Visi Itu Abstrak
Oleh Agung Kuswantoro
Visi itu tidak terlihat, namun bukan berarti kosong. Visi itu tak tampak, namun bisa dirasakan. Mata bisa membaca tulisan visi suatu organisasi/lembaga, namun hati belum tentu melihat (baca:merasakan) visi organisasi tersebut. Orang lain bisa “penasaran” akan visi organisasi, namun orang yang ada dalam organisasi itu akan “mantap” dan merasakan visi organisasinya.
Lalu, apakah sebenarnya visi itu? Soegito (2020) mengatakan visi adalah gambaran/wawasan atau pernyataan tentang lembaga pendidikan yang ingin diwujudkan di masa jauh ke depan. Visi itu menguraikan jenis organisasi yang Anda ingin wujudkan atau bagaimana Anda ingin dilihat atau diingat. Visi itu menetapkan arah yang dituju oleh setiap orang. Visi itu memberdayakan orang dan menciptakan antusiasme dengan menyoroti kontribusi khusus bagi organisasi. Dan, visi itu memberikan dasar untuk mengenali “jurang” antara keadaan sekarang dan keadaan di masa depan.
Ciri-ciri visi itu (1) mudah dipahami, (2) bahasa sederhana, (3) bersifat menantang dan dapat dicapai, (4) ideal, tetapi dapat dihayati, (5) menimbulkan motivasi dan kegairahan untuk melaksanakan, (6) tidak menyebut dan tidak terikat pada angka definitif dan (7) memberikan nuansa kinerja bermutu bagi karyawan.
Organisasi yang memiliki visi itu akan lebih mudah dalam mengembangkan, merubah, dan berhasil. Tetapi, organisasi tanpa visi itu dalam pengembangannya, tanpa arah. Bingung.
Nah, kebetulan saya diberi amanah untuk membuat visi dari Masjid Nurul Iman Sekaran. Visinya adalah menjadikan Masjid yang nyaman, tenang, dan khusyuk dalam penyelenggaraan sholat rowatib, sunah, dan beribadah kepada Allah. Menurut Anda, apakah visi organisasi tersebut terpenuhi dengan konsep-konsep di atas?
Semarang, 18 Oktober 2020
Ditulis Di Rumah jam 05.00 – 05.30 WIB.
Recent Comments