Literasi dengan Cara Baca al-Qur’an, Kitab, Buku, Jurnal dan Koran Lalu Menulis
Oleh Agung Kuswantoro
Tiap hari minimal, saya membaca al-Qur’an, kitab, jurnal, dan koran. Biasanya al-Qur’an dibaca tengah malam. Sedangkan kitab, buku, jurnal, dan koran membacanya saat siang hingga malam hari.
Dalam teknik membaca, saya memakai strategi “cepat” membaca. Memang butuh keterampilan “khusus” agar bisa membaca dengan cepat.
Ada hal yang tidak bisa saya membaca dengan strategi “cepat”, yaitu membaca al-Qur’an, kitab (kuning), dan jurnal. Dimana, ketiga sumber literasi (al-Qur’an), kitab (kuning), dan jurnal harus diterjemahkan/diartikan dan ditafsiri. Mengapa? Ketiga sumber literasi menggunakan bahasa Arab dan Inggris dengan kaidah ketatabahasaan yang baik.
Biasanya usai membaca saya “mengikat” dengan menulis. Menulis dari yang saya baca. Jadi, urutannya adalah membaca, baru menulis. Bukan, menulis kemudian membaca. Karena, menulis adalah butuh sumber. Menulis, tidak sekadar (asal) menulis.
Memang harus menyempatkan waktu untuk membaca bagi saya. Karena, dengan membaca pikiran menjadi hidup. Dengan berpikir, saya bisa merenung, lalu menuliskan dari apa yang saya pikir. Dengan cara seperti ini, saya merasa hidup. Harapannya, saya memiliki karya berupa buku atau kitab yang bisa digunakan/dibaca untuk anak, santri, siswa, mahasiswa, dan orang lain/masyarakat. Senang rasanya, jika mereka akan membaca karya saya kelak. Semoga. Amin. [].
Semarang, 22 Mei 2022
Ditulis di Rumah jam 18.30 – 18.45 Wib.
Recent Comments