Cerita SM3T Kab Malinau Barat

Perjalan SM3T
 

Inilah ceritaku tentang di daerah 3T kabupaten malinau kalimantan timur, saya adalah salah satu peserta SM3T asal LPTK UNDANA Kupang angkatan ke-2. Merupakan sebuah rasa syukur saya yang sangat mendalam dalam menjalankan tugas mulia ini sebagai pendidik di daearah terdepan, terluar dan tertinggal untuk itu saya bisa menjalaninya dengan penuh suka cita dan merupakan sebuah kebanggaan untuk melayani mereka yang sangat membutuhkan khususnya dalam dunia pendidikan.

Ini hanyalah sebuah ringkasan-ringkasan kecilku yang sengaja ku rangkum dalam sebuah catatan kecil dan semoga bisa bermanfaat bagi kita semua,dan catatan inipun masih jauh dari kesempurnaan ini hanyalah sebuah catatan harian yang sengaja ku rangkum sebagai catatan khusus.

Program sarjana mendidik daerah terdepan,terluar dan tertinggal (SM-3T) adalah program mencerdaskan Indonesia oleh pemerintah pusat dalam hal ini kemendikbud dengan tujuan pemerataan dan percepatan pendidikan untuk mencerdaskan bangsa, mungkin itulah penjelasan singkatnya. berawal dari sebuah keragu-raguan akupun mulai memahami dan akhirnya menjadi sebuah cerita. Inilah sebuah kisahku di tanah perantaun di tanah intimung kabupaten Malinau Kalimantan Timur dan semoga bermanfaat.

Bulan oktober 2012 perjalanan dari kupang di bandara Eltari menuju bandara Juanda Surabaya dan dari Surabaya ke bandara Soekarno Hatta Jakarta dan dari Jakarta ke Balik Papan,Balik Papan ke Tarakan, setibanya kami di Tarakan waktu itu kami masih menginap semalam di kota itu dan keesokan harinya baru kami memulai perjalanan menuju daerah sasaran SM3T yaitu di kota Malinau Kalimantan Timur dengan menggunakan jasa transportasi sungai speat boat.

Adalah sebuah kenyataan yang tidak bisa ku pungkiri bahwa dalam ketidaktahuanku seolah-olah aku bagaikan terbangun dari sebuah mimpi, Malinau yang selama ini tidak pernah ada dalam benakku ternyata sudah ku lihat dengan mata terbuka dan keindahannyapun tidak bisa lagi kuungkapkan dengan kata-kata, Malinau atau sering disebut tanah intimung dengan keelokan hutan yang masih alami akupun terkesan, dan rasa kelelahanpun tak terasa. pelan sang mentaripun mulai tenggelam dan sekitar jam 8 kami tiba di pelabuhan malinau dengan segala perlengkapan yang kami bawah, sesaat kemudian kami di jemput oleh pemerintah setempat dalam hal ini pemkab dinas pemuda dan olahraga dan kami di bawa ke penginapan chery, setelah makan malam kamipun melepaskan kelelahan kami di tempat tidur dengan segala syukur dan harapan kamipun terlelap.

Pagi mulai tiba kamipun terjaga dengan segala harapan pelan mulai ku terbangun dan ku dengar kicauan burung mengingatkanku tentang kampung halamanku dan membawa sebuah rasa kerinduan yang mendalam, sedih saat saat ku ingat kamapung halamanku, tapi hanya sekejab saja. Karena aku tidak ingin tenggelam dalam rasa yang seolah separuh jiwa telah hilang. ku pandang tanah intimung dengan keasliannya jiwa terasa termotivasi oleh keindahan yang sang pencipta berikan dan mulai kunaikan segala puji dan syukur dalam hati dan mulai bertanya, apakah memang kehadiranku di tanah ini benar-benar membutuhkanku dan aku mulai berpikir tentang apa yang akan kuberikan bagi generasi ini agar kelak saat ku meninggalkan daerah ini aku bisa di kenang oleh anak-anak negeri ini tetapi kesimpimpulamku biarlah cakrawala yang bercerita tentang hari esok dan saya lakukan yang bisa saya lakukan untuk hari ini. Tugas sebagai seorang pendidik mencerdaskan bangsa memang tidaklah mudah seperti membalikkan telapak tangan, tapi sebagai pendidik dengan tugas yang diemban harus penuh tanggung jawab biarlah seiring dengan berjalannya waktu ku ukir perjalanku di tanah intimung dan biarlah mereka yang sedang menagis bercerita tentang fajar.

Setelah acara penyambutan di kantor SLB kota malianau sekaligus pembagian tempat tugas mengajar dan waktu itupun saya di tugaskan untuk mengajar di SMAN 8 Malinau barat, waktu itu gedung sekolahnya belum ada, bukan tidak ada tapi belum di gunakan dan fasilitasnyapun belum ada jadi waktu itu kami sekolahnya pada sore hari di gedung SMAN 1 Malinau dari jam 2 sampai jam 6. dan saat itupun kami tidak ada penginapan jadi untuk sementara kami mencari rumah kontrakan atau kos, keadaan rumah kos pun sangat memprihatinkan dengan ukuran kamar 3x4cm rumah papan dan di bawah kolongnya berawa-rawa dengan air sampah yang berbau busuk, di sinilah kami bertahan selama semester dan paginya kami mengisi waktu dengan bekerja mencari uang tambahan yaitu bekerja sebagai tukang galon/pengantar air minum dan dari sinilah kami bisa mulai mengenal masyarakat setempat.

Berbicara tentang dunia pendidikan memang sangat prihatinkan, tapi itulah tugas seorang guru sebagai pendidik, dengan tanggung jawab yang di emban seorang guru haruslah ia mampu dan terus tegar dalam segala keadaan dan percaya bahwa ia mampu mengubah seseorang (generasi bangsa) menjadi baik untuk membawa terang bagi mereka yang membutuhkan agar bangsa ini tetap pada tujuan yang ingin di capai sebagaimanan telah di amanatkan dalam undang-undang dasar 1945. saat ini memang dunia semakin pesat dan kita seakan-akan di tuntut untuk bersaing dengan dunia luar tapi yang menjadi pertanyaan adalah mampuhkah kita membawa sebuah perubahan sedangkan negara ini makin di kecam oleh setan-setan korupsi. sedangkan dunia pendidikan kita semakin tenggelam, masih banyak yang tidak mendapat keadilan, kekerasan, bentrokan dan masih banyak lagi yang terjadi di negeri ini.

Kalimantan Timur, Kabupaten Malinau merupakan wilayah NKRI yang sangat potensial, dengan kekayan alam yang sangat luar biasa, namun kalau di lihat dari segi pendidikan menurut pengamatan saya masih sangat rendah/teringgal dari daerah-daerah lain yang ada di Indonesia, dan sangat tepat sekali bahwa pemerintah menghadirkan tenaga pendidik yaitu guru SM3T untuk membantu dan mencerdaskan bangsa tapi itupun tidak cukup dengan hanya mengirim .tenaga pendidik, karena di sini dari segi fasilitas boleh di katakan belum tersentuh dan bahkan di setiap sekolah tidak ada penunjang untuk proses belajar mengajar, bahkan toko buku pun tidak ada apa lagi di malinau yang penduduknya berada di pedalaman yang sulit untuk di jangkau. pendidikan pun mereka belum tersentuh.

Waktu demi waktu yang terus bergulir tak terasa satu semester telah berakhir kami belajar di gedung SMAN 1 malinau, dan pada bulan desember kami pun merayakan natal bersama digedung sekolah SMAN 8, dengan segala kekurangan fasilitas tidak membuat para panitia natal menyerah. untuk mensukseskan acara perayaan natal itu. dan akahirnya sukses, di sinilah kami menjalali kebersamaan bersama rekan-rekan guru, siswa-siswi maupun para undangan, awal tahun bulan januari kami sudah mulai menggunakan gedung sekolah SMAN 8 tepatnya di desa kuala lapang kecamatan malinau barat kurang lebih 7 km dari pusat kota malinau. SMAN 8 yang tak kunjung selesai pembuatan gedungnya apalagi fasilitasnya, tapi kami terus bersemangat bersama anak didik kami mulai dari kebersihan halamannya, ruangannya, jalannya, dll. dan saya lihat betapa anak-anak bersemangat bekerja walaupun kegiatan belajar mengajarnya tidak cukup, setelah semuanya sudah agak bersih kami sudah bisa belajar dengan tenang dengan apa adanya, bulan pebruari sekitar pertengahan kami pindah ke mes SMAN 8 dengan menggunakan transportasi angkutan kota untuk mengangkut barang-barang kami dari kontarakan dekat SMAN 1 malinau ke SMAN 8 di desa kuala lapang, kurang lebih 30 menit perjalan dan kamipun tiba di mes itu dengan keadaan gelap karena waktu itu listriknya belum ada jadi kami hanya memakai lilin dan kadang-kadang jika saat bulan purnama kami hanya duduk di luar bahkan makan di luar. Tapi itu saya tidak mengatakan bahwa itu adalah sebuah penderitaan bagi saya itu adalah sebuah kisah yang berharga karena saya bisa menikmati dengan segala kebahagiaan saya bisa berada dalam keadaan itu dan memberikan suatu keistimewaan yaitu bisa menjadi sebuah cerita atau pengalaman yang berharga.


SUKA DUKA

Suka duka yang saya maksudkan di sini bukanalah suatu penderitaan fisik atau derita karena kekuarang makanan, tetapi yang saya maksudkan dengan suka duka di sini adalah dalam proses mendidik anak bangsa untuk menjadi cerdas dalam segala aspek kehidupannya menjadi manusia yang seutuhnya, tugas sebagai seorang guru memang berat dengan menghadapi berbagai macam karakter anak didik, terkadang kita menangis tanpa air mata, dan kadang saat kita tertawa pun ada rasa sakit, mungkin seperti itulah penjelasannya saya tidak bisa menjelaskan lagi. tugas sebagai pendidik tidaklah semudah apa yang kita pikirkan karena apapun yang kita pikir dan perbuat ini menentukan kesuksesan anak didik kita. di kabupaten malinau-kalimantan timur khususnya di SMAN 8 tempat saya mengajar dengan segala kekurangan dan kelemahan saya tetap mencoba memaksimalkan dan menjadikan segala kekkurangan dan kelemahan itu sebagai kekuatan. tetapi semua itu harus di dukung dengan hati yang ikhlas, lemah lembut dan kesabaran yang tidak bisa di ukur dengan apapun, bertolak dari itu maka saya merasa dan berpikir bahwa “tugas itu adalah hidupku” dengan keterpanggilan yang menjiwai segala aspek perjalanan hidupku, maka semua pintu akan terbuka lebar. tugas guru bukan hanya terletak pada bagaimana ia mengajar tetapi yang lebih penting adalah bagaimana kita mendidik anak untuk menjadi unggul sehingga menjadi generasi yang di andalkan untuk itu guru harus harus menjadi teladan bagai anak didiknya. Seorang guru percaya bahwa ia mampu mengubah seseorang menjadi baik, maka sebelum ia menjadi teladan ia harus mampu menjadi teladan dirinya sendiri.

Menjalani tugas sebagai pendidik tidak terlepas dari berbagai tantangan dan hambatan, dan itu bukanlah sesuatu hal atau alasan untuk membuat kita berhenti dan menyerah, tantangan dan hambatan yang saya maksudkan di sini adalah bagaimana kita mampu mengubah dunia pendidikan itu dari kekurangannya untuk menjadi pendidikan yang kita harapkan. di daerah terdepan, terluar dan tertinggal khususnya di malinau sebenarnya masih banyak yang harus di benahi dan yang harus di ubah baik dari pola kehidupan masyarakat maupun kekurangan akan fasilitas itu sebenarnaya harus di perlengkapi, kesadaran masyarakat tentang dunia pendidikan di malinau ini menurut saya masih sangat rendah, sesuai pengamatan saya selama di daerah ini sangat memprihatinkan karena sebagian besar masyarakat malinau bermata pencaharian sebagai pekerja batu bara,dan petani jadi menurut pandangan masyarakat setempat sudah cukup untuk biaya hidup, karena pendapatan mereka sangat besar dari pekerjaan itu, jadi kesadaran akan dunia pendidikan sangat rendah sehingga menyebabkan rasa kepedulian terhadap anaknya tidak ada untuk dunia pendidikan.

Dari keadaan yang semacam itu bisa di simpulkan bahwa di Malinau merupakan daerah yang maju untuk sumber daya alam untuk itu perlu adanya perhatian khusu bagi pemerintah untuk meningkatkan sumber daya manusia dan sumber daya alam yang bersinergi agar tetap terjaga dan terus dilestarikan demi pencapaian multi sumber yang bermanfaat bagi daerah maupun bangsa dan negara. saya sebagai peserta SM3T dari NTT sangat kangum akan kekayaan alam namun disisi laian masih banyak kekuarangan yang seharusnya butuh perhatian khusus untuk malinau seperti sarana transportasi dan jalur perhubungan, selain itu juga dilihata dari segi kapasitas pendidikan di malinau sangat kurang baik sarana gedung maupun perangkat atau penunjang laiannya seperti buku atau sumber belajar laiannya, memang sangat memprihatinkan untuk pendidikan hal ini disebabkan juga oleh sistem transportasi yang telah diuraikan diatas memang yang sangat sulit.

Berikut adalah fose bersama dengan rekan guru dan siswa/siswi se SMAN 8 Malinau-kaltim civitas akademika SMA Negeri 8 malinau barat

malinau sm3t

                                             

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: