Rumah ilmu, bisa kita bayangkan sebuah tempat seseorang mencari ilmu. Tempat tersebut diumpamakan sebagai sebuah rumah, dimana tempat tersebut bisa membawa suasana nyaman bagi pencari ilmu. Suasana nyaman tersebut tentu membantu proses belajar mengajar.
Selanjutnya adalah lingkungan, yaitu kondisi di sekitar kita. Misalnya orang-orang yang berada di sekitar kita saat proses belajar. Teman-teman yang baik tentu akan membawa pengaruh yang baik bagi kita, begitu pula sebaliknya. Orang-orang di sekitar kita harus memiliki kepedulian layaknya keluarga dalam sebuah rumah. Dengan lingkungan yang seperti itu tentu akan membuat kita semakin merasakan kenyamanan di tempat belajar kita layaknya di dalam rumah kita sendiri.
Uraian di atas adalah bentuk perumpamaan sebuah rumah. Rumah ilmu sendiri berupa sekolah atau perguruan tinggi, atau tempat dimana saja kita bisa mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Nah, dalam hal ini kita akan membahas mengenai perguruan tinggi.
Di kampus, tentu lebih banyak mahasiswa berkegiatan daripada di sebuah sekolah. Mahasiswa tentu harus lebih mandiri dalam melakukan segala aktivitasnya. Kampus bukan hanya menjadi tempat kuliah dimana mahasiswa belajar dengan seorang dosen di dalam kelas. Namun juga sebagai tempat mahasiswa menuangkan kreativitas mereka di luar waktu kuliah, seperti ikut dalam organisasi atau mengikuti seminar-seminar yang banyak diadakan di dalam atau bahkan di luar lingkungan kampus. Aktivitas tersebut sangat bermanfaat sekaligus juga kita mendapatkan banyak ilmu lebih serta pengalaman yang berharga.
Lalu apa hubungan rumah ilmu dan konservasi?
Pertama kita harus mengetahui apa itu konservasi. Konservasi adalah upaya pelestarian lingkungan dengan tetap memperhatikan manfaat yang dapat di peroleh pada saat itu dengan tetap mempertahankan keberadaan setiap komponen lingkungan untuk pemanfaatan masa depan. (Dikutip dari https://agy-aprillyanto.blogspot.co.id/2011/04/pengertian-konservasi.html)
Yang tergambar di benak kita saat mendengar kata konservasi adalah lingkungan yang hijau, rindang dan sejuk. Dalam lingkungan yang seperti itu tentu kita mendapatkan kenyamanan yang kita butuhkan saat proses belajar mengajar.
Mahasiswa di dalam sebuah kampus, tentu harus berperan aktif dalam menjaga lingkungan supaya tetap nyaman. Hal-hal yang bisa dilakukan bisa dimulai dengan hal-hal kecil seperti tidak membuang sampah sembarangan, atau melakukan penanaman pohon bersama-sama untuk membuat kampus semakin hijau.
Nah, berkaitan dengan teknologi, upaya membangun kampus hijau sangat terbantu dengan adanya perkembangan teknologi dimana mahasiswa bisa melakukan banyak hal dan menyelesaikan tugas-tugasnya dengan tanpa membuang-buang banyak kertas atau kita biasa menyebutnya paperless. Hampir semua aktivitas bisa dilakukan secara online mulai dari berkomunikasi, mengirim tugas kepada dosen, dan masih banyak yang lain.
Di Indonesia, kampus dengan tittle Universitas Konservasi adalah Universitas Negeri Semarang atau biasa kita sebut UNNES. Sebutan Universitas Konservasi lebih lengkap setelah pada tanggal 12 Maret 2010 dilakukan Pengukuhan Unnes sebagai Universitas Konservasi oleh Menteri Pendidikan Nasional Prof. DR. Ir. Moh. Nuh.
Upaya pelaksanaan konservasi sudah banyak dilakukan dari tahun ke tahun di Unnes. Usaha-usaha tersebut kini menghasilkan Unnes hijau yang nyaman sehingga mahasiswa bisa melakukan aktivitas mereka selayaknya di rumah mereka sendiri.
“Tulisan ini dibuat untuk mengikuti Bidikmisi Blog Award di Universitas Negeri Semarang. Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan jiplakan.”