Banyaknya faktor yang perlu diperhatikan oleh orang tua dalam memilih sekolah. Misalnya, kualitas, lokasi, biaya, dan termasuk salah satunya adalah kurikulum sekolah atau metode pendidikan yang dipakai.
Saat ini kurikulum sekolah di Indonesia sangat berkembang. Pendidikan tidak melulu berpusat pada hal yang bersifat akademis atau dilakukan dengan cara formal, melainkan lebih bersifat praktis yang diintegrasikan lewat bermain atau dengan cara yang informal.
Berikut adalah pembahasan dari 4 kurikulum yang dijumpai di Indonesia, terutama kurikulum di jenjang prasekolah (preschool).
1. Montessori
Kurikulum Montessori mengutamakan kemandirian di mana anak belajar untuk memilih sendiri konsep apa yang ingin ia pelajari dengan menggunakan alat permainan yang edukatif. Jadi anak belajar dari kesalahan (trial and error) dan mengkoreksi diri.
Kelas di sekolah yang berbasis Montessori bisa terdiri dari murid-murid dengan umur yang berbeda atau campur sesuai dengan keterampilan yang dipelajari. Guru di kelas berfungsi sebagai seorang pengamat dan pembimbing.
Orang tua yang memilih sekolah dengan metode ini memiliki alasan karena dapat memupuk kemandirian dan sifat kepemimpinan anak. Pada awalnya metode ini mulai diperkenalkan oleh Maria Montessori di Roma sekitar tahun 1900 yang diperuntukkan bagi anak yang terbelakang secara mental. Namun praktek ini berkembang dan dapat diaplikasikan bagi anak yang normal baik dari jenjang prasekolah, SD sampai sekolah menengah.
2. Waldorf
Pendidikan dengan metode Waldorf berfokus pada keterampilan yang bersifat praktis. Di usia dini diberikan melalui permainan yang kreatif. Perkembangan anak secara moral dan sosial juga menjadi salah satu tujuan yang ingin dicapai. Maka penilaian pada anak dilakukan secara kualitatif daripada kuantitatif (berupa skor).
Metode yang awalnya dikembangkan oleh Rudolf Steiner di sekolah di Jerman ini didasarkan pada teorinya tentang perkembangan anak.
3. Reggio Emilia
Kurikulum ini berbasis proyek (project) di mana pelajaran diberikan dalam bentuk proyek yang dikerjakan oleh anak. Jadi anak akan belajar melalui eksplorasi untuk mencari jawaban dan memecahkan suatu masalah (problem-solving). Metode ini adalah buah gagasan dari Reggio Emilia dari Italia sejak tahun 1940.
4. High Scope
Kurikulum High Scope, berdasarkan teori konstruktivisme oleh Vygotsky, mengutamakan pembelajaran aktif (active learning) dan berbasis komunitas belajar di mana interaksi secara aktif dilakukan oleh murid.
Setiap pelajaran diberikan dengan urutan Plan-Do-Review di mana anak sendiri merencanakan apa yang akan dipelajari, melakukan proses pembelajaran dan mengulang kembali apa yang sudah dipelajari.
Terdapat 8 komponen utama dalam metode yang berasal dari Amerika Serikat ini termasuk pendekatan pembelajaran, bahasa dan komunikasi, perkembangan sosial dan emosional, kesehatan jasmani, matematika, sains dan teknologi, pengetahuan sosial dan kesenian.
Semoga informasi ini berguna bagi orang tua yang sedang mencari sekolah bagi anak, dilihat dari kurikulum yang diterapkan. Orang tua perlu mengetahui pendekatan pengajaran yang dianut oleh suatu sekolah agar sesuai dengan karakter belajar anak. Sehingga hasil optimal dapat diraih oleh anak dalam proses belajarnya.