ANALISIS SINGKAT MENGENAI TEORI BUNUH DIRI EMILE DURKHEIM

Salam Agent of Change!

      Terkait dengan teori sosiologi klasik semester 2 nih guys. Saya kembali memposting hasil analisis saya terkait dengan salah satu teori sosiologi klasik yakni teori bunuh diri dari emile durkheim dengan disertai kasus bunuh diri yang terjadi di masyarakat guys :). Baca yuks 🙂

         Banyaknya kasus-kasus atau fenomena yang terjadi pada negara Indonesia yang kian hari dan kian tahun semakin marak ialah kasus bunuh diri yang banyak di lakukan oleh individu-individu perorangan yang jika kita analisis lebih dalam lagi kasusnya yakni di pacu oleh berbagai faktor seperti ekonomi, budaya dan sosial serta keagamaan dan keyakinan masyarakat itu sendiri. Akan tetapi jika kita lihat dari bentuk kasus bunuh diri ini dapat kita golongkan dalam bentuk anomik serta fatalistik ( Emile Durkheim ).

      Di dalam tipe bunuh diri anomik ini yang menyebabkan individu mengalami depresi yang mana seseorang mengalami perubahan-perubahan yang menjadikannya berada di dalam situasi baru yang mana norma-norma dan nilai-nilai lama tidak berlaku lagi dan nilai-nilai baru belum berkembang. Bunuh diri anomik ini dapat dikatakan bunuh diri akibat faktor ekonomi yang menimpa individu yang menyebabkan dirinya bingung akan mengarah kemana masa depannya nanti sehingga dirinya mengalami tingkat depresi yang tinggi sebab dia tidak dapat mencukupi hidupnya sehari-hari. Tipe bunuh diri anomik ini ialah salah satu tipe bunuh diri terbanyak yang menimpa masyarakat Indonesia. Adapula yang melakukan bunuh diri hanya karena ia merasa di kucilkan oleh teman-temannya sehingga ia merasa tidak mempunyai teman yang mengerti akan dirinya,penyakit yang tak kunjung sembuh, dan bunuh diri meminum racun yang penyebabnya ialah ditolak cintanya oleh gebetan atau orang yang sedang ia sukai.

           Bunuh diri yang semakin banyak terjadi di Negara Indonesia ini tidak akan pernah terjadi apabila semua individu telah mengerti dan paham serta menaati semua nilai atau norma-norma yang berlaku di masyarakat serta telah mempunyai keyakinan dan nilai agama yang sudah dianut di dalam diri dan jiwa masing-masing individu itu sendiri. Memang pada dasarnya mereka berpikir bahwa mengambil jalan pintas untuk menyelesaikan suatu masalah ialah dengan cara melakukan bunuh diri, itu sangat tidak di benarkan dan bahkan sangat di sesali oleh kita yang masih memiliki jalan pikiran yang normal dan memiliki keyakinan keagamaan yang kuat. Bahwa bunuh diri tidak seharusnya dilakukan oleh seseorang yang sudah mengalami tingkat kekecewaan pada suatu masalah pribadi yang sudah sangat tinggi dan bisa kehilangan pola pikir yang normal, menganggap semuanya sia-sia dan tidak ada lagi yang bisa dirinya lakukan dan bermanfaat untuk orang lain di dalam kehidupannya , itulah salah satu sebabnya mengapa masyarakat indonesia lebih memilih melakukan bunuh diri untuk menyelesaikan masalahnya.

            Banyaknya kasus bunuh diri yang menimpa individu masyarakat Indonesia penulis tertarik untuk menganalisis kasus bunuh diri serta teori bunuh diri (suicide) yang di kemukakan oleh salah satu ahli sosiologi yakni Emile Durkheim dalam makalah ini untuk memenuhi tugas harian mata kuliah Teori Sosiologi Klasik. Dan dengan penulis memberikan salah satu contoh kasus bunuh diri serta  menganalisisnya dengan mengaitkan teori dari Emile Durkheim di harapkan mampu menambah wawasan tentang teori yang dikemukakannya untuk para pembaca.

           Begitu sangat jelas Emile Durkheim mengatakan pada Buku karangannya yang kedua yang berjudul Suicide yang di dalamnya dimaksudkan bahwa studinya bukanlah hanya untuk memberikan berbagai sumbangan bagi pemahaman suatu masalah sosial tertentu,tetapi juga untuk berlaku sebagai contoh untuk metode sosiologinya yang baru. Durkheim memilih mempelajari bunuh diri karena suatu fenomena yang relatif konkret dan spesifik yang memiliki data yang sangat baik. Akan tetapi durkheim memiliki satu alasan yang paling penting guna mempelajari teori bunuh dirinya ini ialah bahwasannya durkheim ingin membuktikan kekuatan ilmu sosiologi yang masih baru, secara umumnya bunuh diri dipandang sebagai salah satu tindakan-tindakan yang paling pribadi atau personal.durkheim sangat percaya pada dirinya sendiri bahwa jika dia bisa menunjukan sosiologi mempunyai suatu peran untuk dimainkan dalam menjelaskan tindakan yang tampak individualistik seperti bunuh diri,hal seperti itulah yang menjadikan dirinya relative lebih mudah untuk memperluas domain sosiologi kepada fenomena yang jauh lebih siap dilihat sebagai hal yang terbuka kepada analisis sosiologis. (George, 2012)

       Sebagai seorang sosiolog,durkheim bahkan tidak mempunyai minat untuk mempelajari mengapa setiap individu khusus melakukan bunuh diri, Durkheim malah membiarkan seorang psikolog untuk mempelajari hal tersebut. Durkheim lebih berminat dirinya menjelaskan perbedaan-perbedaan di dalam angka bunuh diri yakni dia berminat pada alasan satu kelompok mempunyai angka bunuh diri lebih besar daripada kelompok lainnya. Pada dasarnya faktor yang menyebabkan bunuh diri ialah faktor psikologis tetapi durkheim lebih berasumsi bahwa hanya fakta-fakta sosial yang dapat menjelaskan mengapa angka bunuh diri kelompok satu dengan kelompok yang lainnya lebih besar.

         Durkheim mengajukan dua cara bagaimana untuk mengevaluasi angka bunuh diri,cara satunya ialah membandingkan masyarakat-masyarakat yang berbeda atau tipe-tipe kolektivitas yang lainnya. Cara lainnya adalah dengan melihat perubahan-perubahan di dalam angka bunuh diri di dalam kolektivitas yang sama seiring dengan berjalannya waktu. Ada salah satu kasus yang lintas budaya atau historis,argumen yang pada dasarnya sama. Jika terdapat variasi dalam angka-angka bunuh diri dari satu kelompok ke kelompok yang lainnya,atau dari waktu ke waktu Durkheim percaya bahwasannya perbedaan itu akan menjadi konsekuensi variasi-variasi di dalam faaktor-faktor sosiologis khususnya dalam arus-arus sosial.

Durkheim memulai Suicide dengan menguji dan menolak serangkaian ide-ide alternatif tentang sebab-sebab terjadi bunuh diri. Di antaranya adalah psiko- patologi individual,alkoholisme,ras,keturunan,dan iklim. Akan tetapi, tidak semua argumen Durkheim meyakinkan,tetapi yang paling penting adalah metodenya menghilangkan secara empiris apa yang dia anggap sebagai faktor-faktor yang tidak terkait, sehingga dia dapat memperoleh apa yang dia pikirkan sebagai variabel-variabel penyebab yang paling penting. Selain itu Durkheim memeriksa dan menolak teori imitasi yang mana teori ini menjelaskan bahwa orang melakukan bunuh diri karena dia meniru perilaku orang lain.

Teori bunuh diri emile durkheim dapat dilihat dengan jelas apabila kita mencermati hubungan jenis-jenis bunuh diri dengan dua fakta sosial utamanya yakni integrasi dan regulasi. Integrasi yang condong berarti kuat tidaknya keterikatan dengan masyarakat,regulasi condong berarti tingkat paksaan eksternal yang dialami oleh individu. Menurut durkheim dua arus sosial tersebut merupakan variabel yang saling terkait dan angka bunuh diri meningkat ketika salah satu arus menurun dan yang lain meningkat. Jika integrasi meningkat,durkheim memasukkannya menjadi bunuh diri Altruis. Jika integrasi menurun maka terjadi peningkatan pada bunuh diri egoistik,bunuh diri fatalistis berkaitan dengan regulasi yang tinggi sedangkan bunuh diri anomik adalah rendahnya regulasi.

  1. Bunuh diri Egoistik

Tingginya angka bunuh diri egoistis dapat ditemukan dalam masyarakat yang mana individu tidak berinteraksi dengan baik dalam bersosialisasi dengan masyarakat yang luas. Dengan adanya lemahnya dari integrasi ini menimbulkan perasaaan bahwa individu bukanlah bagian dari individu lainnya dan menyebabkan semakin meningkatnya angka bunuh diri. Dengan adanya bunuh diri egoistis inilah individu semakin merasakan kekecewaan dan depresi yang tinggi karena lemahnya integrasi, begitu sebaliknya apabila suatu kelompok memiliki integrasi yang kuat maka akan mencegah terjadinya bunuh diri di suatu masyarakat.

  1. Bunuh Diri Altruistis

Bunuh diri ini terjadi ketika integrasi sosial yang ada di dalam masyarakat menguat. Secara umum orang melakukan bunuh diri ini karena mereka merasa punya tanggung jawab kepada  masyarakatnya, seseorang dalam integrasi yang kuat merasa dirinya membawa aib bagi kelompoknya meskipun hanya masalah sepele dan mereka lebih memilih bunuh diri.

  1. Bunuh Diri Anomik

Terjadi pada saat kekuatan regulasi masyarakat terganggu, hal ini bisa muncul karena lemahnya kontrol sosial yang sebenarnya dibutuhkan oleh masyarakat sebagai pengatur nafsu mereka yang tak terkendali. Anomie sendiri adalah suatu keadaan dimana seseorang tak memiliki norma yang memungkinkan seorang merasa tidak memiliki norma dan aturan yang membimbing dirinya dalam kesehariannya.

  1. Bunuh Diri Fatalistik

Bunuh diri ini merupakan kebalikan dari bunuh diri anomie yang mana pada bunuh diri ini ialah tingkat regulasi yang sangat tinggi yang dapat menyebabkan seorang melakukan bunuh diri. Durkheim mengatakan keadaan itu adalah pada saat seseorang merasa masa depannya telah tertutup dan nafsu yang tertahan oleh disiplin yang tertindas.

Contoh Kasus Bunuh Diri

              Penulis mengambil suatu berita yang di beritakan di media elektronik yaitu di website okezone.co.id Jum’at, 4 Maret 2016 – 09:06 wib

SINGKAWANG – Seorang lelaki paruh baya ditemukan tewas gantung diri di kamarnya yang berada di Jalan Alianyang, Kota Singkawang.

Kapolsek Singkawang barat, Kompol Sunarno mengatakan, pagi kemarin telah terjadi aksi bunuh diri yang dilakukan warga Singkawang.

“Namanya Tjhin Tet Ku. Dia warga Jalan Alianyang, RT 023 RW 008, Kelurahan Melayu, Singkawang Barat,” ucapnya kepada wartawan, Jumat (4/3/2016).

Menurutnya, saat ditemukan kondisi korban dalam posisi tergantung tali rapiah warna hitam di dalam kamar mandi. Saat itu korban dalam tidak menggunakan busana.

“Kronologi kejadian muncul dari pihak keluarga yang curiga karena almarhum berada di dalam kamar mandi begitu lama dengan lampu kamar masih menyala,” ujarnya.

Melihat hal itu, Sunarno menjelaskan, pihak keluarga panik dan meminta bantuan ke tetangga untuk membantu membuka pintu kamar mandi.

“Saat tetangga datang, pintu didobrak dan korban sudah tak bernyawa lagi. Jenazah langsung dibawa ke Rumah Sakit Vincentius,” tuturnya.

Ia mengungkapkan, menurut pernyataan keluarga almarhum, ternyata semasa hidup ia memiliki riwayat penyakit yang sulit disembuhkan. Korban juga termasuk orang yang tertutup.

“Dugaan sementara, gantung diri dilakukan karena frustrasi dengan penyakit yang diderita tak kunjung sembuh,” ujarnya.

Analisis kasus berita yang penulis ambil di okezone.com

        Dari berita tersebut diatas kasus bunuh diri yang dilakukan oleh pria paruh baya yang bernama Tjhin Tet Ku tersebut ialah termasuk kedalam Tipe bunuh diri Egoistik karena ia melakukan bunuh diri dengan alasan penyakitnya yang tak kunjung sembuh dan menurut kata keluarganya dia juga mempunyai sifat yang tertutup dimana dia tidak suka berinteraksi dan bersosialisasi dengan masyarakat dan tetangganya , sehingga para tetangganya tidak mengetahui apa yang dia rasa. Anggota keluarganya pun hanya bersikap pasrah dengan penyakit yang di derita orang sang korban bunuh diri ini. Dengan penyakit yang dideritanya dan tak kunjung sembuh si korban merasa sudah tidak mampu lagi untuk hidup , merasa dirinya menyusahkan banyak orang dengan penyakit yang sedang di derita semasa hidupnya dan dia merasa dirinya dikucilkan dari masyarakatnya karena penyakit yang dideritanya karena mungkin masyarakat menganggap penyakitnya itu akan menular dan membahayakan orang lain. Itulah mengapa ia nekad melakukan bunuh diri dengan menggantungkan dirinya dengan tali rapia di kamar mandi.

          Tipe bunuh diri egoistik dari Emile Durkheim yang terkait dengan kasus bunuh diri yang penulis berikan sebagai contoh kasus untuk makalah ini juga karena sang korban merasa dirinya tidak mampu memenuhi peranan yang diharapkan (role expectation) di dalam role performance (perananan dalam kehidupan sehari-hari), maka orang tersebut akan mengalami tingkat depresi dan frustasi serta mengalami rasa kekecewaan terhadap orang lain yang sangat tinggi sehingga dia melakukan bunuh diri.

             Dari penjelasan yang sudah di jelaskan diatas yang mana Negara Indonesia memiliki angka bunuh diri yang semakin meningkat dari tahun ke tahun dan semakin memaraknya kasus bunuh diri yang terjadi di kalangan individu yang pada dasarnya mereka berada di tengah-tengah individu-individu lainnya yang berada di negara hukum negara Indonesia ini tidak menjadikannya takut akan perilaku bunuh diri yang hanya di dorong oleh rasa amarah,kecewa,serta depresi yang sangat tinggi yang menjadikan dirinya nekad untuk melakukan aksi bunuh diri untuk lari dari masalah yang sedang menimpa dirinya serta kurang nya keimanan terhadap nilai agama menjadikan jiwa-jiwa individu masyarakat Indonesia mempunyai sikap dan sifat yang pesimis,egois dan rendahnya kualitas dirinya untuk mengendalikan emosi ketika sedang dirundung oleh suatu masalah serta cobaan hidup yang tidak di dukung oleh lingkungan sekitarnya. Kebanyakan penyebab kasus – kasus bunuh diri yang terjadi di berbagai negara , salah satunya Negara Indonesia ini dikaji dalam salah satu teori Emile Durkheim, yaitu yang sudah Durkheim  bagi kedalam empat tipe, tipe – tipe bunuh diri yang diantaranya yaitu tipe bunuh diri Egoistik , bunuh diri Altruistik, bunuh diri Anomik, dan bunuh diri Fatalistik yang sudah penulis jelaskan di atas.

DAFTAR PUSTAKA

Ritzer, George.2012. Teori Sosiologi Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern. Yogyakarta : PustakaPelajar.

­­___________ .2014.Teori Sosiologi Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern. Bantul : Kreasi Wacana.

https://news.okezone.com/read/2016/03/04/340/1327412/penyakit-tak-kunjung-sembuh-pria-ini-gantung-diri (di unduh pada 7 Maret 2016, 18.30 WIB)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: