• Friday, September 08th, 2023

Membuka Kenangan dengan Membuka dan Membaca Kitab
Oleh Agung Kuswantoro

Tiap pulang kampung, hal pertama usai sungkem orang tua dan sejenak bersantai dengan lingkungan sekitar adalah membuka dan membaca kitab. Kali ini, saya membuka kitab Adzkar dan Jawahirul Bukhori.

Sewaktu saya ngaji kitab Adzkar yang mengampu adalah KH. Drs. Romadlon SZ, sedangkan pengampu kitab Jawahirul Bukhori adalah almarhum Kiai KH Abdullah Sidiq. Kedua kiai tersebut adalah pengasuh Ponpes Salafiyah Kauman Pemalang.

Terlihat dalam tanda tangan ke-2 pengampu kitab tersebut, bahwa kitab Jawahirul Bukhori sudah khatam tiga kali. Sedangkan kitab Adzkar, Alhamdulillah sudah khatam sekali.

Dengan membuka dan membaca kitab ini menjadikan lebih bersyukur terhadap kehidupan. Tak selamanya orang bisa ngaji terus. Dan, tak selamanya orang bisa ngajar terus. Mungkin tepatnya adalah “semua ada waktunya”.

Bisa jadi, pada tahun 1990-an, saya itu santri. Kemudian tahun 2014 – 2021 saya itu ustad. Entah, apalagi peran saya pada tahun-tahun berikutnya. Itulah fase kehidupan, hanya Allah yang Maha Mengetahui.

Mari, kita hormati waktu dengan berbuat baik. Bukalah memori Anda dengan membuka kitab atau tulisan Anda sewaktu belajar dulu. Cobalah, betapa nikmatnya masa perjuangan mencari ilmu pada waktu itu. Insya Allah. []

Semarang, 3 September 2023
Ditulis di Rumah jam 15.30 – 15.45 Wib.

• Wednesday, September 06th, 2023

Ujian Mid Semester Madrasah
Oleh Agung Kuswantoro

Sudah lama (3 bulanan) – saya sebagai ustad – memberikan materi. Sekarang, tiba saatnya ujian mid semester.

Ada dua santri yang saya ajar, maka ada dua soal pula yang saya berikan. Pastinya, soal berdasarkan materi-materi yang sudah saya berikan kepadanya. Adapun materi-materinya seperti: tauhid, fiqih, imla, bahasa Arab, tarikh, bahasa Arab, dan lainnya.

Penilaiannya adalah per materi. Jadi, soal dijadikan satu, lalu dikelompokkan berdasarkan materi-materinya.

Alhamdulillah, untuk santri Mubin bisa mengerjakan dengan baik, kurang lebih 95% menguasi materi. Santri Syafa, Alhamdulillah bisa mengerjakan dengan baik juga (90% menguasai materi).

Dengan adanya ujian ini, menjadikan umpan balik saya dalam memperbaiki materi-materi tertentu yang harus didalami oleh santri. Misal: santri Mubin perlu ditingkatkan dalam materi fiqih dan menulis imla/pegon, sedangkan santri Syafa perlu ditingkatkan dalam materi tauhid.

Meskipun, madrasah dilakukan di rumah, namun standar pendidikan, layaknya Madrasah Diniyah (Madin/Sekolah Arab).

Doa dan harapan besar semoga kelak ada madrasah dengan model seperti ni bisa diterima oleh masyarakat.

Tetap semangat santri-santriku. Dan, tetap semangat juga untuk saya sendiri (selaku ustad) dan ustadahnya (ustadah Lu’lu’). Semoga Allah selalu memberikan petunjuk kebaikan untuk kita. Amin. [].

Pemalang, 3 September 2023
Ditulis di Rumah Pemalang, jam 03.55 – 04.01 Wib.

• Friday, September 01st, 2023

Dibutuhkan Komitmen dalam Berliterasi
Oleh Agung Kuswantoro

Dalam kegiatan literasi (membaca – menulis) dibutuhkan sebuah komitmen. Keinginan saja, tidak cukup. Tetapi, komitmen yang sangat dibutuhkan.

Terlebih saat ini, alat bantu berupa pencarian/google di internet semakin mempermudahkan seseorang untuk mencari informasi apa saja bisa. Apalagi, dengan adanya AI/Artificial Intelligence. AI mempermudah dalam mendapatkan informasi.

Namun dari kecanggihan teknologi informasi adalah proses dalam mendapatkan informasi yang valid. Membaca buku/kitab/teori adalah kuncinya. Setelah membaca lalu ditulis.

Kegiatan membaca – menulis itu, bukanlah hal yang mudah. Agama Islam saja, bahkan memerintahkan untuk membaca (Iqro). Ada juga ayat yang identik dengan menulis “wal qolami wama yasturun” yang turun (dalam surat al-Qolam) yang artinya: Kegiatan menulis – membaca, sangatlah penting. Membaca – menulis itu, mengasah otak. Bahkan, mengasah hati. Dengan membaca – menulis, hati – otak seseorang lebih seimbang.

Setelah membaca, orang tersebut akan merenung. Dalam perenungan akan timul sebuah ide. Ide dapat diwujudkan dalam sebuah tulisan. Tulisan itulah bentuk nyata sebuah ide/gagasan.

Komunitas
Untuk menjaga “keistikamahan” dalam kegiatan membaca – menulis dibutuhkan sebuah komunitas. Komunitas adalah sekumpulan orang yang komitmen terhadap “dunia” membaca – menulis. Bisa jadi kegiatan membaca – menulis masih kurang lazim. Artinya, kegiatan membaca – menulis itu sedikit yang menyukainya.

Di Indonesia saja indeks orang yang membaca 0,001. Artinya, hanya 1 orang yang membaca dari 1000 orang yang ada. Jadi, ada 999 orang yang tidak membaca.

Oleh karenanya, “komunitas” sebagai jembatan. Komunitas kepenulisanlah yang saya maksudkan. Bukan komunitas asal – asalan. Dimana, dalam komunitas tersebut berisikan orang yang berkomitmen untuk menulis. Syukur bisa menghasilkan sebuah buku (minimal) satu bulannya dari tulisan-tulisan para anggotanya.

Nah, sekarang bagaimana dengan diri Anda? Jika ingin bergerak dibidang literasi, bangunlah komitmen yang kuat. Lalu, temukanlah sahabat-sahabat pena/penulis di sebuah komunitas yang solid berkomitmen untuk menulis. Semoga, Anda sudah menemukannya. Amin. []

Semarang, 27 Agustus 2023
Ditulis di Rumah jam 04.00 – 04.30 Wib.

• Tuesday, August 29th, 2023

Mengapa Ilmu Sering disebutkan dalam Al Qur’an dan Al Hadist?
Oleh Agung Kuswantoro

“Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat” (QS. Al-Mujadilah:11).

Ayat yang saya bacakan di atas, menjadi sebuah pertanyaan: “Mengapa al Qur’an (dan termasuk al hadist) banyak menyebutkan/membahas tentang keutamaan sebuah ilmu? Atau, mengapa bahkan dalam kitab-kitab agama menjelaskan bab ilmu di bab awal (seperti Ihya ulumuddin? Atau, mengapa ada kitab yang membahas secara khusus tentang ilmu seperti kitab ta’lim muta’alim?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, ada beberapa jawaban:

Pertama, Ibnu Abbas ra. dalam kitab Ihya Ulumuddin mengatakan orang yang berilmu memiliki keunggulan 700 derajat di atas orang yang beriman, yang mana jarak antara dua derajat adalah perjalanan 500 tahun. Berarti 700: 2 = 350 derajat. 350 derajat x 500 = 175.000 tahun.

Maknanya, bahwa derajat orang yang mencari ilmu sangat tinggi. Ada yang mengatakan lebih tinggi dari iman.

Kedua, secara kaidah nahwu bahwa antara orang yang beriman dan orang yang berilmu setara (‘itlaqul jami’). Yang artinya, menyimpulkan ma’thuf dan ma’thuf alaih dalam hukum dan irobnya. Dalam ayat 11 surat Al Mujadilah, ada kalimat walladzina u tul ilma, wa disinilah yang dimaksud wawu athof. Bisa dikatakan: agar kita beriman tuntutlah ilmu.

Ketiga, pengetahuan manusia sangat terbatas, sedang pengetahuan Allah Maha Luas. Pengetahuan Allah rinci tidak berubah dan tidak salah. Sedangkan pengetahuan manusia sangat terbatas, bisa salah sehingga berubah, kendati pengetahuannya itu dinamai hakikat ilmiah. Karena para ilmuan sepakat bahwa hakikat ilmiah tidak lain, kecuali kesepakatan ilmuan dalam satu masa menyangkut satu persoalan.

Kesepakatan itu berpotensi untuk mereka jika ada pandangan baru sebelum tahun 2006, jumlah planet dalam tata surya dinyatakan oleh ilmuan sebanyak 9 buah. Lalu, setelah itu dikeluarkan satu, yaitu planet Pluto, sehingga jumlahnya menjadi 8 planet. Tapi, dalam saat yang sama ditambah dengan sejumlah planet “kerdil”. Demikian hakikat ilmiah yang disepakati sebelumnya berubah.

Demikian juga dalam teori manajemen ada: teori manajemen klasik, neoklasik, ilmiah sistem, dan kontingensi. Masing-masing teori memiliki kaidah dan tokoh, dimana isi teorinya berubah. Mengapa berubah? Karena kesepakatan para ahli/tokoh yang membidanginya tersebut.

Keempat, ilmu bersumber dari Allah. Sedangkan segala yang bersumber dari Allah itu baik, maka ilmu itu cahaya (al ‘ilmu nurun) yang menerangi jalan manusia. Ada ulama yang mengatakan ilmu bukanlah yang Anda peroleh melalui proses belajar mengajar, tetapi ilmu cahaya yang dianugerahkan dan dicampakkan Allah ke hati siapa yang dikehendaki-Nya. Cahaya (nur) inilah yang membimbing manusia dan perisai baginya menghadapi tantangan.

Dari keterangan ini maka kalimat iman dalam surat al Mujadilah ayat 11 harus disematkan yaitu orang yang berilmu, harus dikuatkan ilmunya. Jika orang berilmu tnpa iman, maka keburukan atau kerusakan yang akan dialaminya. Misal, orang pinter tapi korupsi. Siswa/mahasiswa pandai, tapi suka nyontek/copi paste, orang ahli IT, namun suka menipu atau menghecker suatu program. Nah disinilah kunci iman berperan.

Kelima, menurut Ali bin Abi Thalib dalam Kitab Usfuriyah bahwa dari ke-10 kelebihan ilmi, disbanding harta adalah ilmu mampu menjaga orang yang mempunyai. Ada pakar yang mengatakan bahwa era saat ini, modal berupa uang/money, bukanlah satu-satunya yang menjadi pemenang. Tapi, ada modal yang sangat berarti yang modal berupa manusia. Salah satunya adalah pendidikan

Human capital atau modal berupa manusia melalui pendidikan, pengetahuan, kreatifitas, pelatihan, kemampuan, keahliaan/expert, dan kepemimpinan. Jadi, apa yang disampaikan oleh sahabat Ali bin Abi Tholib ra sangat tepat bahwa dengan ilmu, manusia menjadi “terlindungi” dan kuat. Namun dengan adanya harta, manusia harus melindungi.

Demikian 4 poin pentingnya ilmu yaitu:

  1. Orang yang berilmu derajatnya lebih tinggi daripada orang beriman. (Ibnu Abbas dalam Ihya Ulumuddin).
  2. Orang yang berilmu setara dengan orang yang beriman (pendekatan kaidah nahwu).
  3. Pengetahuan manusia itu terbatas, sehingga butuh ilmu. Dalam perkembangannya, teori pun berubah.
  4. Ilmu bersumber dari Allah. Segala sesuatu yang bersumber dari Allah, pasti baik. Ada orang berilmu, tapi buruk akhlaknya, maka yang dicek adalah imannya. Karena ilmu itu pasti baik karena bersumber dari Allah.
  5. Ilmu adalah penjaga manusia. Ilmu adalah letak dari seluruh modal untuk sukses. Pendidikan adalah bagian dari human capital.

Mari kita bersemangat untuk belajar, dan menghormati sebuah ilmu dengan membaca, diskusi, dan bertanya kepada yang ahli. []

Semarang, 25 Agustus 2023
Ditulis di Rumah jam 03.30 – 04.00 Wib. Disampaikan di Masjid Assidiqi kompleks Rektorat Universitas Negeri Semarang, Jumat 25 Agustus 2023.

• Monday, August 21st, 2023

Mendisiplin Madrasah di Rumah

Oleh Agung Kuswantoro

Atas dasar bismillahirohmanirrohim saya mencoba untuk mendisiplinkan (lagi) Madrasah di rumah dengan ke-2 anak saya. Minimal gurunya adalah saya dan istri, sedangkan muridnya adalah ke-2 anak saya (Mubin dan Syafa’).

Simpel saja sehari minimal 3  hingga 4 kali pertemuan dengan durasi waktu 10-20 menit. Adapun materinya adalah kitab-kitab yang ada di Madrasah Diniah seperti kitab hidayatus syibyan, fiqih safinatunnajah, akhlakul banin, tauhid aqidatul awwam, dan beberapa kitab lainnya.

Dalam sebuah kitab diingatkan bahwa usia 7 tahun dan 10 tahun adalah tahapan “pengenalan” dan “penguatan” dalam mengenalkan ibadah, salah satunya solat. Solat hanya sebagai “simbol” dalam batasan umur untuk pelaksanaan sebuah ibadah. Artinya adalah ibadah-ibadah lainnya yang harus dikenalkan.

Justru pertanyaanya adalah mengapa agama menekankan pada usia 7 dan 10 tahun? Atas dasar itulah, saya lebih mendisiplinkan dalam madrasah di rumah. Semoga bisa istikamah. Amin. []

Semarang, 20 Agustus 2023

Ditulis di Rumah jam 09.20 – 09.26 Wib.

• Monday, August 21st, 2023

Pakde Jawi (KH. Drs. Chamzawi Saichun): Pendakwah Yang Disiplin

Oleh Agung Kuswantoro

1 Januari 2012 adalah waktu saya pertama kali mengenal KH. Drs. Chamzawi Saichun – terkenal dengan nama dakwah – KH Drs Chamzawi Syakur – adalah Pakde dari istri saya (Lu’ lu’ Khakimah)/kakak dari mertua saya (Siti Jaesiyah).

Yang saya “tangkap” sosok dari Pakde sejak pertemuan pertama saya hingga saat ini adalah Pakde seorang pendakwah yang disiplin. Bisa dikatakan pendakwah yang sangat memahami makna sebuah waktu. Hampir 24 jam waktu tidak ada waktu menganggur. Semua digunakan  untuk dakwah dari keluarga, masyarakat, dan bangsa ini.

Sebagai dosen, Pakde sangat kuat dalam keilmuannya. Saya sebagai saudaranya kerap berdiskusi mengenai strategi dakwah. Pemikiran dan pendapatnya penuh ilmu dan makna. Strategi komunikasi dakwahnya sangat jitu. Ampuh. Bisa jadi, berupa kalangan tertentu yang bisa memahami strategi yang bisa memahami “strategi” jitunya.

Disiplin yang saya maksud, dimaknai juga adalah disiplin dalam bersilaturahim. Silaturahim dengan kerabat di Sulang Rembang sangatlah kuat. Hampir minimal setahun sekali, saya bertatap muka dengan Pakde dan keluarganya dari Malang.

Pertemuan terakhir dengan Pakde dengan adiknya (ibu mertua saya) adalah saat mertua saya aka umroh (5 Agustus 2023). Entah kenapa, Pakde menemui ibu mertua saya yang sedang di Bandara Juanda Surabaya untuk pemberangkatan ke Mekkah. Sedangkan Pakde kapundut (baca: wafat) hari Rabu, 16 Agustus 2023).

Bisa jadi, itulah “firasat” seorang kakak kepada adik untuk kepergian selama-lamanya. Saat ibu mertua sedang menjalankan ibadah umroh di Mekkah, ada kabar bahwa Pakde meninggal dunia. Serentak kabar duka itu pun “menyebar” dengan cepat di grup-grup WA. Saya pun mendapat kiriman dari guru dan sahabat saya melalui WA yaitu Prof. Ngainun Naim dan Mas Halim (Abdul Halim Fathani).

Saya dan keluarga pergi ke Rembang untuk bertemu keluarga di Sulang Rembang. Lalu, kami berangkat ke Bandara Juanda Terminal 2/T2 pada Kamis (17 Agustus 2023) sekaligus menjemput Mbah Uti (mertua saya) yang sudah selesai menunaikan ibadah umroh. Setelah bertemu Mbah Uti di Bandara  Juanda, kami lanjutkan takziah ke Malang.

Di Malang kami bertemu dengan Bude Sri/istri KH Chamzawi di rumah duka. Setelah itu, kami bertakziah ke makam Pakde. Hanya doa yang kami panjatkan ke tempat peristirahatan terakhir Pakde. Doa langsung dipimpin oleh Mbah Uti. Setelah itu dari makam Pakde, kami kembali ke UIN Malik Ibrahim (bertemu bude) untuk pamit pulang ke Rembang.

Saya dan keluarga (istri dan  kedua anak saya) pada tanggal 25 – 26 Januari 2020 pernah ke Malang saat Kopdar Sahabat Pena Kita/SPK menyempatkan “mampir” ke saudara di Malang, salah satunya  ke rumah Pakde. Alhamdulillah saya bisa bertemu dan bersilaturahim dengan Pakde dan keluarga. Sebelumnya, saya juga pernah menginap semalam di rumahnya saat saya ada acara di UB (Universita Brawijaya).

Saya banyak belajar dari sosok Pakde. Hal yang paling kuat adalah dalam diri Pakde adalah dakwah. Pakde memiliki santri yang sangat banyak. Pakde adalah pengasuh Pondok Pesantren (Ma’had Al Jami’ah Al-Aly) UIN Malik Ibrahim Malang.

Selain itu, aktif dalam berorganisasi NU dan MUI Kota Malang. Tercatat sebagai Rois Syuriyah Cabang Nahdatul Ulama (NU) Kota Malang dan wakil ketua umum MUI Kota Malang.

Semangat untuk berbagi ilmu adalah  bagian dari hidupnya. Mengapa Pakde bisa “sesukses” seperti itu? Karena disiplin dalam hidupnya yaitu disiplin berilmu, disiplin berorganisasi, disiplin bermasyarakat, disiplin berdakwah, dan disiplin bersilaturahim.

Semoga Pakde, selalu dan insya Allah mendapatkan tempat terbaik disisi Allah. Terima kasih atas khutbah nikahnya saat pernikahan saya dan istri, serta doa-doa yang dipanjatkan hari pertama pada tahun 2012 (1 Januari). Itulah hari pertama saya mengenal Pakde dan keluarga. Terima kasih atas ilmu-ilmu yang telah diberikan kepada kami. Alfatihah. []

Semarang, 19 Agustus 2023

Ditulis di Rumah jam 19.30 – 19.45 Wib.

• Friday, August 04th, 2023

Bicara Arsip Desa

Oleh Agung Kuswantoro

Bicara arsip desa berbeda dengan arsip kota, apalagi arsip perguruan tinggi. Misal: klasifikasi arsip perguruan tinggi dengan menggunakan sistem klasifikasi arsip subjek/pokok soal/masalah. Sedangkan, arsip di kelurahan dengan menggunakan sistem klasifikasi arsip desimal. Belum lagi, sub dan subsub yang ada dalam klasifikasi arsip di kelurahan.

Secara organisasi pun berbeda. Kelurahan dibawah naungan Kemendagri/Kementerian Dalam Negeri. Sedangkan, perguruan tinggi dibawah naungan Kemendikbud/Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Adalah Kelurahan Randugunting Kabupaten Semarang yang mengajak saya dan teman arsiparis untuk belajar bersama kearsipan. Selain itu, ada mahasiswa KKN dan dosen pendamping yaitu Bu Nurdian Susilowati, S.Pd, M. Pd. dan Prof. Dr Wara Dyah Pita Rengga ST MT.

Kurang lebih 2 jam saya berbicara arsip desa. Pada intinya, berbicara arsip mulai dari penciptaan hingga pemusnahan. “Lika-liku” dalam permasalahan arsip di desa kurang lebih sama yaitu penataan.

Memang dalam menata arsip dibutuhkan komitmen bersama mulai dari penata arsip hingga pimpinan. Dibutuhkan komitmen yang menyeluruh agar penataan menjadi baik. Sehingga arsip mampu menjadi sumber informasi yang akuntabel dan mudah dalam pencarian.

Saya juga menyampaikan pentingnya digitalisasi kearsipan agar lebih efektif dan efisien dalam pengelolaannya. Alhamdulillah ada 2 arsiparis UNNES yang menemani saya yaitu Bapak Eko Febrianto dan Djoko Legowo.

Semoga kegiatan ini memberikan manfaat kepada penata arsip dan aparatur Negara di kelurahan Randugunting, Kabupaten Semarang. Amin. [ ]

Ditulis di Yogyakarta, 26 Juli 2023

Jam 16.30 – 16.35 Wib.

• Thursday, August 03rd, 2023

Bicara Arsip Desa

Oleh Agung Kuswantoro

Bicara arsip desa berbeda dengan arsip kota, apalagi arsip perguruan tinggi. Misal: klasifikasi arsip perguruan tinggi dengan menggunakan sistem klasifikasi arsip subjek/pokok soal/masalah. Sedangkan, arsip di kelurahan dengan menggunakan sistem klasifikasi arsip desimal. Belum lagi, sub dan subsub yang ada dalam klasifikasi arsip di kelurahan.

Secara organisasi pun berbeda. Kelurahan dibawah naungan Kemendagri/Kementerian Dalam Negeri. Sedangkan, perguruan tinggi dibawah naungan Kemendikbud/Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Adalah Kelurahan Randugunting Kabupaten Semarang yang mengajak saya dan teman arsiparis untuk belajar bersama kearsipan. Selain itu, ada mahasiswa KKN dan dosen pendamping yaitu Bu Nurdian Susilowati, S.Pd, M. Pd. dan Prof. Dr Wara Dyah Pita Rengga ST MT.

Kurang lebih 2 jam saya berbicara arsip desa. Pada intinya, berbicara arsip mulai dari penciptaan hingga pemusnahan. “Lika-liku” dalam permasalahan arsip di desa kurang lebih sama yaitu penataan.

Memang dalam menata arsip dibutuhkan komitmen bersama mulai dari penata arsip hingga pimpinan. Dibutuhkan komitmen yang menyeluruh agar penataan menjadi baik. Sehingga arsip mampu menjadi sumber informasi yang akuntabel dan mudah dalam pencarian.

Saya juga menyampaikan pentingnya digitalisasi kearsipan agar lebih efektif dan efisien dalam pengelolaannya. Alhamdulillah ada 2 arsiparis UNNES yang menemani saya yaitu Bapak Eko Febrianto dan Djoko Legowo.

Semoga kegiatan ini memberikan manfaat kepada penata arsip dan aparatur Negara di kelurahan Randugunting, Kabupaten Semarang. Amin. [ ]

Ditulis di Yogyakarta, 26 Juli 2023

Jam 16.30 – 16.35 Wib.

• Tuesday, August 01st, 2023

Apakah Hidup diatur oleh Waktu?
Oleh Agung Kuswantoro

Saat di Stasiun atau Bandara, kita sering mendengarkan suara pemandu keberangkatan kereta api atau pesawat. Biasanya, pemandu tersebut mengatakan:“Pemberangkatan pada jam sekian”, kurang lebih seperti itu.

Mendengar kalimat tersebut, sempat terbesit dalam pikiran saya sebagaimana dalam judul yaitu: “Apakah hidup diatur oleh waktu?”

Menurut saya, jawabannya adalah: “Ya”, bahwa “hidup diatur oleh waktu”. Waktu yang mengatur adalah kita. Oleh karenanya, kita harus lebih mendekat kepada Sang Pemilik Waktu. Bagi saya sang Pemilik Waktu adalah Allah.

Saya jadi ingat terkait surat Al- Asr dimana ada penyebutan “Demi waktu”. Artinya bahwa Allah-lah yang memiliki waktu. Bisa jadi, dalam waktu yang sama ada orang yang tidak mau diatur oleh waktu: seperti solat, main HP, gosip, dan pekerjaan buruk lainnya.

Lalu, muncul pertanyaan lagi, siapa orang yang beruntung dengan waktu itu? Maka, jawabannya adalah lanjutan dari ayat 1 surat Al-Asr yaitu orang yang beriman, beramal soleh, dan orang yang sabar.

Jadi, cara mendekati dengan pemilik waktu agar menjadi orang yang tidak merugi/beruntung adalah menjadi orang beriman, berbuat baik, dan menjadi orang yang sabar. Itulah orang yang diatur oleh waktu dengan baik. Semoga itu kita. Amin. []

Ditulis di Semarang, 28 Juli 2023
Jam 19.00 – 19.05 Wib.

• Monday, July 31st, 2023

Bertemu dengan Guru Ngajiku
Oleh Agung Kuswantoro

“Takon” adalah kalimat yang sering diucapkan oleh Kiai Haji Romadlon saat menerangkan materi/kajian di kelas saya di Diniyah Wustho dan Ulya Salafiyah Kauman Pemalang.

Dalam diri saya memang ilmu yang disampaikan oleh Kiai Haji Romadlon begitu mengena hingga kini, seperti: ilmu tauhid, ilmu mawaris, ilmu adab, dan ilmu yang lainnya.

Saya sering menyampaikan ajaran-ajaran yang beliau sampaikan kepada mahasiswa/orang saat diskusi/belajar bersama. Karena, pendapat dan ilmu beliau relevansi dan cocok dengan keadaan pada waktu saya jadi santri dan waktu saat ini.

Tak menyangka hari Ahad (23 Juli 2023) saya bertemu dengan guru ngaji saya tersebut di Semarang. Saya berdiskusi kurang lebih 20 menitan. Alhamdulllah diskusinya sangat mendalam. Pastinya “dibalut” dengan keilmuan.

Saya mengucapkan kepada Mas Faris yang telah “menjembatani” dalam pertemuan ini. Harapan dan doa saya sampaikan kepada Kiai Haji Romadlon dan Mas Faris. Semoga sehat, sukses, dan hidup lebih bermanfaat untuk masyarakat. Amin. [].

Ditulis di Yogyakarta, 26 Juli 2023
Jam 16.00 – 16.10 Wib.