Kategori untuk Arsip Antropologi
Tradisi Sinoman di Kabupaten Batang
Ditulis oleh Rima A Riani dalam Antropologi pada November 19, 2015
Dewasa ini banyak ahli antropologi ekonomi yang menaruh perhatian terhadap gejala pertukaran yang menggunakan uang. Perhatian seperti ini sangat penting sejalan dengan kenyataan bahwa transformasi ekonomi tradisional menuju sistem ekonomi modern sedang melanda di berbagai tempat, sejak berkembangnya penjajahan sampai pada masa globalisasi sekarang ini. Resiprositas yang menjadi ciri pertukaran dalam perekonomian tradisional sedang berubah dan berhadapan dengan sistem pertukaran komersial. Sistem pertukaran mempunyai peranan penting dalam memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap barang dan jasa, kesejahteraan hidup warga masyarakat disamping dipengaruhi oleh sistem produksi yang dipakai juga dipengaruhi pula oleh sistem perkawinan yang berlaku.
Ritual Protes Gaya Jawa-Yogya Analisis Antropologi-Struktural
Ditulis oleh Rima A Riani dalam Antropologi pada November 13, 2015
Kajian dalam jurnal ini adalah sebuah usaha untuk menganalisis fenomena sosial budaya dengan berpijak pada prespektif strukturalisme Levi-Strauss. Dimana fenomena sosial yang akan dikaji adalah dua buah peristiwa ritual protes yang terjadi pada masyarakat Jawa-Yogya yang terjadi di tanggal yang sama yaitu pada 20 Mei 1998. Pertama ritual protes yang terjadi di Halaman Gedung Grha Saba Pramana UGM pada pagi hari dan pada siang harinya di Pagelaran Alun-alun Utara Kraton Yogyakarta. Dalam tulisan ini penulis berfokus pada subkultural Jawa Yogyakarta, dimana Kota Yogyakarta dipandang sebagai salah satu pusat Kebudayaan Jawa dengan Kraton Yogyakarta sebagai simbol identik yang adiluhung, halus, klasik, dan aristrokratis atau kepriyayiannya. Selain itu Yogyakarta juga sebagai lingkungan yang bertradisi intelektual dengan UGM sebagai ujung tombak baik secara historis maupun kualitas. Jadi bagi Yogyakarta citra sebagai pusat kebudayaan Jawa dan sebagai lingkungan masyarakat bertradisi intelektual telah melahirkan subkultural Jawa-Yogyakarta yang khas dan manifestasinya dapat dilihat pada ritual protes yang terjadi pada 20 mei 1998. Dalam kajian ini metode penelitian yang digunakan adalah pengumpulan data yang memanfaatkan berita-berita di media massa yang tentunya berpijak pada prespektif Strukturalisme Levi-Strauss yang dijadikan landasan teoritik yang mendalam. Baca hingga selesai »
Pembangunan PLTU Diatas Lahan Warga Desa Kawasan Pantai Ujungnegoro
Ditulis oleh Rima A Riani dalam Antropologi pada November 5, 2015
Pembangkit listrik tenaga uap atau yang sering kita kenal PLTU merupakan pembangkit listrik yang mengandalkan energi kinetik dari uap untuk menghasilkan energi listrik. Sumber energi yang digunakan dalam pembangkit tenaga uap ini adalah batubara. Pembangkit Listrik Tenaga Uap ini adalah salah satu jenis instalasi pembangkit tenaga listrik dimana tenaga listrik didapat dari mesin turbin yang diputar oleh uap yang dihasilkan melalui pembakaran batubara. PLTU batubara adalah sumber utama dari listrik dunia saat ini. Sekitar 60% listrik dunia bergantung pada batubara, hal ini dikarenakan PLTU batubara bisa menyediakan listrik dengan harga yang murah. Namun kelemahan dari PLTU yang menggunakan batubara yaitu pencemaran karbonnya yang sangat tinggi dibanding bahan bakar lain.
Saat ini terdapat puluhan Pembangkit Listrik Tenaga Uap berbahan Batubara yang tersebar dan beroprasi di Indonesia, melepaskan jutaan ton polusi tiap tahunnya dan dari waktu-kewaktu mengotori udara kita dengan polutan beracun. Dan saat ini pemerintah juga akan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap dikawasan pantai Ujungnegoro. Pembangunan PLTU di kawasan pantai Ujungnegoro ini digadang-gadang sebagai PLTU terbesar se-asia tenggara dengan kapasitas 2000 Mega Watt (MW) yang akan menjadi penopang utama produksi listrik untuk wilayah pulau Jawa dan Bali. Namun pembangunan PLTU ini masih menjadi polemik yang masih belum terselesaikan sampai sekarang ini. Bahkan proses pembangunan PLTU ini sempat tertunda hingga empat tahun lamanya karena masalah pembebasan lahan. Lokais pembangunan PLTU yang dilakukan di kawasan Pantai Ujungnegoro juga sudah melalui beberapa pertimbangan. Pemerintah juga telah mensurvei bahwa lokasi tersebut dinilai tanahnya cocok untuk pembangunan PLTU. Selain itu garis pantai di Batang juga dinilai relatif stabil dan kedalaman laut yang mencukupi untuk menbangun pelabuhan sebagai sarana pemasok batubara. Baca hingga selesai »
Resiprositas Sebanding
Ditulis oleh Rima A Riani dalam Antropologi pada November 5, 2015
Dalam kehidupan manusia berkaitan dengan kebudayaannya tentu tidak terlepas dari interaksi. Interaksi merupakan proses sosial antar manusia. Interaksi ini kemudian membentuk kehidupan sosial yang nantinya menjadi dasar dalam sistem sosial didalam struktur kehidupan manusia. Adanya suatu sistem didalam kehidupan antar manusia mengakibatkan antara individu dalam sistem tersebut saling mempengaruhi dan saling bergantung satu sama lain. Ketergantungan antara manusia itu memunculkan suatu sikap dan perasaan untuk saling membutuhkan dan saling memenuhi. Alasan inilah yang membuat manusia berpikir bahwa suatu kebutuhan diantara mereka tidak akan terpenuhi tanpa bantuan orang lain.
Secara sederhana resiprositas dapat diartikan sebagai suatu cara atau mekanisme yang terjadi dalam sistem perdagangan yang terdapat di pedesaan ( dalam masyarakat tradisional) masyarakat peralihan dari tradisional ke modern ( peasent) dan dalam masyarakat industri sekalipun. Dalam sistem resiprositas alat tukar yang digunakan bukan berupa uang ( alat tukar yang sah dan diakui) melainkan dengan alat tukar berupa barang antar barang / barang dengan emas yang mana sistem pertukaran semacam ini sudah membudaya dan sudah merupakan tradisi yang diikat dengan suatu sistem adat dan perjanjian adat. Terjadinya resiprositas diakibatkan adanya suatu proses timbal balik antara individu , individu dengan kelompok dan kelompok kelompok antar kelompok yang ada di dalam lapisan masyarakat. Baca hingga selesai »
Perubahan Penggunaan Bahasa Pada Masyarakat Modern Khususnya Jawa Dilihat Dari Status Sosialnya
Ditulis oleh Rima A Riani dalam Antropologi pada November 5, 2015
Sebagai alat komunikasi bahasa selalu diucapkan oleh penuturnya untuk berinteraksi satu dengan yang lain sehingga terjalin hubungan antar manusia yang harmonis, adapun sebaliknya kesalahan dalam berbahasa terkadang mengakibatkan problematika tersendiri dalam masyarakat, terjadinya kesalahpahaman ataupun unsur kesengajaan berakibat pada rusaknya hubungan masyarakat, sehingga untuk mengurangi kesalahpahaman dalam bahasa dibutuhkan sikap bijak dan sabar dalam memahami satu sama lain sehingga problematika tentang kesalahan pahaman dalam berbahasa bisa dikendalikan, adapun bila ada unsur kesengajaan dalam kesalahan berbahasa maka hal ini merupakan realita yang mungkin marak sedang terjadi pada era sekarang ini, perbedaan bahasa antar daerah mungkin hal yang tak bisa dihindarkan namun hal-hal yang bersifat ejekan atau sindiran dengan bahasa daerah yang munkin tidak dimengerti penutur daerah lain terkadang menyebabkan konflik yang mungkin bisa mengakibatkan perpecahan antar daerah. Baca hingga selesai »
Budaya Kekerasan Dalam Prespektif Nilai-Nilai Dan Etika Masyarakat Jawa
Ditulis oleh Rima A Riani dalam Antropologi pada November 5, 2015
Seperti yang diketahui masyarakat Jawa terkenal dengan perilaku dan budi bahasanya yang halus dan sering digambarkan dengan lemah gemulainya “putri solo”. Kebudayaan Jawa yang dikenal dengan adanya Kraton Yogyakarta dan Kraton Solo sebagai simbol identik dengan kebudayaan yang adiluhung, halus, klasik, hirarkis dan aristokratis ternyata pada masa lalu sebenarnya masyarakat Jawa adalah etnis yang keras dan menjadi bangsa penakluk. Hal tersebut terlihat ketika kerajaan Singasari pernah mengirimkan bala tentaranya untuk menaklukan Sumatera melalui Expedisi Pamalayu. Imperium Majapahit menjadi kerajaan Jawa paling sukses dalam melakukan penaklukan dengan wilahnya yang hampir meliputi seluruh Asia Tenggara. Kemudian pada masa berikutnya Kerajaan Mataram berhasil menaklukan seluruh Pulau Jawa kecuali Banten dan Batavia, bahkan sampai Sumatera Selatan dan Kalimantan Selatan, yang kemudian terjadi penggeseran kebudayaan yang akhirnya membuat masyarakat Jawa menjadi masyarakat yang budayanya halus dan penuh dengan sopan santun. Baca hingga selesai »