Manusia pada umumnya dilahirkan seorang diri, namun manusia tidak bisa hidup sendiri. Hal tersebut dikarenakan hakikat manusia sebagai makhluk sosial dimana manusia membutuhkan pertolongan orang lain. Manusia apabila disandingkan dengan makhluk hidup lain seperti hewan, maka dia tidak akan mungkin bisa bertahan hidup sendiri. Misalnya saja seekor anak ayam, walaupun ditinggal induknya tetap bisa mencari makan sendiri, namun manusia tanpa manusia lain pasti akan mati. Misalnya saja bayi, harus diajari makan, berjalan, main-main, dan sebagainya. Dengan demikian kita dapat mengetahui bahwa manusia sejak lahir memanglah sudah membutuhkan manusia lain.
Apabila manusia hidup sendirian, misalnya dalam keadaan terkurung dalam sebuah ruangan, yang tertutup sehingga dia tidak dapat mendengarkan suara atau melihat sesuatu, sehingga terjadi gangguan jiwanya. Naluri manusia untuk selalu hidup dengan orang lain disebut dengangregariousness sehingga manusia disebut juga social animal (=hewan sosial), yaitu hewan yang mempunyai naluri untuk senantiasa hidup bersama.
Dalam hubungannya, manusia dengan manusia lainnya, yang paling penting adalah reaksi yang timbul dari hubungan-hubungan tadi. Reaksi tersebut yang menyebabkan tindakan seseorang menjadi bertambah luas. Dlaam memebrikan reaksi tersebut ada suatu kecenderungan manusia untuk memberikan keserasian-keserasian dengan tindakan-tindakan orang lain. Hal tersebut dikarenakan adanya hasrat yang dimiliki sejak lahir, yaitu sebagai berikut:
1.Keinginan untuk selalu menjadi satu dengan manusia lain di sekelilingnya (yaitu masyarakat).
2.Keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam sekelilingnya.
A.Pengertian Kelompok Sosial
Kelompok sosial merupakan himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama. Hubungan tersebut menyangkut kaitan timbal balik yang saling mempengaruhi dan juga suatu kesadaran untuk saling menolong. Proses yang berlangsung dalam kelompok sosial adalah “proses sosialisasi”. Buhler (1968 : 172) menyatakan bahwa proses sosialisasi adalah “proses yang membantu individu dalam kelompok melalui belajar dan penyesuaian diri, bagaimana cara hidup dan berfikir kelompoknya agar ia dapat berperan serta berfungsi bagi kelompoknya. Adapun untuk membentuk kelompok sosial maka ada beberapa syarat yang harus dipenuhi sebagai berikut.
1.Adanya kesadaran dari anggota kelompok tersebut bahwa ia merupakan bagian dari kelompok yang bersangkutan.
2.Adanya hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan lainnya dalam kelompok.
3.Adanya suatu faktor yang dimiliki bersama oleh anggota kelompok yang bersangkutan yang merupakan unsur pengikat atau pemersatu. Faktor tersebut dapat berupa nasib yang sama, kepentingan yang sama, tujuan yang sama ataupun ideologi yang sama.
4.Berstruktur, berkaidah dan mempunyai pola perilaku.
5.Bersistem dan berproses
B.Dasar pembentukan kelompok sosial
Kelompok-kelompok sosial yang ada dalam masyarakat, terbentuk karena adanya dasar-dasar yang menjadi pedoman. Dasar pembentukan kelompok social tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
1.Common Ancestry – Kesatuan genealogis atau faktor keturunan
Kesatuan genealogis merupakan kelompok-kelompok sosial yang terbentuk atas dasar persamaan darah dan keturunan. Diawali dari terbentuknya keluarga batih kemudian berkembang menjadi keluarga besar hingga pada akhirnya berkembang menjadi kerabat. Melalui proses yang sangat panjang kerabat-kerabat ini akan membentuk kelompok-kelompok suku bangsa dalam kuantitas yang kecil, menengah hingga kelompok suku bangsa yang besar.
2.Kesatuan religious
Kesatuan religius merupakan kelompok sosial yang terbentuk atas dasar persamaan agama atau kepercayaan tertentu. Melalui kesamaan agama atau kepercayaan inilah terbangun komunikasi dan kerjasama yang erat antara anggota yang tersebar di dalam lingkungan negara, benua, bahkan seluruh penjuru dunia.
3.Daerah asal yang sama – Kesatuan territorial ( community)
Kesatuan teritorial adalah kelompok-kelompok sosial yang ada di dalam masyarakat yang terbentuk atas dasar persamaan wilayah tempat tinggal, misalnya RT, RW, kelurahan, desa, kabupaten atau provinsi.
4.Common Interest – Kesatuan kepentigan ( asosiasi)
Asosiasi atau kesatuan kepentingan merupakan kelompok-kelompok sosial yang ada di dalam masyarakat yang terbentuk atas dasar persamaan-persamaan kepentingan. Perwujudan konkritnya misalnya PSSI, kelompok-kelompok kesenian, kelompok-kelompok dagang seperti firrma, koperasi dan lain sebagainya.
C.Tipe-Tipe Kelompok Sosial
Tipe-tipe kelompok sosial dapat diklasifikasikan dari menjadi beberapa, yaitu sebagai beriku.
1.Berdasarkan Sikap Anggota Terhadap Kelompoknya & Kelompok Lain
•In Group adalah kelompok sosial dimana individu mengidentifikasikan dirinya dengan kelompoknya. Sikap-sikap in-group pada umumnya didasarkan pada faktor simpati dan selalu mempunyai perasaan dekat dengan anggota-anggota kelompok.
•Out-group adalah kelompok sosial yang oleh individu diartikan sebagai lawan dari in group- Out-group sering dikaitkan dengan istilah “kami” atau “kita” dan “mereka”. Misal: “kami adalah mahasiswa sosiologi” sedangkan ”mereka adalah mahasiswa hokum”. Sikap-sikap out-group terkadang ditandai dengan antagonisme atau antipati.
•Perasaan in group maupun out group didasari pada suatu sifat yang dinamakan dengan etnosentris. Yaitu adanya anggapan bahwa kebiasaan-kebiasaan dalam kelompoknya merupakan yang terbalik dibanding dengan kelompok lainnya.
2.Berdasarkan Besar Kecilnya Jumlah Anggota
•Kelompok primer (primary group) : merupakan kelompok sosial yang paling sederhana dimana anggotanya saling mengenal serta ada kerja sama yang erat. Contohnya adalah keluarga, kelompok sepermainan, dan lain sebagainya.
•Kelompok sekunder (secondary group) : adalah kelompok yang terdiri dari banyak orang, yang sifat hubungannya tidak berdasarkan pengenalan secara pribadi dan juga tidak langgeng. Contohnya adalah hubungan kontrak jual beli.
3.Berdasarkan Sifat Ikatan Antar Anggota (Ferdinand Tonnies)
•Paguyuban (Gemeinschaft): adalah bentuk kehidupan bersama dimana anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah serta kekal. Dasar hubungannya adalah rasa cinta. Paguyuban dapat ditemukan pada keluarga dan kelompok kekerabatan. Dalam masyarakat paguyuban, hubungan kelompok primer lebih dominan
•Patembayan (Gesellshaft) : adalah kelompok yang terdiri dari banyak orang, yang siffat hubungannya tidak berdasarkan hubungan pribadi dan juga tidak langgeng. Misalnya ikatan antar pedagang serta organisasi buruh dalam suatu pabrik. Dalam masyarakat patembayan yang dianggap penting adalah hubungan kelompok sekunder.
4.Berdasarkan Interaksinya
•Membership group adalah suatu kelompok di mana setiap orang secara fisik menjadi anggota kelompok tersebut.
•Reference group adalah kelompok sosial yang menjadi ukuran bagi seseorang (bukan anggota kelompok tersebut) untuk membentuk pribadi dan perilakunya.
5.Berdasarkan Derajat Organisasi
•Kelompok Formal (formal group) yaitu kelompok yang mempunyai peraturan tegas dan sengaja diciptakan oleh anggota-anggotanya untuk mengatur hubungan antarsesama. Contohnya adalah organisasi.
•Kelompok Informal (informal group) tidak mempunyai struktur dan organisasi tertentu atau yang pasti. Kelompok-kelompok tersebut biasanya terbentuk karena didasari oleh kepentingan dan pengalaman yang sama. Contohnya adalah Klik.
6.Kelompok sosial tek teratur
•Kerumunan (Crowd) yaitu kumpulan orang dalam suatu tempat yang tidak terorganisir, bersifat sementara serta spontan, kontrol diri lemah dan mudah untuk bertindak destruktif. Contohnya : penonton film, orang-orang antri karcis, menunggu bus, tamu undangan selamatan.
•Publik (Public) yaitu kelompok yang tidak merupakan kesatuan, interaksi tidak langsung melalui media mass, tidak saling kenal satu sama lain, dan mempunyai minat yang sama terhadap suatu masalah. Contohnya : kumpulan orang-orang peserta rapat akbar.
Sumber :
Ibrahim, Jabal Traik. 2003. Sosiologi Pedesaan. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang
Narwoko, J. Dwi dan Bagong Suyatno. 2006. Sosiologi : Teks Pengantar & Terapan. Jakarta : Kencana
Ruswanto. 2009. Sosiologi : SMA / MA Kelas X . Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen
Pendidikan Nasional.
Soerjono Soekanto. 2003. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Sunarto, Kamanto. 1993. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit FE – UI.
Komentar Terbaru