Menulis Materi Perkuliahan
Oleh Agung Kuswantoro
Setiap perkuliahan usai, saya selalu berusaha membuat ulasan atas materi yang disampaikan. Sederhana saja, tujuannya agar materi/pesannya ‘mengena’ atau ‘membekas’ dalam otak. Syukur, ‘masuk’ ke hati.
Namun, yang perlu dipahami dalam hal ini adalah penulisannya. Saat menulis saya butuh banyak referensi. Minimal 3 hingga 4 buku, beberapa artikel ilmiah, dan beberapa sumber berita uptodate (kompas/detik).
Dari beberapa referensi di atas, kemudian saya “ramu” menjadi sebuah tulisan. Pastinya, tulisan ‘ala’ saya. Penjelasan dosen dan referensi yang saya baca menjadi kekuatan saya untuk menulis ulasan mata kuliah yang barusan disampaikan oleh dosen.
Setelah jadi, biasanya hasil tulisan tersebut, saya kirimkan ke dosen yang bersangkutan. Tujuannya, untuk mendapatkan koreksi/masukan atas tulisan ‘sederhana’ saya itu. Ada dosen yang mengapresiasikan dengan menambahkan keterangan. Ada dosen yang memberi keterangan dengan kalimat pendek seperti “good”, menarik, dan kritis. Dan, ada pula dosen yang memberi keterangan dengan motion berupa jempol.
Setelah mendapatkan respon, saya meminta izin ke dosen yang bersangkutan untuk saya share/bagikan ke grup whatshapp kelas/mata kuliah yang sesuai tema kajian. Biasanya, dosen setuju dengan “permintaan’ saya untuk men-share-nya.
Singkat cerita, saya men-share tulisan saya itu ke grup whatshap, facebook, blog (pribadi dan lembaga), dan memindahkan filenya ke kumpulan data sesuai mata kuliah yang saya terima.
Saya disiplin memindahkan file tersebut ke folder saya. Jika tidak disiplin, maka akan menumpuk file di luar folder. Artinya, urutan yang saya tulis itu, tidak jelas.
Bisa dikatakan, saya menulis tiap hari dengan tema berbeda-beda. Karena, tulisan selalu saya ‘produksi’/ciptakan, sehingga saya harus disiplin memindahkan file tersebut seusai folder temanya.
Ibaratnya, celengan dan uang. Celengan itu folder tema, sedangkan uang itu file tulisan. Jadi, harus rajin memasukkan file ke folder. Rajin memasukkan uang ke celengan.
Harapannya, ternyata file-file itu bisa menjadi sebuah buku. Buku sederhana saja. Ga usah yang berbobot sekali, namun segala isinya adalah tulisan saya. “Gaya” saya. Dan, “agung” banget.
Saya pernah melakukan hal ini yang serupa, pada suatu mata kuliah. Hampir setiap pembelajaran menulis materi. Hasilnya, kumpulan materi tersebut, menjadi buku. Sehingga, buku-buku saya itu, mungkin berisi tidak “berbobot” tetapi ada maknanya. Karena, memang saya tidak memasukkan teori-teori yang berat, layaknya bab dua dalam sebuah karya ilmiah, yaitu kajian pustaka/teori. Namun, tulisan saya berisi “ulasan”. Ulasan itu berbeda dengan teori. Tapi, dalam membuat ulasan, harus berdasarkan teori.
Awal tulisan saya dimulai dengan tulisan tangan di buku tulis. Sudah banyak bolpoin dan buku tulis yang saya habiskan untuk menulis ulasan materi perkuliahan. Setelah itu, saya dibantu teman untuk mengetiknya. Teman saya, namanya Pak Sukardi. Ia bisa membaca tulisan saya, walaupun tidak jelas.
Itulah cara saya untuk ‘mengikat’ suatu ilmu. Harapannya, saya bisa menghormati ilmu dengan cara menulis setiap kali perkuliahan. File demi file saya jadikan folder. Tujuannya terkenang untuk diri saya. Syukur, bisa tercetak menjadi buku, sehingga bisa dibaca oleh orang lain. Semoga goresan tinta saya itu bermanfaat bagi orang lain. Inilah cara saya untuk belajar. Semoga bermanfaat.
Semarang, 10 Mei 2020
Ditulis di Rumah jam 11.00 – 11.45 WIB
Recent Comments