasir, saya beserta rombongan keluarga besar Sosiologi dan Antropologi menuju ke balai desa Ngadas untuk bertemu dengan kepala desa ngadas beserta staf desa lainnya seperti dukun. walaupun ada yang namanya Dukun adat, Tetapi secara formal pemerintahan dan adat , dipimpin oleh seorang Kepala Desa ( Petinggi ) yang sekaligus adalah Kepala Adat. Sedangkan Dukun diposisikan sebagai pemimpin Ritual / Upacara Adat. Kehidupan masyarakat Tengger ini sangat dekat dengan adat- istiadat yang telah diwariskan oleh nenek moyangnya secara turun-temurun. Dukun berperan penting dalam melaksanakan upacara Adat. Dukun berperan dalam segala pelaksanaan adat, baik mengenai perkawinan, kematian atau kegiatan-kegiatan lainnya. Dukun sebagai tempat bertanya untuk mengatasi kesulitan ataupun berbagai masalah kehidupan.Karena hal inilah maka pada saat melakukan observasi banyak dari kami untuk berbondong-bondong menuju rumah si dukun itu untuk mendapatkan data yang sebanyak-banyaknya.

            Pada saat acara pertemua dengan petinggi dibalai desa, kepala desa Ngadas banyak memberikan pengetahuan kepada kami tentang masyarakat Ngadas, suku tengger ini mulai dari agama, mata pencaharian,dan masih banyak lagi lainnya. waktu menunjukkan sekitar pukul 12.00 kami mulai istirahat dan bersiap-siap untuk melakukan observasi di desa ngadas. Karena sudah tiba waktu shalat dzuhur, maka saya dan teman-temman pun bergegas melakukan shalat dzuhur, namun karena di desa ngadas ini mayoritas beragama hindu (99%), dan islam hanya (1%) sehingga sulit ditemui adanya masjid disana. Mayoritas masyarakat diasana memeluk agama Hindu, namun agama Hindu yang dianut berbeda dengan agama Hindu di Bali, yaitu Hindu Dharma. Hindu yang berkembang di masyarakat desa Ngadas tersebut adalah Hindu Mahayana. Selain agama Hindu, agama lain yang dipeluk adalah agama Islam.Selain Kasada, upacara lain yaitu upacara Karo, Kapat, Kapitu, Kawulo, Kasanga.

Berbeda halnya dengan desa yang berada di bawah desa Ngadas yang bernama desa Wonokerto yang mana mayoritas penduduknya beragama islam. Sehingga disanalah kami menjumpai masjid dan dapat melaksanakan shalat dzuhur. Setelah melaksanakan ibadah shalat dzuhur kamipun mulai untuk observasi. Dalam perjalanan observasi kali ini, saya banyak menjumpai masyarakat desa Ngadas ini mereka hidup rukun, sederahana, serta cinta damai, suka bekerja keras, ramah, dan takut berbuat jahat seperti mencuri karena mereka dibayangi adanya hukum karma apabila mencuri barang orang lain maka akan datang balasan yaitu hartanya akan hilang lebih banyak lagi, informasi ini saya dapatkan dari salah satu informan saya yang bernama pak klemon dan mbak indri. Dan ternyata jawaban informan-informan antara satu dan yang lainnya mempunyai kesamaan. dan memanglah terbukti bahwa masyarakat desa Ngadas ini, mereka ramah terhadap siapapun walaupun mereka belum mengenalnya sebelumnya, karena setiap saya menjumpai penduduk mesyarakat desa ngadas ini mereka selalu menyapa, minimal sapaan dengan senyuman. Ternyata kerukunan dan hidup damai inilah yang menjadikan masyarakat suku tengger yang pendatang itu betah tinggal disana.

Sepanjang perjalanan observasi itu, saya banyak menemukan Ladang di lereng-lereng gunung dan puncak-puncak yang berbukit-bukit. Alat pertanian yang mereka pakai sangat sederhana, terdiri dari cangkul,sabit dan semacamnya. Hasil pertaniannya itu terutama adalah jagung,kentang,dan sayur-sayuran lainnya . Kebanyakan mereka bertempat tinggal jauh dari ladangnya, sehingga harus membuat gubuh-gubuk sederhana di ladangnya untuk berteduh sementara waktu siang hari.

            Bahasa daerah yang digunakan oleh masyarakat suku tengger tepatnya desa Ngadas ini adalah bahasa Jawa. Mereka menggunakan dua tingkatan bahasa yaitu ngoko,(bahasa sehari-hari terhadap sesamanya), dan krama untuk komunikasi terhadap orang yang lebih tua atau orang tua yang dihormati.

Sikap toleransi mereka terlihat pada kenyataan bahwa mereka dapat bergaul dengan orang beragama lain, ataupun kedatangan orang beragama lain. Dalam keagamaan mereka tetap setia kepada agama yang telah mereka anut masing-masing namun toleransi tetap tinggi, Sikap toleransi itu tampak terlihat dalam hal perkawinan, yaitu sikap orang tua yang memberikan kebebasan bagi para putra-putrinya untuk memilih calon istri atau suaminya.. Mereka tetap dapat menerima apabila anak-anaknya ada yang berumah tangga dengan wanita atau pria yang berlainan agama sekalipun.

Tak terasa waktu observasipun telah usai dan kami kembali ke home stay kami masing-masing yang kebetulan saya sendiri bertempat di home stay 2 dengan kapasitas 15 orang. Walaupun banyak namun hal inilah yang menjadikan kebersamaan kami selama di homestay begitu terasa. Waktu menunjukkan pukul 17.00 saya pun bergegas kembali menuju balai desa untuk berkumpul dengan kelompok saya dan mendiskusikan hasil observasi kami yang akan kami presentasikan pada malam nanti. Diskusi antar kelompok yang berlangsung hingga pukul 00.30 itu berlangsung dengan lancar, walaupun dalam proses berlangsungnya diskusi banyak dari kami yang sudah kelelahan dan bahkan ada yang ngantuk. Setelah presentasi antar kelompok ini berakhir maka kamipun kembali menuju homestay kami masing-masing dan kamipun beristirahat karena mengingat besok harinya kami masih mempunyai agenda yang belum terlaksana.

Pukul 07.00 kami sudah bersiap-siap untuk mengemas barang-barang kami karena kami harus meninggalkan homestay dan menuju ke hotel, namun sebelum itu kami melanjutkan observasi lanjutan untuk menambah data-data yang sebelumnya belum kami dapatkan pada observasi sebelumnya.

Pukul 10.00 kami meninggalkan desa ngadas itu, dan kita menuju ke hotel wonderland yang bertempat di kota batu malang. Dimana masing-masing kamar hotel di tempati sebanyak empat orang.. malam harinya, saya bersama rombongan beramai-ramai menikmatai indahnya malam kota batu dan kamipun menuju ke sebuah tempat wisata yang bernama BNS(Batu Night Spektakuler), didalamnya terdapat banyak wahana seperti istana lampion, istana kaca, dan masih banyak lagi yang lainnya. karena waktu sudah menunjukkan pukul 24.00 maka kamipun kembali menuju hotel untuk beristirahat karena esoknya kami akan menuju Jawa Timur Park 1 dan selanjutnya dilanjutkan menuju perjalanan pulang kita ke semarang.

Di jatim park, juga banyak terdapat wahana wisata yang sangat indah, mulai dari yang bernuansa education, hingga yang bersifat menghibur, bahkan yang bersifat menguji nyali semuanya dapat kita temui di jawa timur park 1 ini. sehingga banyak dari kami yang merasa senang walaupun kamisebenarnya sudah begitu lelah namun sebenarnya kami masih betah dan masih asyik bermain-main di jatim park 1 ini, sehingga waktu yang tersedia seakan-akan berlalu dengan begitu cepatnya. Karena waktu sudah siang maka kamipun bergegas ke bus untuk melanjutkan perjalanan kami menuju Semarang dan kami tiba di semarang pukul 00.30 dini hari tepatnya pada hari jumat, kami tiba di depan Gedung C7 FIS UNNES.