Sehari Menjadi Kaum Proletar

Halo Blogy’s kali ini saya akan memposting mengenai sosiologi perkotaan, di mana tempat observasi yang kami lakukakan adalah Mangkang. kami melakukan observasi pada hari kamis, tepatnya pada tanggal 11 Mei 2017. sesuai dengan tujuan dari penugasan ini yaitu peneliti mencoba untuk ikut merasakan menjadi kaum proletar, sehingga kami memilih BRT dan angkutan umum sebagai kendaraan untuk menuju ke Mangkang.

Hasil Observasi

Observasi dilakukan pada hari kamis 11 Mei 2017 dengan tempat tujuan Mangkang. Mangkang adalah tujuan transit terakhir BRT karena berbatasan langsung dengan Kabupaten Kendal. Sesuai dengan kesepakatan kelompok, kami berkumpul di Halte BRT kampus Unnes pada pukul 09.30 WIB. Namun karena ada kendala dari salah satu anggota kelompok kami maka keberangkatan ditunda menjadi pukul 11.00 WIB. Pada pukul 11.00 WIB kami memulai perjalanan ke Mangkang menggunakan BRT dengan empat kali transit (Banaran, Elisabeth, Simpang Lima, Terminal Mangkang).

Sesuai dengan tujuan dari dilakukannya observasi ini kami diajarkan menjadi masyarakat proletar yang memiliki rasa simpati dan empati. Petugas BRT yang tegas memberikan pelajaran bagi kami bagaimana menghormati masyarakat yang lebih tua dan lebih membutuhkan tempat duduk sehingga kami tidak bersikap apatis. Waktu yang digunakan untuk menunggu BRT cukup lama yaitu sekitar lima belas menit dengan cuaca yang panas membuat kami sedikit jenuh. Namun hal tersebut tidak menyurutkan semangat kami untuk melakukan observasi.

Di dalam BRT mayoritas penumpang adalah orang-orang tua, sehingga kami lebih sering berdiri dibandingkan duduk. Fasilitas yang ada di BRT cukup baik namun dengan infrastruktur jalan di Unnes yang naik turun membuat kami sedikit susah untuk menyeimbangkan badan.

Kami tiba diterminal mangkang kira-kira jam 13.30,kondisi terminal dimangkang sangat kotor banyak sampah yang ada disana bahkan kantin yang berada disana juga kondisinya tidak terawat. Diterminal tersebut banyak juga tukang angkot yang mangkal disana,sempat salah satu dari kami sampai ditarik oleh tukang angkot karena dipaksa naik angkotnya tapi karena kami hendak makan jadi kami pu memutuskan untuk beristirahat dikantin diterminal mangkang. Setelah selesai kami mencari angkot untuk menuju BonBin (Kebun Binatang) karena itu adalah tempat tujuan kami mengadakan observasi tapi ternyata pengendara angkot mencari keuntungan dari kami dengan menaikkan harga tiap penumpang untuk menuju tempat yang hendak dituju yaitu dengan harga 5000 padahal harga sebenarnya adalah 2000 untuk menuju kebun binatang.

Kemudian beberapa menit akhirnya kami sampai dikebun binatang,ada tarif yang ditarik untuk tiap pengunjung yang akan masuk kebetulan kami membayar 5000 untuk masuk kedalam. Didalam  lokasi kami melihat banyak sekali pengunjung yang menghabiskan waktu berliburnya bersama keluarga ada juga yang bersama pasangannya dan anak-anak muda seperti pelajar. Mereka datang ketempat itu untuk melihat binatang-binatang langka yang dilestarikan seperti ada burung merak,orang hutan,burung kakak tua,segala macam jenis ular,burung onta,rusa,dan masih banyak lainnya. Ada juga yang menggunakan hewan-hewan tersebut untuk menghasilkan uang seperti ular dan burung kakak tua untuk diajak berfoto bersama pengunjung tarif untuk mencetak fotonya adalah 20.000.

Para pengunjung juga banyak yang memberi makan kepada binatang yang ada dikandang secara sembarangan,karena juga binatang disana banyak yang tidak terurus dan kekurangan makan. Kesadaran pengunjungnya juga masih kurang karena masih banyak yang membuang sampah sembarangan yang menjadikan tempat tersebut terlihat kotor dan air yang ada dikolam bau dan keruh bahkan ada embung kecil untuk para pengunjung menikmati balon yang berada diatas air itu juga sangat bau karena tidak terawat dengan baik. Ada taman disana tapi tidak terlalu luas hanya untuk duduk duduk saja. Untuk binatang yang berada dikandang juga kurang terurus kondisi kandang yang tidak terlalu bersih dan fasilitas binatang yang belum lengkap,pengurus kebun binatangnya hanya memikirkan perekonomian saja karena didalam kebun binatang itu banyak sekali yang berjualan mulai mencari uang dari hasil potretnya sampai penjual aksesoris,makanan dan permainan untuk anak-anak kecil.

Fasilitas didalamnya sudah tersedia tempat ibadah,tempat istirahat,tempat parkir dan kondisinya cukup baik serta harga yang  terjangkau  membuat daya tarik lebih untuk para pengunjung datang ke kebun binatang itu, selain untuk rekreasi para pengunjung memanfaatkannya untuk sarana edukasi anak  terhadap mengenal lingkungan.

Kebun binatang yang berada di mangkang menjadi icon masyarakat luas karena adanya eksistensi dari kebun binatang tersebut sehingga diminati oleh para pengunjung yang ingin berekreasi mengisi waktu luangnya untuk berlibur. Banyak pelajaran yang kami dapatkan di Kebun binatang yaitu mengenai peduli terhadap lingkungan, sesama manusia, dan terhadap binatang.

Pada pukul 15.30 WIB kami melakukan perjalanan untuk kembali ke Unnes, perjalanan pulang menggunakan angkutan umum dari kebun binatang ke terminal, setibanya di terminal kami menuju ke halte BRT dan melanjutkan perjalanan menggunakan BRT dengan pemberhentian yang sama. Kami tiba di Unnes pukul 17.30 WIB.

 

2 komentar pada “Sehari Menjadi Kaum Proletar

  1. salam blogy! pengalaman yang sungguh menarik! tetapi dalam penulisan kurang menarik pembaca untuk bersimpati atau ikut merasakan apa yang ada ditulisan tersebut sebenarnya tulisan tersebut dapat menjadi sebuh cerpen yang asyik. Dan lebih bagus lagi jika ditambah dengan foto atau hasil observasi agar pembaca dapat mengenal daerah yang menjadi objek observasi 🙂 semoga bermanfaat 🙂

  2. Isi postingannya sangat bermanfaat untuk menambah wawasan bagi si pembaca, namun lebih baik disertakan foto sebagai pendukung dari tulisannya. Salam generasi muda berprestasi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: