Mengenal: “Apa itu Antropologi Kesehatan?”

anthropology-woordenboek

Berbicara mengenai kesehatan, orang pasti akan berfikir bahwa kesehatan adalah bidang kajian dari dokter, perawat, bidan atau lainnya yang berhubungan dengan kesehatan. Hal ini dikarenakan selama ini orang awam mengetahui fenomena kesehatan hanya berdasarkan ilmu medis. Lalu bagaimana dengan kajian kesehatan berdasarkan budaya? Nah, dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin pesat,fenomena atau masalah kesehatan dapat dikaji dengan disiplin ilmu antropologi yang disebut dengan ilmu “Antropologi Kesehatan”.

Antropologi adalah ilmu yang mempelajari manusia dan kebudayaannya. Sedangkan antropologi kesehatan adalah ilmu yang mempelajari kesehatan dengan menggunakan kacamata antropologi. Dalam hal ini antropologi kesehatan sebagai cara pandang untuk menelaah atau mengkaji fenomena-fenomena kesehatan dengan perspektif budaya. Karena tidak dapat dipungkiri bahwa kebudayaan menjadi salah satu factor penentu derajat kesehatan masyarakat tertentu. Kedudukan antropologi kesehatan dalam ilmu pengetahuan, bisa sebagai ilmu murni maupun ilmu terapan. Sebagai ilmu murni (teoritis), antropologi kesehatan merupakan studi komprehensif tentang relasi timbal balik antara factor biologi dengan budaya yang terkait dengan permasalahan kesehatan dan penyakit. Sebagai ilmu terapan (praktis) antropologi terapan merupakan partisipasi professional ahli antropolohi dalam program perbaikan kesehatan masyarakat dan perubahan tingkah laku sehat yang lebih baik.
Dalam antropologi terdapat tiga konsep sakit: illness,sickness dan desease. Meskipun jika diartikan dalam bahasa inggris ketiga istilah tersebut memiliki kesamaan arti yaitu sakit, namun dalam kajian antropologi kesehatan istilah tersebut memiliki arti yang berbeda. Sakit (Illness) adalah sakit yang disebabkan oleh persepsi diri sendiri (psikologi). Illness ini lebih mengarah pada anggapan bahwa diri sendiri sakit, meskipun kebenaran sakit belum diketahui. Sakit (sickness) merupakan sakit secara kultural, didasarkan pada pandangan orang lain atau masyarakat yang dipengaruhi oleh latar belakang sosial, budaya, lingkungan, jenis kelamin,dsb. Seseorang dianggap sakit (sickness) apabila mereka tidak bisa menjalankan fungsi dan peranan sosial dalam struktur masyarakat. Sedangkan sakit (desease) atau lebih dikenal dengan penyakit merupakan sakit dalam persepktif medis yang berupa gangguan fungsi atau adaptasi biologi individu yang didasarkan pada diagnosis klinik. Penyakit (desease) hanya akan dianggap penting secara sosio kultural oleh masyarakat apabila diidentifikasi sebagai illness.
Selain konsep sakit, antropologi kesehatan juga mempelajari konsep sehat dan sembuh. Jika kita mengenal sehat menurut medis merupakan suatu kondisi tubuh manusia yang terbebas dari gangguan penyakit. Pada kenyataanya sehat tidak hanya dilihat secara medis yang meliputi kondidi fisik atau biologis saja tetapi juga secara psikis dan sosial. Begitupula konsep sembuh menurut Antropologi kesehatan yang didasarkan pada tiga aspek yaitu medis, psikologi, dan sosial. Sehingga kedua konsep tersebut saling berkaitan satu sama lain. Secara medis konsep sembuh memang sudah banyak diketahui oleh banyak orang termasuk orang awam sekalipun karena standarnya pasti yang didasarkan pada diagnosa uji laboratorium dengan menggunakan gejala dan tanda dari dunia medis modern. Namun, sembuh secara psikologis dan sosial belum banyak diketahui oleh masyarakat kecuali yang belajar ilmu antropologi kesehatan. Kesembuhan secara psikologis dapat tercapai ketika seseorang yang setelah sakit mampu menjadi pendengar yang baik bagi orang yang berada di sekelilingnya. Kesembuhan juga dapat dirasakan ketika si pasien bisa tidur nyenyak karena badannya enak dan ringan. Hal ini berbeda dengan kesembuhan sosial yang berhubungan dengan penerimaan oleh masyarakat dimana si sakit hidup. Jika orang-orang di sekitar tidak mempunyai masalah dengan si sakit, hal tersebut menunjukan bahwa si sakit sudah mencapai kesembuhan sosial. Si sakit juga sudah bisa menajalankan peranan sosial dalam kehidupan masyarakat.
Pemaknaan sehat, sakit, dan penyakit seperti yang dijelaskan sebelumnya, memiliki perbedaan antara masyarakat satu dengan masyarakat lainnya. Hal ini sejalan dengan salah satu sifar antropologi yaitu relativisme budaya, yang artinya tidak ada suatu budaya yang lebih baik dari kebudayaan lainnya. Hal ini dikarenakan setiap kebudayaan memiliki nilai yang berbeda-beda, sehingga tidak ada kebudayaan yang paling baik dan kebudayaan yang paling buruk. Akibatnya apa yang dianggap sebagai penyakit dalam suatu kebudayaan, belum tentu dianggap sebagai penyakit di kebudayaan lainnya. Persepsi terhadap penyakit ditentukan oleh pengetahuan, kepercayaan, nilai dan norma yang dianut oleh suatu masyarakat tertentu. Perbedaan pemaknaan atau cara pandang terhadap suatu penyakit mengakibatakan perbedaan penanggulangan penyakit.
Contoh nyatanya adalah dalam kehidupan masyarakat Jawa yang menganggap sakit diare pada anak kecil merupakan hal biasa , dan menjadi peristiwa pasti yang akan berlangsung pada anak-anak usia 1 sampai 2 tahun. Masyarakat juga tidak khawatir secara berlebihan karena hal tersebut dianggap sebagai pertanda bahwa anak akan bertambah akal dan keterampilan. Bahkan ada yang menganggap bahwa anak akan tumbuh giginya yang biasanya disertai dengan panas yang tinggi. Dalam hal ini masyarakat jawa menganggap diare lebih ke sakit secara kultural dibandingkan sakit secara medis. Oleh karena itu, cara penangannya juga tidak serumit penanganan medis. Sebaliknya, bagi masyarakat di luar jawa memandang bahwa diare merupakan penyakit secara medis dan harus diobati atau dibawa ke pelayanan medis. Perbedaan anggapan tersebut dapat dilihat pengaruhnya terhadap cara pengobatan atau cara mengatasinya.
Belajar Antropologi Kesehatan, juga belajar mengenai sistem medis baik secara tradisional maupun secara modern. Namun, apabila dikaitkan dengan masyarakat Indonesia yang multicultural, maka sistem medis yang masih banyak dilakukan adalah sistem medis tradisional.. Sistem medis tradisional atau lebih dikenal dengan “Etnomedisin” merupaka sistem medis non-Barat, yang banyak dilakukan oleh masyarakat tradisional dalam kebudayaan suku tertentu. Sistem medis ini biasanya untuk mengobati penyakit yang berhubungan dengan klenik akibat intervensi dari makhluk supranatural yang tidak bisa dilihat dengan menggunakan mata telanjang. Sistem pengobatan tersebut lebih dikenal dengan sistem medis personalistik. Dalam mengobati penyakit yang disebabkan oleh gangguan makhluk supranatural (seperti roh,jin, dan hantu) bisanya dengan bantuan orang pintar yang dalam bahasa antropologi disebut dengan tukang tenung, atau dalam bahasa sehari-hari kita disebut dengan dukun yang membaca mntra-mantra tertentu. Pengobatan yang demikian banyak terjadi di suatu suku tertentu yang masih memegang teguh nilai dan tradisi serta kepercayaan terhadap hal-hal supranatural. Berbeda dengan sistem medis modern yang berkiblat pada sistem Barat dengan segala peralatannya yang canggih untuk mengobatai penyakit.
Salah satu bentuk nyata sistem pengobatan tradisional personalistik yaitu pada masyarakat Bukit di Kalimantan, disana terdapat suatu pengobatan menggunakan ritual, yang dinamakan ritual Bahayaga. Ritual ini ditujukan untuk pengobatan terhadap orang yang sakit dan diusahakan kesembuhan melalui permohonan Balian atau Guru Jaya kepada Maha Kuwasa dan Ilah tertentu, berikut pengganggu atau pemberi penyakit segera mengembalikan atau mengusir penyakit dari si sakit. Balian dalam masyarakat Bukit merupakan tokoh atau pemimpin agama yang tinggi kedudukannya dalam masyarakat. Dengan posisi dibaringkan si sakit (laki-laki-wanita) di hadapan kerabat dan handai tulan Balian melakukan tandik, membacakan mantra (mamang) diiringi dengan Tabuhan gendang dilakukanlah penghisapan di tubuh si sakit untuk dibuang penyakitnya.
Fenomena-Fenomena kesehatan seperti yang dijelaskan diatas memiliki banyak manfaat bagi kehidupan kita termasuk menambah wawasan terhadap suatu ilmu juga mempersiapkan diri dalam menghadapi masalah-masalah kesehatan baik berkaitan dengan aspek medis maupun kultural. Belajar antropologi kesehatan juga akan lebih menyenangkan dan menarik dengan melihat contoh nyata di lapangan. Dengan demikian, sudahkah anda mengenal dan memahami apa itu antropologi kesehatan?

1 comment to Mengenal: “Apa itu Antropologi Kesehatan?”

Leave a Reply

You can use these HTML tags

<a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>

  

  

  

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: