Review Artikel : Manusia dan Kebudayaan

 

  • Keanekaragaman Makhluk Manusia dan Kebudayaan

Jauh sebelum buku The Origin Of Species, orang Eropa memiliki tiga pandangan mengenai masyarakat dan kebudayaan manusia. Pertama pandangan polygenesis, berpendapat bahwa dasarnya manusia itu memang diciptaka beraneka macam, dan orang eropa yang paling sempuna dan tinggi. Yang kedua pandangan monogenesis, berpendapat bahwa manusia berasal dari satu makhluk induk, keturunan nabi adam. pada abad XVI di eropa (Reinassance), pada masa ini eropa mengalami zaman pencerahan. Beraneka macam gejala perilaku manusia dalam kehidupan bermasyarakat dianalisis secara induktif dengan mencari unsure unsure kesamaan yang ada, kemudian diupayakan dirumuskan sebagai kaidah-kaidah social. Cara berpikir rasional yang berkembang menjadi aliran positifisme.

Seorang ahli antropologi Amerika A.L. Kroeber mangatakan bahwa salah satu sifat kebudayaan adalah superorganik. Suatu perubahan kebudayaan dapat berasal dari para pendukungnya dan dimungkinkan pula dari luar lingkungan pendukung kebudayaan tersebut.

Dalam sejarah perkembangan kebudayaan manusia ada tigatiga jenis revolusi terpenting, pertama ketika manusia mulai mengenal system bercocok tanam, kedua mengeal pola permukiman kota, dan yang ketiga adalah revolusi industry di Inggris. Sejak itulah kebudayaan manusia mulai tumbuh dengan cepat seolah melepaskan dirinya dari proses evolusi organic. Manusia dan kebudayaan merupakan kesatuan, sementara itu pendukung kebudayaan adalah manusia itu sendiri. Sekalipun manusia akan mati tapi kebudayaan akan diwariskan.

  • Konsep Kebudayaan

Kebudayaan sebagai suatu system yang melingkupi kehidupan manusia pendukungnya, dan merupakan suatu factor dasar tingkah laku manusia baik dalam lingkungan fisik maupun lingkungan social budaya. Karenanya bagaimana mutu suatu lingkungan fisik atau lingkungan social itu pada dasrnya adalah pencerminan kualitas kehidupan social masyarakat pendukung kebudayaan itu.

  • Ekologi dan Homeostatis

Manusia sekarang lebih mengandalkan kebudayaannya daripada secara biologis. Menusia memerlukan adaptasi biologis. Adaptasi menuntut pengambangan pola perilaku yang nantinya akan membantu suatu organism untuk memanfaatkan lingkungannya demi kepentingannya. Berburu dan meramu adalah salah satu bentuk adaptasi manusia yang tertua. Dalam kaitannya dengan kebudayaan suatu perubhn ekologis juga sekaligus dapat membuat manusia menyesuaikan berbagai gagasan mereka, missal tntang kosmologi, politik, kesenian, dan sebagainya.

Studi mengenai ekologi adalah juga mengkaji hal hal yang bersifat ekonomik, tentang rumah tangga, mengenai organisme hewani, termasuk hubungan hewan dan lingkungannya, serta berbagai hubungan lainnya yang langsung maupun tidak langsung.

Terpelihara keseimbangan system atau homeostatis merupakn kekuatan pengatur perimbagan alam atau the balace of nature. Masuknya manusia sebagai suatu unsure dalam suatu ekosistem tidak akan mengubah hakekat azaz tersebut.

  • Ekologi Budaya

Julian H steward memakai istilah cultural ecology, yaitu ilmua yang mempelajari bagaimana manusia sebagai makhluk hidup menyesuaikan dirinya dengan suatu lingkungan geografi tertentu. Menurutnya ada bagian inti dari system budaya yang sangat responsive terhadap adaptasi ekologis.proses perkembangan budaya di belahan dunia tidak terlepas dari stu dengan yang lainnya dan tampak ada yang sejajar terutama pada system mata pencaharian, system kemasyarakatan, dan system religi. Lebih lanjut dia juga menyatakan bahwa hubngan antara kebudayaan dengan alam sekitar juga dapat dijelaskan melalui aspekaspek tertentu dalam suatu kebudayaan sekalipun alam sekitarnya belum tentu akan berpengaruh terhadap kebudayaan suatu suku bangsa.

 

  • Determinisme Lingkungan dan Posibilisme

Ekologi sebagai ilmu yang mempelajari hubungan fungsional antara organism dengan ligkungan hidupnya. Perkembangan kajian ekologi dalam antropologi dikatkan dengan hubungan antara manusia den lingkungan dalam perspektif sejarah perkembangan mereka. Di masa lalu studi tentang kebudayaan selalu ditekankan akan adanya keterkaitan perilaku manusia dengan lingkungannya atau environmental determinism. Dalam perkembangannya kemudian terutama si kalangan ahli antropologi Amerika muncul pemikiran yang berlawanankaum posibilism berpendapat bahwa pada hakikatnya perilaku dalam sebuah kebudauaan dipilih secara selektif atau jika tidak secara tak terduga merupakan hasil adaptasi dengan lingkungannya. Kaum posibilism berpendapat bahwa suatu lingkungan tertentu tidak dapat dipandang sebagai sebab utama yag menyebabkan perbedaan suatu kebudayaan, melainkan hanya sebagai suatu pembatas atau penyeleksi.

9 comments for “Review Artikel : Manusia dan Kebudayaan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: