Di suatu sore yang mulai menjingga. Seperti biasa Mas Salman duduk dibawah pohon kelapa dan memancing di tepi telaga. Melihat kang masnya sendiri di tepi telaga, Rasyid, Tohir dan Aziz menghampiri dengan membawa makanan kesukaanya. Mereka bertiga pun ikut memancing dan terlelap dalam hening
Dengan airmuka yang penuh gelisah, Tohir memulai percakapan “kang mas, mengapa aku sudah doa setiap hari agar bisa beli mobil namun tak kunjung sampai?”
“karna kau belum butuh” jawab datar Mas Salman
“Mengapa aku sudah berusaha dan tahajud setiap malam. Namun aku tetap tidak bisa beli motor ?” tanya aziz yang juga gelisah
“karna kau belum butuh juga” jawab datar kembali oleh Mas Salman
“kenapa kang mas memberi jawaban yang sama? Lalu apa yang harus kami lakukan kang mas ?” tanya Rasyid
“tetaplah ikhtiar dan tawakal adik adiku dan percayalah bahwa tuhan lebih tau apa yang kita butuh ketimbang yang kita inginkan. Belajarlah dari semar, dia hanya berdoa “alhamdulillah”. Dia tak ingin apa apa tapi apa yang dia butuh pasti ada. Kadang kita terlalu banyak keinginan lalu lupa untuk bersyukur” jawab Mas Salman sambil membetulkan topi jeramu mereka
Ketegangan pun pecah ketika umpan Tohir dimakan ikan. Lalu, mereka pulang dengan membawa beberapa ikan hasil tangkapan
sumber gambar : https://wayangku.files.wordpress.com/2008/06/09-semar.jpg