Di tempat yang sederhana dan kecil, yang bernama pasar krempyeng. Disitu terdapat penjual dan pembeli yang saling berinteraksi. Disana ada yang menjual nasi, jajan-jajan pasar, sayur mayur, dan baju-baju. Dengan harga yang sangat murah mereka tawarkan disitu. Bentuk dari pasarnya tidak se besar pasar-pasar yang lain dengan banyak penjual dan pembeli disitu. Bahkan penjualnya saja bisa dihitung saking kecilnya pasar itu.
Dari pertama saya menginjakkan kaki disitu, memilah milih makanan apa yang akan dibeli. Mereka menyambut kita dengan penuh senyuman. Pertanyaan-pertanyaan singkat yang terlontar dari mulut mereka, senyuman yang tulus mereka berikan disitu. Dari jam 5 pagi sudah mulai membuka jualannya. Dari jam itulah banyak pembeli yang berdatangan. Aktivitas seperti ini dilakukan hampir setiap hari.
Ini menjadi salahsatu tempat makan yang murah meriah bagi mahasiswa. Hanya dengan uang 3000 saja sudah mendapat sebungkus nasi yang sudah lengkap dengan empat macam lauk dan gorengan. Nasi yang dengan berbgai macam lauk inilah disebut dengan nasi krempyengan. Memang, pertama kali denger istilah itu lucu sekali. Apalagi bagi masyarakat awam. Inilah yang membuat penasaran, dan setelah dicoba ternyata enak sekali dan harganyapun juga dapat dijangkau oleh pelajar disekitar pasar itu.
Kebanyakan yang saya temui di pasar krempyeng itu adalah penjual nasi dan sebangsa makanan makanan, walaupun ada yang menjual baju tetapi itu baju yang sederhana dan murah untuk dipakai sehari-hari. Bukan baju yang dipakai untuk pergi jalan-jalan. Intinya pasar krempyeng itu semua yang diperjual belikan serba murah.
Suatu hari, saya bertanya sama ibu-ibu penjual nasi disitu. Seberapa sih untung yang didapatkan saat menjual nasi seperti itu dengan harga yang murah. Ibunya hanya berkata bahwa penjualannya disitu hanya cukup buat makan, memenuhi kebutuhan dapur dan yang penting bisa membalikkan modal. untungnyapun juga tidak seberapa. Bagi saya sendiri saja aneh, kenapa mau berjualan dengan laba yang tidak seberapa. Tetapi itulah kenyataannya.
Berbanding terbalik dengan pasar tradisional yang lain. Dimana mereka menawarkan harga dengan patokan setinggi-tingginya. Disitu banyak manipulasi dan kebohongan. Harga yang ditawarkan bisa sampai setengah dari harga aslinya. Mencari laba setinggi-tingginya dengan membohongi pelanggan. Fenomena seperti inilah yang terjadi di pasar tradisional yang besar. Orang yang belum pernah ke pasar sebelumnya pasti akan ketipu dengan kedok penjual seperti itu. Kita bisa lihat bahwa antara penjual satu dengan yang lain pasti menawarkan barangnya dengan harga yang berbeda. Dengan trik yang berbeda pula mereka menipu pembeli. Apakah hal seperti ini dilakukan oleh setiap penjual yang ada dipasar tradisional ? Menurut saya iya. Karena dengan menawar lah kita bisa membeli barang itu. Arti menawar sendiri menurut saya adalah sebuah cara cara untuk mendapatkan barang dengan harga sesungguhnya.
Orang yang sering beli barang-barang dipasar tradisional itu bisa menawar dengan harga yang seminimal mungkin. Mungkin dari semua pembeli juga melakukan interaksi tawar menawar dengan cara mereka sendiri-sendiri.
Berbagai cara dan siasat untuk bersaing menarik pelanggan mereka lakukan setiap hari. Sampai mengarang cerita yang membuat iba orang lain. Suatu kehendak juga dapat menjadi sangat keras, itu sering terjadi apabila penjual menghendaki pembeli untuk membeli barang yang sudah mereka tawar ternyata tidak jadi. Jengkel memang, tetapi yang saya lihat mereka bisa begitu sabar dengan kejadian seperti itu. Karena menurut mereka itu sudah sering mereka alami, bahkan setiap hari.
Saya jujur lebih suka pergi ke pasar daripada ke toko-toko. Karena dengan harga yang terjangkau bahannya juga sama. Yang paling menyenangkan dipasar itu ketika saya melakukan interaksi jual beli antarapedagang satu dengan pedagang yang lainnya. Disini sangat berbeda sekali antar pedagang. Ada yang menjual baju dengan harga tinggi tetapi setelah kita melakukan penawaran harga menjadi turun hampir setengah harga yang pertama mereka tawarkan ke kita. Dari sini sudah terlihat ada main harga, ada acting perdagangan. Dan kebohongan itu hanya dilakukan oleh penjual barang-barang saja. Sedangakan seperti penjual makanan, sayuran seperti itu tidak ada tawar menawar sama sekali. Setiap ada pembeli pengen berapa langsung dibungkus plastik langsung dibayar. Seperti halnya juga penjual ikan yang tidak dilakukan penawaran terlebih dahulu. Saya sering melihat pak de saya berjualan kelapa di kiosnya, dia mematok harga pas dengan keuntungan yang pas juga dan barang yang bagus. Dengan seperti itu pakde saya tidak usah melakukan tawar menawar dulu dengan pembeli. Kalau pembeli membeli kelapanya banyak baru dikasih diskon. Itu sudah dilakukan oleh pakde saya setiap harinya.
Selain itu, ada juga yang menjual kelapanya dengan harga yang sama dengan pedagang lainnya, tetapi kualitas barang yang di miliki penjual tidak sama dengan penjual lainnya juga ada. Mungkin dari luarnya bentuk penampilan barangnya kelihatan bagus, tetapi kan kita sebagai pembeli tidak tahu barang itu dalamnya bagus apa enggak. Biasanya kalau yang menjual itu pinter banget berbohong, pasti kita sebagai pembeli akan tertarik dan kepincut.
Manusia dengan kemampuan akal dan budinya, telah mengembangkan berbagai macam sistem tindakan Demi keperluan hidupnya sehingga menjadi makhluk yang paling berkuasa dimuka bumi ini. Namun demikian, berbagai macam sistem tindakan tadi harus dibiasakan olehnya.
Hanya sedikit tindakan manusia yang tidak perlu dibiasakan dengan belajar, yaitu hanya beberapa tindakan naluri, beberapa refleks, beberapa tindakan akibat proses fisiologi, atau kelakuan membabi buta. Bahkan berbagai tindakan manusia yang merupakan kemampuan naluri yang sudah melekat sejak lahir. Contohnya seperti cara menjual jualan yang sudah mereka jual. Tidak mungkin penjual sekolah dulu cara berjualan itu seperti apa, bagaimana menarik perhatian pembeli dll. Itu bisa dipelajari dengan Cuma melihat dari lingkungan sekitar saja sudah bisa melakukannya. Apalagi berjualan itu merupakan aset yang sangat menggiurkan sekali. Siapapun juga mau berjualan asal mendapat keuntungan yang lebih bahkan separo dari modal yang dikeluarkan.
Apapun yang kita lakukan, itu akan berdampak pada kita sendiri. Mungkin berusaha jujur itu lebih baik daripada berbohong demi mendapatkan keuntungan yang lebih dengan cara membohongi orang lain. terimakasih