PELESTARIAN SENI TARIAN KUDA LUMPING DI MASYARAKAT

Salam Agent of Change!

       Postingan saya kali ini adalah terkait dengan tugas Bentang Sosial Budaya Masyarakat Jawa semester 1, dimana saya diminta oleh dosen mata kuliah ini untuk membuat sebuah artikel mengenai bagaimana pelestarian (uri-uri) kebudayaan yang ada di masyarakat khususnya kebudayaan suku bangsa Jawa di Indonesia.

            Indonesia adalah Negara yang memiliki keanekaragaman suku,ras,dan agama serta kebudayaan (multikultural).keberagaman adat istiadat di indonesia ini banyak yang berbentuk tari-tarian. Hingga saat ini banyak yang masih melestarikan adat istiadat di daerahnya masing-masing,namun banyak juga kebudayaan yang hilang dan diakui oleh negara lain karena tidak adanya generasi penerus bangsa yang mau melestarikan kebudayaan yang dimilikinya. Oleh sebab itu perlu adanya kesadaran generasi muda untuk melestarikan warisan kebudayaan nenek moyang bangsa indonesia. Salah satu suku yang ada di Indonesia adalah suku Jawa yang juga mempunyai keberagaman kesenian dan adat istiadat yang khas dari suku Jawa ini. Salah satu kesenian khas dari suku Jawa ini ialah “Kuda Lumping”.

   Kuda lumping juga disebut jaran kepang atau jathilan adalah tarian tradisional Jawa menampilkan sekelompok prajurit tengah menunggang kuda. Tarian ini menggunakan kuda yang terbuat dari bambu yang di anyam dan dipotong menyerupai bentuk kuda yang kemudian dihias dengan cat dan diberi kain beraneka warna sehingga lebih menarik perhatian. Tarian kuda lumping biasanya hanya menampilkan adegan prajurit berkuda, akan tetapi beberapa penampilan kuda lumping ada yang menyuguhkan atraksi kesurupan, kekebalan, dan kekuatan magis, seperti atraksi memakan beling dan kekebalan tubuh terhadap deraan pecut yang sangat menyakitkan.

 Kesenian kuda lumping saat ini masih berhasil membuat para penontonnya tercengang dalam menyaksikan sebuah kebudayaan khas warisan nenek moyang bangsa Indonesia yang berada di suku Jawa. Walaupun peninggalan budaya ini mulai bersaing ketat oleh masuknya kebudayaan asing yang mulai masuk ke tanah air , tetapi kesenian ini masih bisa memperlihatkan daya tarik tersendiri. Harus ada kesadaran di diri kita masyarakat indonesia untuk tetap melestarikan kebudayaan dan kesenian yang kita miliki agar tidak punah dan tidak mudah di ambil dan diakui oleh negara lain. Keunikan dari tari kuda lumping yang kita miliki adalah adanya unsur magis yang membuat si penari nya kesurupan hingga memakan beling kaca dan dipecut pun ia tidak merasakan sakit. Keunikan inilah yang harus dan semestinya kita lestarikan dan kita jaga. Sudah banyak tradisi,kesenian,dan kebudayaan bangsa Indonesia yang diambil dan diakui oleh Negara lain salah satunya ialah Motif Batik Parang dari Daerah Istimewa Yogyakarta yang di klaim dan diakui oleh Negara Malaysia, dan masih banyak lagi.

Negara lain saja tertarik kepada budaya kita dan mengakui sebagai miliknya,sedangkan kita yang memiliki kebudayaan sejak dahulu tidak mau melestarikannya.Kita seharusnya menjaga apa yang diturunkan dari nenek moyang kita karena itu akan menjadi ciri khas dari bangsa kita.

Sejarah Tarian Kuda Lumping

            Kuda lumping merupakan salah satu seni tari yang dimainkan dengan dengan alat berupa kuda tiruan, yang terbuat dari anyaman bambu atau kepang yang di hias dengan sedemikian rupa bentuknya yang sangat menarik perhatian bagi setiap penontonnya. Tidak ada satupun sejarah yang bisa menjelaskan secara detail asal mula tarian ini, hanya riwayat verbal yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Konon, tari kuda lumping sering disebut dengan tari kesurupan. Ada pula versi yang menyebutkan, bahwa tari kuda lumping menggambarkan sebuah kisah perjuangan Raden Patah, yang dibantu oleh Sunan Kalijaga. Ada juga yang menyebutkan, tarian ini mengisahkan tentang latihan perang pasukan Mataram yang dipimpin oleh Sultan Hamengku Buwono I, Raja Mataram, untuk menghadapi pasukan Belanda. Ada lagi yang mengatakan bahwa tarian ini ada kaitannya dengan tari Reog Ponorogo, dan Jaran Kepang dari Kediri dalam cerita Songgolangit.

Terlepas dari asal usul dan nilai historisnya, tari kuda lumping ini merupak tarian yang membangun semangat kepahlawanan dan aspek kemiliteran sebuah pasukan berkuda. Dari fenomana tersebut bisa di lihat dari gerakan-gerakan nya yang sudah lihai dalam menari melalui kibasan anyaman bambu, menirukan gerakan layaknya seekor kuda di tengah peperangan.Seringkali dalam pertunjukan nya tarian ini menampilkan berbagai atraksi yang memamerkan kekuatan supranatural atau mistis,misalnya atraksi mengunyah beling, menyayat lengan sendiri menggukan golok, membakar dirinya sendiri, berjalan di atas pecahan kaca, atau yang sangat membahayakan dirinya ketika dalam keadaan normal/ tidak kerasukan.

Hingga saat ini tarian kuda lumping ini kita tidak tahu siapa yang menciptakan kesenian tari kuda lumping, karena kesenian ini banyak di temukan di beberapa daerah di Indonesia dan banyak yang mengakui bahwasannya tari kuda lumping adalah tari atau kebudayaan yang menjadi milik daerah itu sendiri. Di Jawa Timur seperti Sidoarjo,Surabaya dan kota-kota besar lainnya mereka tidak lagi asing dengan tarian ini. Biasanya tari ini ditampilkan pada kegiatan tertentu saja yang sangat sakral, seperti menyambut tamu kehormatan, dan sebagai ucapan rasa syukur, atas hajat yang dikabulkan oleh Yang Maha Kuasa.

Dalam sistem pementasannya, tari kuda lumping ini menggunakan alat-alat yang sifatnya mistis seperti kaca atau beling serta jimat. Selain peralatan tersebut di dalam pementasannya tarian ini ada juga yang di iringi oleh gamelan atau alat musik khas jawa seperti kendang,gong, dan kenong. Selain mengandung unsur hiburan dan religi, kesenian tradisional kuda lumping ini juga banyak mengandung unsur ritual yang sangat sakral. Karena sebelum pertunjukan dimulai, biasanyaakan ada dua orang pawang hujan maupun kepala suku yang akan  bersedia melakukan ritual, untuk mempertahankan cuaca agar tetap cerah karena dalam pertunjukan biasanya dilakukan di lapangan yang terbuka.

Di setiap pertunjukannya, tari kuda lumping ini menghadirkan empat fragmen tarian yaitu dua kali tari Buto Lawas, tari Senterewe, dan tari Begon Putri. Beberapa penari yang masih muda menunggangi kuda tiruan yang terbuat dari anyaman bambu dan menari mengikuti alunan musik. Pada bagian inilah, para penari Buto Lawas dapat mengalami kesurupan atau kerasukan roh halus. Para penonton juga banyak yang mengalami kerasukan. Banyak warga sekitar yang menyaksikan pertunjukan ini menjadi kesurupan dan ikut menari bersama para penarinya karena saking menikmati dan rasa penasarannya membuat mereka tercengang akan tarian maka merekapun terlena dan banyak yang melamun saat menonton. Dalam keadaan tidak sadar, mereka terus menari dengan gerakan yang sangat lincah dan lihay dari penari aslinya seperti sudah terbiasa mengikuti latihan dengan para penari.

Kesenian tari kuda lumping ini merupakan wujud perlawanan terhadap penguasa pada masa pemerintahan Jawa yang dijalankan di bawah kerajaan, berbagai bentuk aspirasi dari rakyat yang pada saat itu juga sangat dibatasi karena adanya berbagai perbedaan dalam kelas kelas sosial dan berbagai alasan tentang tingkat kestabilan pada kerajaan tersebut. Dalam kondisi yang selalu terkekang inilah yang tidak memungkinkan rakyat untuk melakukan sebuah perlawanan secara langsung pada para penguasanya. Mereka sadar bahwa dalam melakukan sebuah perlawanan, maka tidak cukup hanya dengan bermodalkan cangkul dan parang saja , akan tetapi sangat dibutuhkan kekuatan secara logis yang mencukupi mereka melakukan perlawanan tersebut. Selain tarian ini adalah untuk sebuah tontonan yang sangat mengusung nilai-nilai kepahlawanan dan perlawanan maka tarian ini juga menyuguhkan sebuah bentuk tarian seni yang sangat murah untuk rakyatnya,disebut sebagai tontonan yang murah meriah karena untuk memainkannya tidak perlu menghadirkan berbagai macam alat musik modern maupun tradisional sebagaimana karawitan. Di sebut tarian kuda lumping dan menggunakan kuda meskipun hanya kuda tiruan yang dibuat dengan bahan anyaman bambu yang di cat dan di hias sangat menarik karena kuda merupakan simbol kekuatan dan kekuasaan para bangsawan dan kaum elite atau prajurit kerajaan yang pada masa itu tidak di miliki oleh para rakyat jelata.Selain digunakan sebagai media perlawanan , seni tari Kuda Lumping ini juga dapat dipakai sebagai media dakwah seperti Sunan Kalijaga yang menyebarkan  agama Islam atau dakwahnya melalui kesenian wayang kulit dan lagu dandang gulo yang merupakan salah satu lagu macapat di Jawa. Akan tetapi selain menggunakan seni wayang kulit beliau dan para ulama jawa yang lainnya juga menggunakan seni tari salah satunya seni tarian Kuda Lumping ini.

Bukti bahwa kesenian ini adalah kesenian yang mempunyai sifat dakwah adalah dapat dilihat dari isi cerita yang ditunjukan oleh karakter para tokoh yang ada dalam tarian Kuda Lumping, tokoh-tokoh itu antara lain para prajurit berkuda, Barongan dan Celengan. Dalam kisahnya para tokoh tersebut masing-masing mempunyai sifat dan karakter yang berbeda, simbol kuda menggambarkan suatu sifat perkasa yang sangat penuh dengan semangat, pantang menyerah, berani dan selalu siap dalam kondisi dan dalam keadaan apapun, kuda disini dibuat dari anyaman bambu yang memiliki makna bahwa dalam kehidupan manusia ada kalanya duka, susah dan senang, seperti halnya dengan anyaman bambu yang di lakukan oleh pemainnya yang kadang diselipkan ke atas atau diselipkan ke bawah, kadang ke kanan juga ke kiri, semua sudah ditakdirkan oleh Yang Kuasa, hanya kita sebagai manusia makhluk ciptaan Tuhan yang di berikan kelebihan akal mampu atau tidak dalam menjalani takdir kehidupan yang telah digariskanNya. Sifat dari para tokoh yang diperankan dalam seni tari kuda lumping merupakan pangilon atau gambaran dari berbagai macam sifat yang ada di dalam diri manusia. Para seniman kuda lumping memberikan isyarat kepada manusia bahwa didunia ini ada sisi buruk dan sisi baik, tergantung manusianya tinggal ia memilih.

            Tarian tradisional kuda lumping ini juga ada di daerah Pemalang provinsi Jawa Tengah tepatnya di desa Bojongnangka yang pada saat dahulu ketika saya sebagai penulis waktu kecil menyaksikan sendiri bagaimana pertunjukan kuda lumping ini di tampilkan waktu itu bertempat di lapangan dekat balai desa . tarian ini di tampilkan guna sebagai hiburan saja untuk para masyarakat desa bojongnangka , pertunjukannya sangat menakutkan dan pada waktu itu pula salah satu kepala atau pemain yang sudah tua umurnya mengingatkan dan memberi wanti-wanti agar saya dan para penonton yang lainnya tidak boleh terlalu dekat saat menonton dan tidak boleh melamun karena jika hal tersebut dilanggar maka saya dan yang lainnya tidak sadarkan diri atau bisa kesurupan dan ikut sebagai penari dalam pertunjukan kuda lumping ini. Kesenian ini berangsur-angsur menghilang dan tidak ada lagi yang melestarikan atau yang melaksanakan pertunjukan kuda lumping ini karena para generasi sekarang anak bangsa indonesia kita sudah banyak yang tidak tertarik akan kesenian daerahnya mereka lebih banyak tertarik dengan film atau game yang ada di gadget mereka. Akan tetapi , Pemerintah Kabupaten Pemalang menguri-uri Kesenian Kuda lumping ini dengan dijadikannya sebuah Lambang atau Logo Kuda Lumping yang dibuatnya dari besi dan di pasang di salah satu sudut kota,bukan hanya kota pemalang yang mempunyai julukan IKHLAS sekarang kota Pemalang juga di juluki kota Kuda Lumping yang mempunyai makna bahwa masyarakat kota Pemalang mempunyai Jiwa yang tidak mudah menyerah dan berputus asa dalam segala masalah kehidupan. Tari kuda lumping ini sekarang banyak di gunakan sebagai hiburan pada waktu acara Hari jadi Kota Pemalang.

Keunikan Kesenian Tari Kuda Lumping

            Tarian Kuda lumping ini tidak akan pernah lepas dari nuansa kemagisan. Banyak para pemainnya yang bahkan penontonnya juga sering mengalami kesurupan entah apa penyebabnya sehingga bisa membuat para pemainnya ini sering tidak sadar apa yang sedang ia lakukan. Jika di lihat dari teknik permainnannya, para penari kuda lumping tersebut seperti memiliki kekuatan yang sangat besar, dan bahkan terkesan memiliki kekuatan supranatural. Tarian ini merupakan tarian yang sangat unik karena umumnya di mainkan oleh masyarakat biasa yang tidak mempunyai kekuatan apapun. Hebatnya, penari kuda lumping yang aslinya diperankan oleh anak perempuan yang berpakaian laki-laki layaknya bak prajurit kerajaan.

Saat ini, pemain kuda lumping lebih banyak di perankan dan di lakoni oleh anak lelaki,bunyi sebuah pecutan (cambuk) besar yang sengaja di pakai oleh para pemain seni tari ini, menjadi awalan permainan dan masuknya kekuatan mistis (ghaib) yang bisa menghilangkan alam bawah sadar pemainnya. Dengan menaiki kuda tiruan dari anyaman bambu tersebut, penunggang kuda yang pergelangan  kakinya di beri kerincingan ini pun mulai kehilangan kesadarannya dia mulai melompat-lompat dengan kuda tiruannya , jingkrak-jingkrak tak karuan hingga berguling-guling di tanah. Selain itu , penari kuda lumping pu mulai melakukan atraksi-atraksi lainnya, seperti memakan dan mengunyah beling sampai tak tersisa dan mengupas sabut kelapa dengan menggunakan giginya. Beling (kaca) yang ia makan adalah bohlam lampu yang biasa digunakan sebagai penerang di rumah masyarakat. Betapa lahapnya ia saat memakan beling seperti layaknya orang yang tak makan selama satu bulan penuh, tidak merasakan dan merengek karena kesakitan dan bahkan tidak ada darah yang ada pada saat ia menyantap beling-beling tersebut.

Jika di lihat secara keseluruhan permainan sekaligus pertunjukan kesenian daerah kuda lumping ini , bunyi pecutan anyaman rotan dan sangat panjang inilah yang tiada hentinya sangat mendominasi setiap rangkaian atraksi yang di tampilkan. Sepertinya, setiap pecutan yang dilakukan oleh si penunggang terhadap dirinya sendiri , yang mengenai kaki atau bagian tubuhnya yang lain, akan memberikan efek kemagisan, yang merupakan ciri khas dari kesenian daerah ini. Artinya, ketika pecutan anyaman rotan panjang yang diayunkan dan mengenai kaki dan seluruh tubuhnya, si penari kuda lumping akan merasa dirinya tersebut semakin kuat dan kuat, semakin perkasa, dan semakin tak terkalahkan. Umumnya, dalam kondisi tersebut ia akan semakin liar dan tak kuasa untuk melakukan hal-hal yang membahayakan bagi para penontonnya. Oleh karena itu, mengapa penontonnya tidak boleh terlalu dekat saat menonton pertunjukan kuda lumping ini.

Semarak dan kemeriahan permainan kuda lumping ini akan menjadi semakin lengkap dengan di tampilkannya atraksi semburan api. Semburan api yang keluar dari mulut para pemain yang lainnya, diawali dengan menampung bensin atau minyak tanah atau bahan bakar minyak yang lainnya  di dalam mulut mereka lalu di semburkannya pada sebuah api yang menyala pada setangkai besi kecil yang ujungnya di buat sedemikian rupa agar api tidak mudah mati sebelum dan sesudah bahan bakar minyak itu disemburkan dari dalam mulutnya. Pada pertunjukan kuda lumping, makna lain yang terkandung adalah warna. Adapun warna yang sangat mendominasi pada pertunjukan seni ini yaitu merah,putih dan hitam . warna merah melambangkan sebuah semangat serta keberanian yang luar biasa dan tiada henti. Warna Putih melambangkan kesucian yang ada di dalam hati juga dalam pikiran yang dapat merilekskan semua panca indera kita agar dapat di jadikan sebagai panutan dari warna hitam.

Untuk sebuah atraksi yang penuh mistis dan berbahaya, tarian kuda lumping ini di lakukan di bawah pengawasan seseorang yang menjadi “pimpinan supranatural”. Biasanya , pimpinan ini ialah seorang yang memiliki ilmu ghaib yang sangat kental dan tinggi yang bisa mengembalikan sang penari kembali ke kesadarannya seperti semula. Beliau juga bertanggung-jawab terhadap jalannya atraksi kuda lumping ini, serta menyembuhkan rasa sakit yang di alami oleh pemain kuda lumping yang mana merupakan efek dari kesurupannya itu. Oleh sebab itu, meskipun dianggap sebagai permainan rakyat, kuda lumping tidak dapat dimainkan oleh sembarang orang atau tanpa pengawasan , tetapi harus di bawah petunjuk dan pengawasann sang pimpinannya.

Penyebab Kesenian Kuda lumping masih tetap bertahan

            Kesenian tari kuda lumping yang sebagaimana kita dapat ketahui memiliki keunikan dalam pertunjukan dan permainannya yang mengandung magis dan sifat mistis inilah yang menyebabkan kesenian tarian kuda lumping masih kita uri-uri kebudayaannya di masyarakat. Akan tetapi, tidak banyak yang masih melestarikan kebudayaan ini karena mereka atau generasi muda Bangsa Indonesia sekarang ini tidak lagi tertarik dengan kebudayaan atau tradisi tradisional warisan nenek moyang kita pada jaman dahulu. Mereka cenderung tertarik akan masuknya budaya asing yang saat ini telah merambak masuk ke Bangsa Indonesia kita tercinta ini.

            Budaya asing tersebut misalnya ialah bermain game di gadget, menyanyikan lagu yang berbahasa inggris, menari tarian modern atau yang kita sering sebut dengan modern dance. Khususnya bagi para perempuan yang sering melakukan budaya asing ini , yang mana seharusnya perempuan bisa menjadi pribadi yang ulet,telaten,pintar berbicara dan yang lainnya dan bukan hanya para perempuannya saja yang telah terkontaminasi oleh budaya asing bahkan lelaki pun juga ikut yang mana seharusnya lelaki ini pandai dan mempunyai kemauan yang amat besar jika disuruh belajar dan atau latihan tari tradisional,membuat alat musik dari bangsa Indonesia yang sudah multikultural atau sudah tersebar di daerah nya masing-masing.

            Selain itu , yang menjadi penyebab kesenian tari tradisional kuda lumping ini masih tetap bertahan ialah tari tradisional kuda lumping ini sekarang lebih banyak di lakukan hanya pada saat-saat tertentu saja , misalnya pada saat acara hajatan di masyarakat,hari ulang tahun atau hari jadi kota, dan lain sebagainya. Kita harusnya lebih bisa menguri-uri semua kebudayaan yang telah menjadi ciri khas bangsa indonesia ini yang merupakan warisan nenek moyang kita , agar kita tidak menyesal saat kebudayaan yang kita miliki  sudah di klaim atau diakui oleh negara lain seperti Malaysia.

Upaya Pelestarian Kesenian Tari Kuda Lumping

 

Ada beberapa upaya untuk melestarikan Kebudayaan kuda lumping dapat dilakukan dalam dua bentuk yaitu :

  1. Pengalaman Kebudayaan

Merupakan pelestarian budaya yang dilakukan dengan cara terjun langsung kedalam sebuah pengalaman kultural. contohnya, jika kebudayaan tersebut berbentuk tarian, maka masyarakat dianjurkan untuk belajar dan berlatih dalam menguasai tarian tersebut. Dengan demikian dalam setiap tahunnya selalu dapat dijaga kelestarian budaya kita ini.

  1. Pendidikan Kebudayaan

Merupakan pelestarian budaya yang dilakukan dengan cara membuat suatu pusat informasi mengenai kebudayaan yang dapat difungsionalisasi kedalam banyak bentuk. Tujuannya adalah untuk edukasi ataupun untuk kepentingan pengembangan kebudayaan itu sendiri dan potensi kepariwisataan daerah. Dengan demikian para Generasi Muda dapat mengetahui tentang kebudayaanya sendiri.

Selain dilestarikan dalam dua bentuk diatas, kita juga dapat melestarikan kebudayaan dengan cara mengenal budaya itu sendiri. Dengan hal ini setidaknya kita dapat mengantisipasi pencurian kebudayaan yang dilakukan oleh negara – negara lain.Penyakit masyarakat kita ini adalah mereka terkadang tidak bangga terhadap produk atau kebudayaannya sendiri. Kita lebih bangga terhadap budaya-budaya impor yang sebenarnya tidak sesuai dengan budaya kita sebagai orang timur. Budaya daerah banyak hilang dikikis zaman. Oleh karena itu , kita sendiri yang tidak mau mempelajari dan melestarikannya. Akibatnya kita baru bersuara ketika negara lain sukses dan terkenal dengan budaya yang mereka curi secara diam-diam dan sembunyi-sembunyi.

Selain itu peran pemerintah dalam melestarikan budaya bangsa juga sangatlah penting. Bagaimanapun pemerintah memiliki peran yang cukup bijak dalam upaya pelestarian kebudayaan  dan tradisi dari berbagai daerah ditanah air Indonesia ini. Pemerintah harus menginterpretasikan semua kebijakan-kebijakan yang mengarah pada upaya pelestarian kebudayaan nasional. Salah satu kebijakan pemerintah yang pantas didukung adalah penampilan kebudayaan-kebudayaan  daerah disetiap acara-acara penting nan sakral dan nasional, misalnya tari-tarian , lagu daerah, dan sebagainya. Semua itu harus dilakukan sebagai upaya pengenalan kepada generasi muda, bahwa budaya yang ditampilkan itu adalah warisan dari para leluhurnya pada zaman dahulu. Bukan berasal dari negara tetangga misalnya malaysia. Demikian juga upaya-upaya melalui jalur formal pendidikan. Masyarakat harus memahami dan mengetahui berbagai macam kebudayaan atau tradisi yang kita miliki. Pemerintah juga dapat lebih memusatkan perhatian pada pendidikan muatan lokal kebudayaan daerah.

Selain hal-hal tersebut diatas, masih terdapat berbagai macam upaya dalam melestarikan kebudayaan, adalah sebagai berikut :

  1. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam memajukan budaya tradisional
  2. Lebih memberikan motivasi untuk memaksimalkan potensi kebudayaan beserta pemberdayaan dan pelestariannya
  3. Berusaha menghidupkan kembali semangat nasionalisme, kekeluargaan, keramah-tamahan dan kesolidaritasan yang tinggi.
  4. Selalu mempertahankan budaya Indonesia agar tidak punah
  5. melakukan sosialisasi agar semua orang mampu mengelola keanekaragaman budaya daerah

            Kesenian tari kuda lumping harus terus kita jaga dan lestarikan. Bukan hanya kesenian tari kuda lumping ini saja tetapi semua kebudayaan yang merupakan warisan dari nenek moyang kita bangsa Indonesia yang memiliki banyak sekali keanekaragaman budaya yang tersebar di berbagai ras,suku dan kepulauan. Posisi kita adalah sebagai generasi penerus bangsa ini yang mempunyai tugas untuk melestarikan ,menjaga,dan mengembangkan kebudayaan tradisional (lokal) serta mempertahankannya. Supaya kebudayaan yang sudah kita miliki tidak semakin pupus dan hilang dari bangsa indonesia ini. Satu hal yang harus kita selalu waspadai ialah masuknya kebudayaan asing ke negara ini yang perlahan-lahan mulai menyingkir dari tanah air. Kita harus ingat pula,bahwa sebagian dari keberagaman kebudayaan dan tradisi yang sudah kita telah diklaim dan diakui oleh negara lain.

            Tarian kuda lumping ini memiliki keunikan yang sudah tidak diragukan lagi, yakni pemain kuda lumping lebih banyak di perankan dan di lakoni oleh anak lelaki,bunyi sebuah pecutan (cambuk) besar yang sengaja di pakai oleh para pemain seni tari ini, menjadi awalan permainan dan masuknya kekuatan mistis (ghaib) yang bisa menghilangkan alam bawah sadar pemainnya. Dengan menaiki kuda tiruan dari anyaman bambu tersebut, penunggang kuda yang pergelangan  kakinya di beri kerincingan ini pun mulai kehilangan kesadarannya dia mulai melompat-lompat dengan kuda tiruannya , jingkrak-jingkrak tak karuan hingga berguling-guling di tanah. Selain itu , penari kuda lumping pu mulai melakukan atraksi-atraksi lainnya, seperti memakan dan mengunyah beling sampai tak tersisa dan mengupas sabut kelapa dengan menggunakan giginya. Beling (kaca) yang ia makan adalah bohlam lampu yang biasa digunakan sebagai penerang di rumah masyarakat. Betapa lahapnya ia saat memakan beling seperti layaknya orang yang tak makan selama satu bulan penuh, tidak merasakan dan merengek karena kesakitan dan bahkan tidak ada darah yang ada pada saat ia menyantap beling-beling tersebut.

            Pemerintah dan masyarakat diharapkan untuk memberikan sarana dan motivasi, serta pendidikan kepada sesamanya bahwa kita mempunyai aneka ragam kebudayaan yang sudah di wariskan dan kita bertugas untuk menguri-uri atau melestarikan,serta mempertahankan kebudayaan tersebut agar tidak diklaim oleh negara lain.

DAFTAR PUSTAKA

https://kudasaktikusumo.com/filosofi-kesenian-jaranan/

https://www. Redaksi Explore Indonesia.com

https://rianputra84.wordpress.com/2012/06/17/malaysia-mengklaim-seni-budaya-indonesia-sebagai-seni-budayanya/

https://andeshinta.blogspot.com/2010/10/my-makalah-belum-jadi.html

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: