Materi Antropologi Kelas X, Bab 3 : Internalisasi Nilai-nilai Budaya dalam Pembentukkan Kepribadian dan Karakter

C

      Perilaku manusia dapat dibedakan dengan kepribadiannya karena kepribadian merupakan latar belakang perilaku yang ada dalam diri seorang individu. Kekuatan kepribadian bukanlah terletak pada jawaban atau tanggapan manusia terhadap suatu keadaan melainkan pada kesiapannya di dalam memberikan jawaban dan tanggapan. Kepribadian mencakup kebiasaan-kebiasaan, sikap, dan sifat lain yang khas dimiliki seseorang yang berkembang apabila seseorang berinteraksi dengan oranglain.

       Theodore M. Newcomb mengatakan bahwa kepribadian merupakan organisasi sikap-sikap (predispositions) yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang terhadap perilakunya. Kepribadian menunjuk pada organisasi sikap-sikap seseorang untuk berbuat, mengetahui, berpikir dan merasakan secara khusus apabila seseorang berinteraksi dengan oranglain atau menanggapi suatu keadaan.

         Internalisasi merupakan proses penanaman nilai kedalam jiwa seseorang sehingga nilai tersebut tercermin pada sikap dan prilaku yang ditampakkan dalam kehidupan sehari-hari (menyatu dengan pribadi). Nilai-nilai yang diinternalisasikan merupakan nilai yang  sesuai dengan norma dan aturan-aturan yang berlaku di masyarakat.

Definisi Nilai-Nilai Budaya

      Nilai budaya merupakan konsep-konsep mengenai sesuatu yang ada dalam alam pikiran sebagian besardari masyarakat yang mereka anggap bernilai, berharga dan penting dalam hidup sehingga dapat berfungsi sebagai suatu pedoman yang memberi arah dan orientasi pada kehidupan para warga masyarakat. Sedangkan menurut Koenjaraningrat (1987: 85) nilai budaya terdiri dari konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam fikiran sebagian besar warga masyarakat mengenai hal-hal yang mereka anggap sangat mulia.

Unsur-Unsur Kepribadian

  • Pengetahuan

       Kemampuan akal untuk membentuk konsep dan berfantasi sudah tentu sangat penting bagi makhluk manusia. Jika tanpa kemampuan tersebut terutama konsep dan fantasi yang mempunyai nilai guna dan keindahan yaitu kemampuan akal yang kreatif. Maka manusia tidak akan dapat mengembangkan cita-cita dan gagasan-gagasan ideal. Selain itu manusia juga tidak akan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan tidak akan dapat mengkreasikan karya-karya keseniannya. Seluruh penggambaran apersepsi, pengamatan, konsep dan fantasi tadi merupakan unsur-unsur “pengetahuan” seorang individu yang sadar. Sebaliknya, banyak pengetahuan atau bagian-bagian dari seluruh himpunan pengetahuan yang ditimbun oleh seorang individu selama hidupnya itu seringkali hilang dari alam akalnya yang sadar atau dalam “kesadarannya” karena berbagai macam sebab yang banyak dipelajari oleh ilmu psikologi. Walaupun demikian perlu diperhatikan bahwa unsur-unsur pengetahuan tadi sebenarnya tidak hilang lenyap begitu saja, tetapi hanya terdesak masuk saja kedalam bagian dari jiwa manusia yang dalam ilmu psikologi disebut alam “bawah sadar” (subconscious).

  • Perasaan

       Selain pengetahuan, alam kesadaran manusia juga mengandung berbagai macam “perasaan”. Suatu perasaan selalu bersifat subjektif karena adanya unsur penilaian sehingga menimbulkan suatu “kehendak” dalam kesdaran seorang individu. Kehendak tersebut dapat bersifat negatif (menghindari sesuatu yang membawa perasaan tidak nikmat) maupun positif (individu ingin mendapatkan suatu hal yang membawa perasann nikmat). Misalnya seoarang individu yang pada suatu hari merasakan terik matahari mendapatkan suatu kenikmatan dengan berkhayal sedang meminum sebotol fanta yang dingin, sehingga membangkitkan keinginannya untuk mencari dan membeli fanta yang dingin tersebut.

  • Dorongan Naluri

        Didalam diri manusia terdapat tujuh macam dorongan naluri antara lain dorongan untuk mempertahankan hidup, dorongan seks, dorongan untuk mencari makan, dorongan untuk bergaul atau berinteraksi dengan sesama manusia, dorongan untuk meniru tingkah laku sesamanya (imitasi), dan dorongan untuk berbakti.

Manfaat internalisasi

      Internalisasi memiliki manfaat bagi kehidupan manusia, yaitu pengembangan, perbaikan dan penyaringan dalam hal budaya.  Manfaat pengembangan yaitu sebagai pengembangan potensi seseorang untuk menjadi pribadi dan memiliki perilaku yang baik agar seseorang  yang telah memiliki sikap dan perilaku yang mencerminkan budaya dan karakter bangsa. Kemudian dalam manfaat perbaikan adalah untuk memperkuat kepribadian yang bertanggung jawab dalam pengembangan seorang individu yang lebih bermartabat; dan dalam manfaat penyaring bertujuan untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang bermartabat agar tidak terjadi suatu goncangan budaya

Peran Media dalam Internalisasi Budaya

      Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak, kita telah mengalami proses internalisasi. Internalisasi yang kita peroleh baik dari lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat luas. Dalam penanaman dan penumbuhkembangan nilai tersebut dilakukan melalui berbagai didaktik-metodik pendidikan dan pengajaran, seperti pendidikan, pengarahan indoktrinasi, brain-washing, dan lain sebagainya. Nilai-nilai yang diinternalisasikan tersebut dapat memberikan pengaruh kepada sikap, kepribadian, dan budaya kita baik kearah negative maupun kearah positif. Pengaruh yang diberikan oleh orang-orang yang memiliki kedudukan tertentu atau karisma tertentu seperti kyai, guru, dan ustad akan memberikan nilai-nilai baik (nilai religious, sopan santun, dsb) yang mengarah ke positif sehingga orang yang menerimanya bisa mempunyai kepribadian yang baik. Namun, persoalan sekarang ini nilai-nilai yang buruk(seperti kekerasan, kejahatan seksual,konsumtif, dll) menjadi konsumsi dalam kehiduapan sehari-hari yang dapat diperoleh melalui media massa dan juga internet. Hal ini menimbulkan dampak negative bagi sikap dan tingkah laku seseorang akibat sebuah proses internalisasi yang salah,   tidak sesuai dengan adat dan kebiasaan-kebiasaan yang berlaku di masyarakat.

     Sebagai langkah atau antisipasi, pendidikan dijadikan sebagai alternative yang sifatnya preventif (pencegahan), karena membangun generasi baru bangsa yang lebih baik. Pendidikan diharapkan mampu mengembangkan kualitas generasi muda bangsa dalam berbagai aspek yang dapat memperkecil dan mengurangi penyebab berbagai masalah budaya dan karakter bangsa. Misalnya melalui sebuah materi pembentukan karakter sebuah bangsa yang dimana di dalamnya membahas tentang sebuah nilai-nilai budaya yang dapat diintegrasikan sebagai pembelajaran. Nilai-nilai biasanya terimplikasi dalam pendidikan karakter di sekolah-sekolah tersebut seperti: Religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab.

       Prinsip pembelajaran yang digunakan dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa mengusahakan agar peserta didik mengenal dan menerima nilai-nilai budaya dan karakter bangsa sebagai milik mereka dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya melalui tahapan mengenal pilihan, menilai pilihan, menentukan pendirian, dan selanjutnya menjadikan suatu nilai sesuai dengan keyakinan diri. Dengan prinsip ini, peserta didik dapat belajar melalui proses berpikir, bersikap, dan berbuat yang dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam melakukan kegiatan sosial dan mendorong peserta didik untuk melihat diri sendiri sebagai makhluk sosial.

Keterkaitan antara Internalisasi dengan Pembentukan Kepribadian Individu

     Kepribadian merupakan susunan akal dan jiwa yang menentukan perbedaan tingkah-laku atau tindakan dari tiap-tiap individu manusia itu ( Koenjaraningrat, 1990:102). Internalisasi memiliki hubungan  dengan pembentukan kepribadian, karena gejala kepribadian seseorang akan tumbuh berangsur-angsur dalam masyarakat diakibatkan oleh proses sosialisasi dan internalisasi nilai-nilai yang dianggap baik termasuk nilai kebudayaan. Internalisasi erat kaitannya dengan sosialisai, sehingga dari sosialisasi dan internalisasi tersebut manusia akan menjadikan nilai yang diperolehnya dalam sikap dan kepribadian seseorang. Pembentukan kepribadian juga  dapat dilakukan melalui sosialisasi norma-norma, pola-pola tingkah laku, dan nilai-nilai cultural secara langsung atau tidak langsung. Kemudian melalui bentuk-bentuk interaksi kelompok kesemuanya diterima dan diperhatikan oleh individu yang tengah terbentuk kepribadiannya, dan kemudian diinternalisasikan kedalam mentalnya. Di dalam mental, segala norma dan pola yang diinternalisasikan tidak dalam keadaan pecah melainkan menyatu menghasilkan organisasi kehidupan. Organisasi kepribadian telah terbentuk maka dapat dikatakan telah terbentuk kepribadian. Adapun faktor yang mempengaruhi perkembangan kepribadian adalah sebagai berikut: (1) warisan biologis, (2) lingkungan fisik, (3) kebudayaan, (4) pengalaman kelompok, (5) pengalaman unik.

 

Daftar Pustaka:

Chaplin. 2005. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Ihsan, Ihsan. 1997. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka cipta

Koenjaraningrat. 1987. Sejarah Antropologi. Jakarta: Bulan Bintang

___________. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Mulyana, Rohmat. 2004. Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta.

Tulisan ini dipublikasikan di Antropologi SMA, Pendidikan. Tandai permalink.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: