Review Buku Back Door Java (Jan Newberry)

haii sahabat blogger, kali ini saya akan membagikan sebuah artikel yang merupakan hasil review sebuah buku salah satu hasil tulisan etnografi dari antropolog Amerika yang menceritakan tentang fungsi pintu belakang rumah pada masyarakat Jawa khususnya dalam tulisan ini yaitu di Yogyakarta. Tulisan ini merupakan salah satu hasil tugas mata kuliah Kajian Etnografi yang saya tempuh di semester 3. Nah langsung saja simak artikel berikut

Buku Back Door Java menceritakan tentang sebuah penelitian yang dilakukan oleh sepasang suami istri dari Amerika Serikat, yang memilih tempat di Yogyakarta tepatnya di Kampung Rumah Putri sebagai tempat penelitiannya mengenai rumah tangga di Jawa.

Penelitian ini merupakan penelitian kedua kalinya yang di lakukan oleh pasangan etnografer tersebut, setelah beberapa tahun sebelumnya melakukan penelitian di tempat tersebut. Dalam penelitian ini etnografer atau penulis ingin mengetahui bagaimana kampung di Jawa meliputi bentuk rumah Jawa dan makna arsitekturnya, yang juga terdapat pintu belakang dan fungsi pintu belakang itu sendiri bagi pemilik rumah maupun dalam bersosialisasi di masyarakat. Selain itu peneliti juga ingin mengetahui makna salah satu tradisi di Jawa yaitu slametan dan hubungannya dengan fungsi dari pintu belakang. Dalam penelitian tersebut peneliti juga menggali informasi mengenai organisasi PKK sebagai salah satu program negara yang berhubungan dengan rumah tangga, yang tercermin dalam program – program PKK. Dalam penelitian tersebut etnografer atau penulis juga ingin mengetahui fungsi rumah sebagai bentuk hubungan sosial dalam masyarakat dan juga untuk mengetahui bagaimana cara perkawinan yang ada di Jawa serta hubungan antara berbagai kegiatan ekonomi dengan pekerjaan sektor formal. Dalam penelitiannya etnografer mendekati persoalan yang ada di masyarakat dengan terlibat langsung dalam kegiatan di masyarakat, berbaur dengan masyarakat dan mengikuti tata cara atau kebiasaan yang ada di masyarakat dengan tujuan agar dapat di terima dan menjadi bagian dari masyarakat yang di telitinya, sehingga dengan demikian peneliti akan lebih mudah mendapatkan informasi dan data-data yang di butuhkan saat di lapangan. Hubungan peneliti dengan masyarakat terjalin dengan baik, dengan tidak adanya konflik yang muncul di permukaan antara peneliti dengan masyaarkat, meskipun peneliti mengalami beberapa kesulitan di awal untuk menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan di masyarakat, yang dikarenakan perbedaan budaya setempat dengan budaya peneliti tetapi hal tersebut dapat diatasi dengan membiasakan diri sesuai dengan kebiasaan masyarakat setempat. Sehingga dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian partisipan, dengan memilih bertempat tinggal bersama masyarakat yang ditelitinya untuk lebih mendalami kebiasaan di masyarakat dan data yang diperoleh juga akan lebih mandalam.

Dalam penelitian yang di lakukan oleh etnografer yang merupakan pasangan suami istri Steve dan istrinya. Dalam penelitiannya Steve bersama istrinya memilih lokasi di Yogyakarta, tepatnya di Kampung Rumah Putri yang beberapa tahun sebelumnya telah melakukan penelitian di tempat tersebut. Dalam penelitian yang di lakukannya bersama istrinya Steve memilih untuk bertempat tinggal bersama masyarakat Kampung Rumah Putri dengan memilih untuk mengontrak rumah yang ada di kampung tersebut agar dapat berbaur dengan masyarakat yang ditelitinya. Akan tetapi rumah yang kali ini di sewanya berbeda dengan beberapa rumah tetangganya, karena rumah tersebut tidak memiliki pintu belakang, yang bagi orang Jawa pintu belakang memiliki fungsi kekerabatan dan sebagai hubungan pertukaran dalam kampung dan masyarakat dalam keadaan sosial ekonomi masyarakat. Dengan tidak adanya pintu belakang di rumah yang dikontrak oleh Steve dan istrinya menyebabkan hilangnya fungsi pintu belakang itu sendir, meskipun istri Steve pada awalnya tidak mempermasalahkan hal tersebut karena untuk keperluan mandi, mencuci dan air sudah terpenuhi. Tetapi disisi lain fungsi dari pintu belakang dari sebuah rumah memang penting.
Jika untuk menerima tamu menggunakan pintu depan, maka fungsi pintu belakang yaitu ketika ada tamu dan harus di suguhi makanan atau minuman, tetapi bahan atau makanan yang akan di suguhkan kurang, maka disinilah fungsi dari pintu belakang yaitu pemilik rumah dapat mencari tambahan makanan atau minuman yang kurang melalui pintu belakang, sehingga lebih mudah dan orang yang bertamu tidak akan mengetahuinya. Tetapi hal ini akan berbeda jika sebuah rumah tidak memiliki pintu belakang, maka ketika ada tamu dan terjadi kekurangan bahan makanan yang akan disuguhkan, untuk mencari maka harus melalui pintu depan seperti yang terdapat dalam tulisan tersebut ketika penulis meminta tolong kepada seorang bocah laki – laki berusia 10 tahun untuk membeli gula, dan ketika kembali bocah laki – laki tersebut masuk rumah dengan kantong gula yang tersembunyi di balik bajunya, dan hal tersebut terpaksa dilakukan karena ia harus masuk melalui pintu depan dan tidak adanya pintu belakang yang menyebabkan kurangnya rasa sosial. Selain itu fungsi dari pintu belakang yaitu sebagai hubungan pertukaran seperti berbagi makanan antar tetangga biasanya menggunakan pintu belakang. Di samping pintu belakang yang memiliki fungsi sebagai pertukaran dan kekerabatan, bagi orang Jawa pintu depan rumah harus terbuka, dan hal tersebut merupakan ciri khas dari rumah kampung. Bagi orang Jawa pintu depan harus terbuka bagi semua tamu siapapun orangnya, dan pintu depan akan tertutup apabila penghuninya tidur atau hari sudah larut malam dan waktu berkunjung sudah lewat. Dalam adat bertamu orang Jawa ketika orang bertamu juga harus mengucapkan kula nuwun yang diucapkan berulang – ulang sampai terdengar ucapan monggo (silahkan), dan kemudian tamu melepas alas kaki dan mengucapkan nuwun (terima kasih). Dalam penelitiannya Steve dan istrinya juga belajar mengenai kampung dengan memahami makna arsitektur fisik dan sosial dari rumah yang ada di lingkungan masyarakat.

Di Kampung Rumah Putri juga terdapat PKK, yang merupakan pertemuan rutin sebulan sekali yang diadakan di tingkat RT maupun tingkat RW sebagai program pemberdayaan masyarakat yang terdiri dari ibu – ibu rumah tangga dengan pelatihan kerajinan tangan, pelatihan industri kecil rumah tangga dan penggalangan dana sosial. Peneliti sendiri dalam penelitian ini ikut bergabung dengan kegiatan PKK bersama dengan ibu – ibu rumah tangga lainnya, karena peneliti di sini tidak hanya sebagai seorang etnografer yang datang ke Kampung Rumah Putri untuk mendapatkan informasi mengenai masyarakat yang ditelitinya, tetapi peneliti (istri Steve) juga memiliki peran ganda yaitu sebagai etnografer dan ibu rumah tangga yang memainkan perannya sesuai dengan melakukan kegiatan dan kebiasaan ibu rumah tangga yang ada di Kampung Rumah Putri agar lebih mudah diterima di masyarakat dan hal ini dapat mempermudah dirinya dan Steve untuk menggali informasi yang lebih mendalam mengenai masyarakat Kampung Rumah Putri. Dalam bergabung dengan kegitan PKK, istri Steve juga mengikuti perkumpulan yang diadakan di lingkungan RTnya, bahkan istri Steve juga pernah menawarkan rumahnya untuk pertemuan PKK. Bagi istri Steve kegiatan PKK dan maknanya didasarkan pada kedudukannya pada masyarakat perempuan dalam melihat bentuk masyarakat dan rumah tangga yang didukung oleh negara sebagai gambaran seberapa jauh jangkauan tangan negara. Dalam interaksinya dengan masyarakat Kampung Rumah Putri, istri Steve lebih memahami kehidupan masyarakat Kampung Rumah Putri bahwa kehidupan kampung lebih baik apabila dibandingkan dengan dengan kehidupan kota, karena hidup di kampung orang saling tolong menolong dan saling memberi seperti adanya sumbangan baik berupa beras, uang, maupun barang yang kemudian dikumpulkan menjadi satu, dan dana maupun barang tersebut nantinya akan diberikan ketika ada orang sakit atau orang yang membutuhkan. Selain itu barang-barang tersebut juga dapat digunakan jika ada acara bersama misalnya slametan.
Dalam kehidupan di kampung, jika ada masyarakat yang tidak ambil bagian dalam kehidupan bermasyarakat, misalnya tidak keluar rumah untuk sekedar bercakap – cakap dengan tetangga atau sesekali muncul dan membiarkan pintu rumah selalu tertutup, maka hal tersebut dapat menimbulkan gunjingan dari tetangga. Hal tersebut menurut penelitian yang dilakukan oleh Steve dan istrinya merupakan salah satu cara untuk masuk dalam jaringan pertukaran di masyarakat. Selain itu istri Steve dalam penelitiannya juga melakukan kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat Kampung Rumah Putri seperti ketika berjalan melewati rumah – rumah tetangganya tidak hanya sekedar berjalan, tetapi juga menyapa tetangganya yang berada di depan rumah baik yang sedang duduk -duduk maupun yang menyapu halaman, hal ini dilakukan karena merupakan bagian dari kebiasaan yang ada di Kampung Rumah Putri. Sebagai etnografer yang mendapatkan tugas penelitian di Jawa tepatnya di Kampung Rumah Putri, dan memilih untuk bertempat tinggal dengan masyarakat yang ditelitinya, Steve bersama istrinya juga melakukan salah satu tradisi di Kampung Rumah Putri yaitu slametan, suatu upacara yang dilakukan untuk memohon dan mendapatkan keselamatan. Seperti halnya yang dilakukan oleh masyarakat Kampung Rumah Putri, Steve dan istrinya juga melakukan slametan, tetapi karena rumah yang dikontrak oleh Steve dan istrinya tidak memiliki pintu belakang maka untuk kegiatan memasak dilakukan di rumah tetangganya, Bu Sae.
Hal tersebut dilakukan karena untuk mengantisipasi adanya kekurangan bahan makanan apabila tamu yang hadir diluar perkiraan, sehingga apabila istri Steve menggunakan dapur rumahnya sendiri akan menjadi lebih sulit untuk mencari tambahan kekurangannya karena tidak adanya pintu belakang. Tetapi jika menggunakan dapur tetangganya, Bu Sae apabila kekurangan bahan makanan akan lebih mudah mencari tambahannya dan makanan akan dilayani dari dapur Bu Sae ke pintu depan rumah Steve dan istrinya. Hal ini menunjukkan fungsi pintu belakang yang begitu penting, sehingga berpengaruh terhadap penyelenggaraan acara yang diadakan oleh pemilik rumah tersebut. Dalam slametan tersebut juga terlihat peran laki-laki dan perempuan, laki-laki biasanya membantu mengangkat makanan, sedangkan perempuan berada di belakang untuk memasak dan menyiapakan makanan untuk acara slametan. Selain itu juga terdapat perbedaan antara yang berada di depan dan di balik tirai. Hal ini dikarenakan pada acara seperti slametan yang hadir hanya laki-laki dewasa kepala rumah tangga, dengan cara datang lalu makan sedikit dan kemudian membawa pulang bagian terbesar makanan untuk kemudian dibagikan kepada anggota keluarganya. Dalam acara slametan di tahap akhir juga terdapat pembagian sisa makanan kepada tetangga yang didasarkan pada hubungan jaringan pertukaran atau hubungan kekerabatan, sehingga yang mendapatkan makanan bukanlah orang miskin seperti anggapan istri Steve sebelumnya, tetapi yang memiliki hubungan kekerabatan dan hubungan pertukaran seperti tetangga yang jarak rumahnya dekat dan juga yang masih memiliki hubungan keluarga. Selain itu pembagian makanan juga untuk membalas jasa kepada tetangga yang telah membantu. Dalam pembagian makanan yang tersisa biasanya memanfaatkan pemuda pemudi untuk membagikan makanan melalui pintu belakang.
Dalam penelitiannya di Kampung Rumah Putri menunjukkan bahwa garis keturunan ditarik dari garis keturunan ibu dan ayah, tetapi hal tersebut jarang ditemukan. Selain itu dalam pewarisan umumnya dibagi rata antara antara anak laki -laki dan perempuan. Dalam pengamatan yang dilakukan oleh Steve dan istrinya kerukunan keluarga menjadi dasar dalam pembagian warisan berdasarkan nilai-nilai Jawa seperti memberikan lebih banyak kepada yang lebih banyak yang membutuhkan. Selain itu istri Steve juga melihat rumah di Kampung Rumah Putri bahwa perlambangan rumah Jawa tidak hanya terwujud melalui bentuknya, tetapi juga melalui hubungan antar rumah yang ada disekitarnya. Selain itu rumah di Jawa yang pembangunannya di pinggir kota sudah mengalami perubahan, tidak sesuai dengan rumah ideal yang memiliki ruang tengah yang besar dan beberapa kamar di bagian belakang. Pintu belakang dalam sebuah rumah memainkan peran yang sangat penting terutama ketika ada tamu, yang akan menimbulkan kesan menerima tamu lebih mudah dilakukan, dan dapat menyembunyikan semua kegiatan pertukaran baik antar tetangga maupun dalam pemenuhan konsumsi. Penelitian Steve dan istrinya selain mengenai makna pintu belakang rumah di Jawa, juga mengenai kepercayaan masyarakat Jawa tentang hal mistis, hal ini terbukti ketika istri Steve bersama rombongannya pergi ke makam Imogiri sebagai makam keramat raja raja Mataram untuk berdoa dan memohon permintaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Steve bersama dengan istrinya di Kampung Rumah Putri di Yogyakarta sebagai sebuah kampung yang mencerminkan kehidupan masyarakat Jawa. Karya etnografi yang berjudul Back Door Java ini menarik untuk dibaca, karena bahasa yang digunakan dalam menulis mudah dipahami, sehingga tidak banyak kesulitan ketika memahami isi bacaan tersebut. Selain itu karya etnografi tersebut yang menceritakan kehidupan masyarakat Jawa di Yogyakarta, tidaklah jauh berbeda dengan kehidupan masyarakat di desa saya yaitu di salah satu desa di Kabupaten Klaten. Secara sosial desa saya hampir sama dengan yang ada di Kampung Rumah Putri seperti bentuk rumah yang memiliki pintu belakang, sebagai hubungan kekerabatan dan hubungan pertukaran, misalnya untuk memberikan makanan ketika ada acara slametan, pengajian atau meminjam sesuatu yang kurang biasanya dilakukan melalui pintu belakang. Pintu depan rumah biasanya sengaja di biarkan terbuka setiap hari ketika penghuninya berada di rumah, kecuali tidur dan waktu sudah malam. Selain itu komunikasi antar tetangga juga menjadi bagian yang penting, di desa saya ketika ada salah seorang warga yang jarang keluar rumah untuk sekedar bercakap – cakap dengan tetangga atau lebih banyak menghabiskan waktunya di dalam rumah biasanya akan mendapatkan gunjingan dari tetangga disekitarnya. Selain itu di desa saya juga terdapat sumbangan seperti beras atau uang yang dikumpulkan yang disebut dengan jimpitan yang maknanya sama dngan sumbangan yang ada di Kampung Rumah Putri. Saya setuju dengan metode penelitian yang digunakan oleh Steve dan istrinya, yang memilih untuk melakukan penelitian dengan bertempat tinggal bersama masyarakat yang ditelitinya, karena dengan metode penelitian partisipan informasi yang akan diperoleh lebih mendalam, tidak hanya dengan wawancara tetapi peneliti dapat mengamati secara langsung kegiatan sehari – hari yang dilakukan oleh masyarakat. Dengan demikian informasi yang didapat lebih mendetail tanpa adanya informasi yang disembunyikan dari informan dan informasi yang dibuat – buat, karena peneliti secara langsung juga berperan menjadi masyarakat di Kampung Rumah Putri. Dalam penelitian tersebut emik peneliti dapat dilihat dari data yang ditulis oleh peneliti berdasarkan pada apa yang didapatkannya ketika dilapangan, seperti fungsi dan makna pintu belakang rumah, makna upacara slametan dan kehidupan sehari – hari masyarakat Kampung Rumah Putri. Selain itu emik tineliti juga terlihat dengan informasi yang didapatkan peneliti ketika di lapangan, bahwa apa yang di tampilkan oleh masyarakat sehari – hari saat peneliti melakukan penelitian merupakan kebiasaan yang sebenarnya dari masyarakat Kampung Rumah Putri, dan masyarakat sebagai informan menerima kehadiran peneliti di tengah – tengah kehidupan masyarakat. Selain itu dalam kegiatan sehari – hari peneliti sebagai bagian dari masyarakat juga mendapatkan arahan tentanf bagaimana hidup di kampung dan kebiasaan yang ada di kampung khususnya Kampung Rumah Putri.
Daftar pustaka
Newberry, Jan.2013.Back Door Java Negara, Rumah Tangga, dan Kampung Di Keluarga Jawa.Jakarta:KITLV dan Yayasan Pustaka Obor Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: