Konsep Petani Dalam Antropologi

haii sahabat blogger, kali ini saya akan membagikan artikel mengenai konsep petani dalam antropologi. Artikel kali ini merupakan hasil review sebuah jurnal yang berkaitan dengan tugas mata kuliah Antropologi Ekonomi yang saya tempuh di semester 4.

Nah langsung saja simak artikel berikut

REVIEW ARTIKEL “THE PEASANT CONCEPT IN ANTHROPOLOGY”

Konsep Petani dalam Antropologi

(Sydel Silverman)

Salah satu kritik terhadap antropologi yaitu bahwa antropologi tidak menciptakan studi tentang petani. Sebelum Robert Field melakukan perjalanan ke Meksiko tahun 1926, para petani menjadi perhatian para sarjana, antara lain sejarawan Eropa abad pertengahan, ahli hukum dan teori politik ekonomi Rusia, yang kemudian mereka menghasilkan banyak teori dan data yang telah diputuskan oleh antropologi kontemporer.

Minat komparatif tersebut membuat para ahli antropologi melakukan studi lapangan di pemukiman petani skala kecil pada masyarakat sipil yang beradab. Isu utama yang menjadi perhatian penelitian awal para antropologi yaitu sifat masyarakat dimana secara kebetulan studi di desa hanya memepelajari petani.

Deskripsi desa ini, muncul karena kekhawatiran terhadap “ekologi manusia” dari komuniti, yang menandai sekolah sosiologi perkotaan yang dikembangkan di University Chicago di bawah naungan ayah mertua Redfield, Robert E. Park. Pada tahun 1930an sekolah ini, bersama dengan karya Robert dan Helen Lynd di Middletown (1929, 1937), dan inisiatif awal W. Llyod Warner merangsang sejumlah studi tentang “masyarakat” – mulai dari pemukiman metropolian di seluruh kota Amerika dan, komunitas kecil di masyarakat lain. Pendekatan studi masyarakat terhadap pemukiman nantinya akan dijelaskan sebagai ‘petani’ adalah produk dari hubungan antara antropologi fungsionalis dan tren tertentu dalam sosiologi. Selain itu di Harvard tahun 1929 Warner membawa pendekatan terkait dengan definisi “sosiologi komparatif”, dimana sosiologi komparatif merupakan sebuah undangan untuk memperpanjang kerangka teoritis fungsionalitas strukturalnya dalam studi melek huruf masyarakat. perkembangan ini pada dasarnya merupakan perluasan ke negara-negara beradab di Indonesia yang merupakan perusahaan fungsionalis, yang dilihat oleh Radclief Brown dan Malinowski membangun ilmu pengetahuan universal.

Istilah petani sering muncul namun secara perlahan dalam penelitian pedeesaan dilakukan para seperempat abad setelah Tepoztlan. Judul buku yang menekankan bahwa ini adalah studi tentang desa yaitu Redfield’s Tepoztlan: Desa Meksiko, Sebuah Studi Kehidupan Rakyat; Chan Kom: Desa Maya (dengan Villa Rojas); dan Budaya Rakyat Yucatan; keluarga dan Komunitas Irlandia Arensberg di Irlandia (dengan Kimball); Milo Chapman: Desa Sisilia; Embree’s Suye Mura: A Desa Jepang; Kehidupan petani Fei di China: Studi Lapangan untuk CountryLife di Indonesia Lembah Yangtze; Kehidupan Lewis di sebuah Desa Meksiko: Tepoztldn Restudied (1951); Beals’s Cherdn: Desa Sierra Tarascan (1946); Kekaisaran Foster Anak-anak: Orang-orang Tzintzuntzan (1948); dan lainnya. Penduduk desa mungkin atau tidak mungkin digambarkan sebagai “petani”, istilah ini jarang didefinisikan melainkan seolah-olah cukup jelas digunakan, dengan kamus umum artinya rustics siapa yang bekerja di tanah Petani tidak bermasalah dalam literatur ini. Demikian, Suye Mura tidak memiliki daftar indeks untuk ‘petani’ tapi juga untuk ‘komunitas petani’. Keluarga dan Komunitas di Irlandia mengindeks ‘petani’ dengan notasi, ‘lihat petani’. Fei tidak pernah mendefinisikan ‘petani’ dari gelarnya, tapi dia memang bersusah payah menjelaskan mengapa dia mengambil ‘desa’ sebagai unit studinya. Dalam artikel selanjutnya kaum tani dan bangsawan di China, Fei menawarkan deskripsi singkat tentang kaum tani sebagai ‘a cara hidup, kompleks organisasi formal, perilaku individu, dan sosial sikap, erat dirajut untuk tujuan membudidayakan lahan dengan sederhana alat dan tenaga manusia ‘[1946: 1-2].

Meskipun pernyataan tersebut diungkapkan dalam istilah umum, dia jelas memiliki pemikiran Cina daripada analisis yang lebih luas kategori.

Penggunaan analitik pertama dari konsep petani adalah Raymond Firth di Nelayan Melau: Ekonomi Petani mereka (1946). Tujuan Firth menggunakan istilah ini adalah untuk kategori sosial ekonomi serta dia juga membenarkan penerapannya Noncultivator dengan kriteria eksplisitnya adalah ekonomi: produsen skala kecil dengan mengandalkan teknologi nonindustrial terutama pada apa yang mereka hasilkan untuk produk penghidupan mereka. Dengan demikian ia termasuk dalam kategori produsen skala kecil lainnya daripada pembudidaya yang memiliki organisasi ekonomi sederhana yang sama. Sehingga dalam hal ini Firth tidak melakukan melalui niat eksplisitnya untuk membangun analisis kategori berdasarkan kriteria ekonomi tertentu dan malah diserap ke dalam generalisasi kategori dari minat yang berlaku terhadap kehidupan dan nilai-nilai rakyat.  Selain Firth, Kroeber menetapkan kaum tani sebagai sebuah referensi konsep untuk antropologi yang banyak dikutip pada petani sebagai “part-societes” yang mana terdapat pada teks besarnya yang berjudul Pedesaan dan Urbanisasi Rakyat. Kaum petani diperkenalkan dalam penjelasan mengenai polaritas rakyat sehingga perhatian utama dari diskusi ini adalah tentang polaritas.

Baru pada pertengahan tahun 1950an, ‘petani’ didirikan sebagai analitik kategori dan pokok bahasannya sendiri. Pada tahun 1953 The Primitive World dan Transformasi-nya, Redfield membahas petani sebagai tipe manusia yang muncul dalam sebuah bab berjudul ‘Later Histories of Folk Society’, yang ia terus berbicara tentang ‘masyarakat rakyat’ dan bahkan ‘orang rakyat’ [1953: 29,39, dan passim.]). Ceramah Redfield pada 1954 di University of Chicago pada ‘Pandangan Petani tentang Kehidupan yang Baik’ menstimulasi filsuf F. G. Friedmann untuk mengatur simposium-korespondensi berkelanjutan yang berjudul ‘Petani: Simposium tentang Jalan Petani dan Pandangan tentang Kehidupan,’yang dimulai dengan pertukaran surat di antara sembilan ilmuwan. Pada tahun 1956 Redfield menerbitkan ceramah ini bersama tiga orang lainnya sebagai Masyarakat Tani dan Budaya, yang menjadi teks antropologi kaum tani. Pada tahun 1955 Eric R. Wolf diterbitkan dalam antropolog Amerika artikel ‘Jenis Amerika Latin Peasantry: Diskusi Awal, ‘yang dimulai dengan sebuah bagian tentang ‘Tipe Petani ‘yang mengembangkan definisi’ petani ‘berdasarkan tiga perbedaan. Sejak saat ini, referensi tentang ‘rakyat’ berkurang dan ada digantikan oleh ‘petani’, dan diskusi umumnya dimulai dengan masalah definisi dan dengan memperhatikan implikasi dari definisi yang berbeda. Kali ini juga melihat awal pertumbuhan geometris dalam studi petani oleh antropolog dipupuk oleh kepentingan politik Barat di pedesaan Penghuni Dunia Ketiga dan ketersediaan penelitian yang sesuai dana, dan dengan dorongan teori modernisasi dan pembangunan, Antropolog segera bergabung dengan berbagai disiplin ilmu lainnya. Teoretis serta batasan linguistik, bagaimanapun, cenderung membatasi interdisipliner komunikasi antar siswa tani. Baru pada akhir 1960an bahwa batas-batas linguistik dan disiplin dalam studi petani secara efektif rusak, hasilnya baik publikasi terjemahan dan kemunculan landasan teoretis yang umum di kalangan sarjana Marxis dan lainnya menekankan aspek politik-ekonomi dan sejarah kaum tani. Sementara itu dapat dikatakan bahwa masih ada pendekatan antropologis yang jelas terhadap studi tentang petani, ‘antropologi kaum petani’ telah memberi jalan lebih banyak termasuk ‘studi petani’.

Dalam masyarakat petani, organisasi sosial menjadi cara hidup yang sangat dihargai dalam masyarakat dimana hubungan kelompok lebih banyak ditemui dibandingkan dengan hubungan individu dalam masyarakat. Hal tersebut tampak pada karya Redfield mengenai kualitas hidup dan kualitas hubungan antar manusia yang terdiri dari berbagai perbedaan yang membentuk suatu komunitas. Dalam bukunya, Redfield menggunakan istilah petani untuk menjelaskan suatu masyarakat yang mengolah tanahnya sendiri sebagai suatu cara hidup yang tradisional tetapi masih dipengaruhi oleh kalangan bangsawan yang memiliki cara hidup yang lebih beradab. Dalam tulisan Redfield yang dikutip dari Kroeber dan Kluckhohn [1952: 61]), sebuah organisasi bertahan melalui tradisi, selain itu Redfield berasumsi bahwa budaya sebagai tubuh dan melalui tindakan kita dapat mengetahuinya. Dalam bagian yang sama Redfield juga menjelaskan bahwa masyarakat terdiri dari orang-orang yang memiliki kesamaan,keyakinan yang untuk hidup yang lebih baik, rencana hidup dan memiliki solidaritas dalam kelompoknya. Selain itu dalam tulisannya, dijelaskan bahwa terdapat hubungan antara masyarakat dan budaya, yaitu suatu masyarakat menjadi berkembang, karena adanya interaksi antara masyarakat dengan alam semesta yang ada disekitar mereka. Hal ini sesuai dengan asumsi bahwa budaya diasumsikan sebagai tubuh dalam pemahaman konvensional yang memiliki konsep sebagai sebuah organisasi yang baik, benar dan cantik, sehingga hubungan masyarakat dengan alam semesta merupakan suatu perjalanan manusia yang utuh dan dalam makna budaya sebagai ciri masyarakat primitif. Tetapi dalam masyarakat perkotaan modern, arti makna hidup cenderung hilang dan bergeser pada pilihan rasional. Berbeda dengan masyarakat kota modern, dalam masyarakat petani Redfield menjelaskan bahwa budaya dalam masyarakat baik nilai maupun pandangan hidup merupakan milik bersama dalam masyarakat, dan hubungan masyarakat khususnya hubungan elite petani memberikan sarana komunikasi bagi organisasi sosial.

Pandangan Redfield kompatibel dengan beberapa pendekatan utama terhadap konsep antropologi termasuk konsep holistik yaitu “aditif dan integratif” dan konsepsinya membatasi budaya dan memisahkannya dari hubungan sosial. Istilah aditif merupakan warisan Tylor yang mengambarkan definisi budaya yang mencakup berbagai aspek tanpa memprioritaskan salah satu diantaranya. Dalam artikel ini dijelaskan bahwa survei yang dilakukan oleh Kroeber dan Kluckhonn mengenai konsep budaya yang meliputi pola perilaku, simbol, dan artefak serta nilai merupakan inti budaya yang paling penting. Sedangkan pendekatan integratif merupakan warisan dari fungsionalisme yang menekan pada kepercayaan, seni, dan kebiasaan. Pendekatan aditif dan integratif dalam melihat makna organisasi sosial, secara analitis keduanya awalnya memisahkan antara masyarakat dan budaya, tetapi kemudian menggabungkan kembali sebagai satu hubungan antar keduanya. Kedua pendekatan ini mensejajarkan antara masyarakat dan budaya yang memiliki hubungan fungsional seperti dua sisi koin. Redfield menggunakan istilah komunitas, tradisi, dan jalan hidup yang banyak ditentang oleh ilmuwan antropologi, karena penggunaannya yang tidak biasa, seperti istilah tradisi menurut Redfield mengacu pada peradaban budaya, sedangkan secara umum tradisi dalam antropologi Amerika memiliki makna yang lebih luas yaitu ide sosial.

Bagi pemikiran antropologis, gagasan tentang budaya sebagai suatu tradisi merupakan hal sangat mendasar, dan pengikut Redfield dalam melihat pentingnya tradisi dikalangan petani cenderung melihat perubahan, bukan dalam hal tradisi sebagai suatu masalah.

Dalam antropologi Amerika, sifat holistik budaya seringkali diungkapkan sebagai jalan hidup, yang menekankan pada subsisten dan pencapaian artistik. Sedangkan dalam karya Redfield jalan hidup memiliki makna berbeda dengan cara hidup, karena Redfield menempatkan penekanan teori pada pemahaman konvensional, pandangan hidup, gaya hidup dan khususnya kualitas hidup. Dengan demikian definisi kaum petani menurut Redfiled yaitu suatu cara hidup yang tradisional yang dalam penggunaanya dapat dipertukarkan dengan masyarakat petani, desa petani, dan komunitas petani. Sedangkan bagi Julian Steward ketertarikannya pada orientasi teoritis yang dikembangkannya dari studi masyarakat primitif, bertujuan untuk mengerahkan adanya pengaruh penting dalam bidang pertanian. Steward juga mengemukakan sebuah konsep yang berbeda dengan sebagian besar pandangan antropologi di Indonesia yaitu mengenai kausalitas budaya, teori budaya yang diungkapkan dalam karyanya bahwa banyak terdapat ketidakkonsistenan. Selain itu Steward juga melihat perbedan beberapa penting antara aspek, sifat, institusi atau budaya yang disebutnya sebagai inti dan sekunder. Steward menjelaskan bahwa prioritas kausal yang memiliki hubungan paling dekat yaitu kegiatan subsisten dan pengaturan ekonomi dalam pemanfaatan lingkungan yang ditentukan secara budaya. Hal yang membedakan bukan cara Steward dalam mendefinisikan inti budaya, namun yang dibedakan adalah keseluruhan budaya dan menolak persamaan kedudukan antar fitur budaya. Sementara Kroeber dan Kluckhohn tidak memperlakukan pertanyaan kausal prioritas sebagai isu penting dalam konseptualisasi budaya, dan menyimpulkan bahwa inti penting dari budaya adalah gagasan dan nilai.

Pandangan Steward tentang prioritas kausal dalam budaya didasarkan pada sebuah konsep dan metode ekologi budaya. Minat utama Steward adalah organisasi sosial dan implikasi sosial dari pekerjaan seperti sumber daya, teknologi, dan tenaga kerja menjadi unsur  paling penting. Perhatian Steward terletak pada keterkaitan antara sumber daya, kepadatan penduduk, komposisi penduduk yang berada di wilayah yang berbeda, organisasi sosial, teknologi, dan konsekuensi sosial. Steward tidak sampai pada penjelasan undang-undang tipe sosial, karena hal yang paling penting baginya adalah penjelasan hubungan antar komponen organik budaya dan lingkungan mereka.

Konsepsi bahwa budaya signifikan tidak hanya untuk posisinya pada kausal prioritas, tetapi juga untuk penekanan pada organisasi aktivitas sosial daripada di normatif rasa budaya-atas segalanya, sebagai upaya mereka untuk mencari penghidupan. steward dalam karyanya pada petani modern, menjadi ‘produktif kompleks. Meskipun Steward berpendapat bahwa cultural- ekologi menjadi pertimbangan kurang penting dengan evolusi budaya, pengaruhnya pada antropologi kompleks masyarakat awam tepatnya di perhatikan pada definitif peran pengaturan produktif. Steward kemudian menyebut studi ini, sebagai’ kritis, standar etnografi deskripsi ‘dari’ varian jenis budaya lokal, ‘di mana setiap komunitas diperlakukan’ seolah-olah itu adalah lokal mandiri dan semua terintegrasi  ‘[1950: 60-62]. Ia menolak studi kedua akulturasi, yang melihat seragam suku budaya menghadapi seragam budaya nasional, dan nasional-karakter studi, yang diasumsikan bersama perilaku dan karakteristik umum di antara anggota bangsa. ia berpendapat bahwa ‘budaya dan interaksi sosial mengambil tempat pada tingkat yang berbeda ‘dan diidentifikasi nasional, masyarakat, dan tingkat keluarga (menambahkan bahwa ada tingkat lain juga, yang akan signifikan untuk masalah tertentu).

Pendekatan ini efektif mengusulkan konteks untuk studi tentang masyarakat, tidak termasuk pengobatan masyarakat sebagai mikrokosmos dari bangsa dan menyerukan analisis terpisah tingkat nasional. Pada saat yang sama, disusun kerangka umum untuk belajar sistem nasional sosial budaya, melihat sistem tersebut terdiri dari berbagai jenis yang saling tergantung, yang harus dipelajari secara terpisah dan kemudian terkait satu sama lain: (1) sosial budaya lokal subkelompok atau masyarakat; (2) subkelompok horizontal; yaitu sosial, pekerjaan, etnis, dan lainnya khusus kelompok yang melintasi masyarakat dan wilayah, dan ketika diatur dalam hirarki hubungan yang dikenal sebagai kelas; dan (3) formal lembaga-lembaga nasional, yang merupakan mengikat dan mengatur seluruh kekuatan [1950: 140-41, 1955: 64-67]. Sementara kerangka ini muncul mekanistik hari ini, itu merupakan pendekatan Yucatan, di mana unit analisis masyarakat seluruh dan di mana keragaman dalam wilayah dicatat oleh linear perbedaan sepanjang satu bipolar kontinum. Steward dirancang kerangka ini Sementara merancang proyek untuk mempelajari antropologi sosial dari Pulau Puerto Rico, yang ia berharap untuk memahami sebagai entitas sehubungan dengan baik internal struktur dan fungsi dan hubungan eksternal [1950: 127], karena Puerto Rico adalah sangat agraria dan pedesaan. Upaya untuk memahami’ pulau secara keseluruhan dan bukan hanya sebagai komposit dari komunitas dan pertanian daerah ‘kemudian akan dikejar melalui studi khusus dari kelas atas dari San Juan-budaya dan sosial, politik, ekonomi dan peran-dengan alasan bahwa itu adalah fokus utama kekuasaan dalam pulau. Hipotesis yang dipandu pemilihan masyarakat dan analisis secara keseluruhan jelas berasal dari pemikiran Steward.

MAHASISWA STEWARD

Sementara konsepsi dasar Puerto Rico proyek Steward, yang dilakukan kerja lapangan, dianalisis, dan disintesis oleh peserta, secara terpisah dan komunikasi dengan satu sama lain. awal teoritis orientasi muridnya-terutama Eric Wolf dan Sidney mintz-membawanya ke depan dengan cara-cara yang Steward tidak antiticipated atau Bahkan mungkin sepenuhnya dipahami. Pandangan Steward tentang daerah subkultur sebagai konsekuensi yang berbeda’ produktif kompleks, ‘yang terutama disusun dari dalam hal penggunaan lahan dan produktif persyaratan tanaman yang berbeda, terbukti tidak cukup. Korespondensi antara Mintz dan Wolf selama awal bulan kerja lapangan menunjukkan sebaliknya pada fokus apa yang kita akan sekarang panggil ekonomi politik: ekonomi dan sosial situasi mereka yang memproduksi dan mereka yang hidup dari tanaman, dan hubungan lokal proses kolonialisme dan pembangunan kapitalis yang berbentuk mereka. Mereka melihat signifikan kontras antara hubungan produktif dan dalam interaksi antara aspek angkatan kerja, sumber daya, modal, dan faktor-faktor lain dalam politik tertentu. Dengan demikian, Mintz menyatakan keprihatinan bahwa ia tidak bisa sewenang mencirikan daerahnya dalam hal konsep Steward yaitu produktif kompleks. Kemudian, Mintz menarik perbedaan antara perkebunan tanaman versus perkebunan non tanaman dalam sistem kolonial, oleh masing-masing peran dalam produksi kolonial. Pertukaran antara Mintz dan Wolf pada persamaan dan kontras antara haciendas dan perkebunan, yang terus selama beberapa tahun, jelas ditempatkan bentuk ini dalam konteks Eropa kapitalis pengembangan dan dunia persaingan pasar.

Steward telah menyajikan daerah subkultur sebagai sinkronis tipologi. Sementara ia berpendapat pentingnya penelitian sejarah budaya, ia disebut sejarah ini hanya dalam istilah Umum dari Hispanik warisan dan Puerto Rico itu mengubah status kolonial. Namun, regional subkultur diperlakukan sebagai spesifik hasil dari tiga sejarah tahapan, yang tertarik dengan mengacu pada kebutuhan dan kebijakan kekuatan kolonial dan pengembangan dari Puerto Riko sebagai kapitalis, agraria dan negara. Ketika rancangan bab pada sejarah budaya dari Puerto Riko ditantang oleh sejarawan untuk mengabaikan sentimen kemanusiaan dan pengaruh Eropa liberalisme,  Wolf ke lapangan di Meksiko dan Eropa dalam perbandingan studi petani. Tulisan Wolfs menelusuri evolusi perspektif materialis dalam jenis tani Amerika Latin, dimana definisi dari petani menggunakan kriteria ekonomi: produksi pertanian (berbeda dengan Firth penyertaan non pembudidaya di petani ekonomi), kontrol atas tanah, dan produksi untuk sub sistence, tidak reinvestasi. Meskipun ia menekankan pada ‘struktural hubungan’ daripada budaya konten, ia mendefinisikan materi pelajaran sebagai ‘petani bagian-budaya,’ dan dia mengacu berulang kali untuk budaya dari segmen petani. Konsep budaya Wolf secara holistik, tapi satu yang dilihat jelas prioritas di antara komponen dari budaya. Jika petani adalah segmen yang keseluruhan lebih besar, kemudian dasar masalah adalah bagaimana mereka terintegrasi ke dalamnya, jawabannya Wolfs adalah  ‘fungsi petani terutama dalam lokal pengaturan para petani terintegrasi ke dalam sosial budaya terutama melalui struktur masyarakat dengan kata lain, tipologi petani harus mencakup tipologi jenis masyarakat dimana mereka tinggal [1955: 455]. Dengan demikian Wolf, yang sama dengan siswa lain dari tani besar waktu, masih mempertahankan kepentingan masyarakat dan keyakinan bahwa masyarakat adalah kunci untuk memahami bagaimana petani yang terintegrasi dengan dunia luar.

Dalam buku Wolf (1966),  menguraikan penekanan konsep petani yang sekarang adalah pada peran negara-A ‘kristalisasi dari kekuasaan eksekutif’ yang berfungsi untuk mempertahankan asimetris hubungan kekuasaan dalam tatanan sosial dan untuk menjamin klaim atas pembudidaya ” dana sewa ‘[1966a: 10-11], di satu sisi, konsep ini penolakan Kota’ sebagai kunci untuk memahami tani, yang masih didominasi literatur, warisan dari redfield dan orang-nya kritikus yang berbagi tempat [Foster 1953, S. J. Berg 1955].

Dalam karya mereka selanjutnya tentang kaum tani, Mintz memusatkan perhatian pada pulau-pulau lain karibia dan sistem perkebunan pada umumnya, sementara Wolf berpusat pada kerja lapangan di Meksiko dan Eropa untuk studi petani komparatif, dengan tulisan-tulisan yang menelusuri evolusi perspektif materialisnya. Dalam artikel Petani Amerika (1955), dalam definisi tentang petani terdapat kriteria ekonomi: produksi pertanian (berbeda dengan inklusi noncultivator firth dalam ekonomi petani), kontrol lahan dan produksi untuk kebutuhan subsisten. Konsep budaya yang digunakan Wolf di sini bersifat holistik, dengan melihat urutan prioritas yang jelas diantara komponen budaya, dan Wolf membenarkan hal ini berdasarkan empiris dan bukan teoritis. Menurut Wolf implikasi fungsional dari budaya memiliki peran dominan dalam pengembangan organisasi kerangka kerja telah dicatat secara empiris dalam banyak penelitian, khususnya budaya dalam lingkungan kaum tani, dan petani merupakan struktur masyarakat desa yang baik.

Penekanannya pada saat ini yaitu peran negara sebagai sebuah kekuasaan eksekutif yang berfungsi untuk mempertahankan hubungan kekuasaan asimetris dalam tatanan sosial dan untuk menjamin klaim atas dana sewa  kultivator. Di satu sisi, konsep ini merupakan penolakan terhadap “kota” sebagai kunci untuk memahami kaum tani, yang masih mendominasi literatur. Mintz berpendapat bahwa untuk mengembangkan tipologi pengelompokkan sosial ekonomi desa mengenai definisi ‘kaum tani’, pertama dia menolak pandangan kognitif budaya dan menegaskan bahwa apa yang  dilihat seseorang setidaknya sampai tingkat tertentu merupakan fungsi dari taruhan mereka dalam struktur kekuasaan, kekayaan, status dan otoritas. Budaya merupakan perilaku dan nilai, posisi sosial dan aksi sosial yang memiliki sebab-akibat. Kedua, dia menolak anggapan tentang homogenitas dalam budaya, dan secara khusus menyelidiki keragaman yang tersembunyi dengan mengacu pada budaya petani atau komunitas kecil yang menyiratkan generalisasi, pola sosial, dan budaya yang harus dipahami terlebih dahulu.

Tiga elemen spesifik dalam pendekatan Redfield mengenai definisi petani. Pertama, ada anggapan bahwa petani (atau petani masyarakat) dicirikan oleh atribut budaya tertentu. Kedua, anggapan bahwa petani tinggal jenis komunitas tertentu, misalnya pada saat bersamaan yaitu Foster berpendapat untuk definisi struktural tentang masyarakat petani, dia mengacu pada petani bergantian dengan desa, masyarakat desa, dan komunitas petani. Ketiga, ada anggapan bahwa petani tradisional, dalam konteks tipologis dan historis antara tradisi dan tradisi kemodernan.

Di dalam bukunya Wolf mengatakan banyak hal yang bisa di pelajari dalam segi manapun, dan hal-hal yang tradisional harus di wariskan dalam bentuk kegiatan bukan karena apapun Pendekatan ini mempunyai dampak pro dan kontra dan mempengaruhi kaum tani yang ada di Indonesia. Menurut wolf sistem pertanian di bedakan menjadi 5 yaitu sistem perladangan, sistem bercocok tanam sebagian, sistem tanam bergilir dengan siklus singkat, sistem bercocok tanam permanen lahan-lahan permanen dan lahan-lahan pilihan. Sistem lokal ini di pandang sebagai suatu pandangan yang baik dan harus memberikan kemajuan bagi kehidupan di masyarakat tingkat pertanian maupun tingkat perladangan dan bisa menjadi tingkat yang berkelanjutan terhadap tingkat negara dalam suatu komunitas pertanian yang ada di Indonesia. Di Indonesia, siapa yang menjadi penguasa maka ia bisa mendapatkan kekuasaan yang dia mau dan kepentingan yang harus di lanjutkan adalah sistem perkebunan yang juga bisa mendasari salah satu nilai-nilai yang tampak dalam teori Wolf.

Redfield lebih mengarah pada teori modernisasi yang jauh lebih mendalami hal-hal yang sedemikian rupa dan steward lebih mengarah pada kepentingan kekuasaan ekonomi dan politik. Konsep budaya mereka ciptakan lalu mereka yang membuat peraturan dan kemudian membuat mereka yang terjerat dalam peraturan yang mereka buat (jaring laba-laba  dan cara pandang yang berbeda sehingga mereka mempunyai pikiran yang berbeda juga dan mempunyai warna warni di kehidupan di era modern ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: