• Saturday, May 03rd, 2025

Khataman Kitab Safinatunnajah
Oleh Agung Kuswantoro

Rasanya, saya senang sekali dapat mengkhatamkan kitab Safinatunnajah. Kitab yang saya baca sejak Selasa, 19 September 2023 di Musholla Mbah Karno, desa Sriging, Patemon bisa selesai pada Senin, 28 April 2025.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Ustad Abdul Aziz yang mengenalkan saya kepada Mahasantri Kostren sebagai peserta didik yang tertib dan kritis untuk belajar. Mahasantri itulah yang menentukan kitab kajiannya. Bahkan, mereka membeli dan mengabsahinya. Seiring berjalannya waktu, kajian tersebut “berubah” dari tatap muka ke tatap maya melalui zoom, dimana pesertanya tidak hanya Mahasantri Kostren saja, tetapi khalayak umum.

Adapun, ketua dari mahasantri tersebut adalah mas Bangkit. Mas Bangkit-lah yang menghubungkan saya dengan para Mahasantri. Saya mengucapkan terima kasih kepada istri saya, Lu’lu’ Khakimah yang telah menyempatkan waktu dan berbagi waktu agar kegiatan kajian rutin sebulan sekali, agar tetap istikamah. Saya juga mengucapkan terima kasih juga kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung kajian Safinatunnajah ini.

Saya masih ingat dulu, waktu kajian tatap muka, dimana anak saya – Muhammad Fathul Mubin – ikut, tetapi saat proses kajian dia tertidur di tempat Musholla tersebut. Karena kajian dilakukan pada waktu malam hari.

Saya mohon maaf, apabila ada kesalahan dalam menjelaskan dan membacakan kitab fikih dasar tersebut. Semoga ada kajian kitab lagi pada kesempatan lainnya. Amin.

Ditulis di UPT Kearsipan UNNES. Jam 14.30 – 14.37 Wib. 2 Mei 2025/4 Dzulqa’dah 1446.

• Thursday, April 17th, 2025

Halla
Oleh Agung Kuswantoro

Ustad Wijayanto saat Halal bi Halal di UNNES (10 April 2025) menyampaikan tentang makna halal, dimana berasal dari kata halla. Halla, artinya:

  1. Mengurai benang yang kusut. Yang kusut hingga maghfiroh. Ada orang bisa memaafkan, tetapi tidak melebur.
  2. Meluruskan yang bengkok.
  3. Melepaskan ikatan belenggu.
  4. Memecahkan masalah.

Jika memperhatikan makna tersebut di atas, maka halal bi halal itu sangat tepat untuk orang yang sedang bermasalah. Karena akan membahas benang kusut (artinya: permasalahan) yang harus diselesaikan agar terurai (terpecahkan masalahnya).

Luar biasa sekali budaya negara Indonesia, dimana orang tidak bersalah pun, dibuat sebuah acara agar saling memaafkan. Artinya, halal bi halal menjadi sebuah budaya yang sangat baik. Lah, orang yang baru kenal atau tidak kenal pun, mengatakan minta maaf kepada orang lain. Padahal, belum tentu yang bersangkutan itu memiliki salah kepada orang yang dimintai maaf. Mengapa? Karena baru kenal.

Itulah penjelasan singkat makna halla. Insya Allah kita termasuk kategori yang memaafkan dan melupakan atas kesalahan orang lain. []

Semarang, 17 April 2025/18 Syawal 1446. Ditulis di UPT Kearsipan UNNES jam 15.10-15.20 WIB.

• Tuesday, April 15th, 2025

Orang Senasab Diutamakan
Oleh Agung Kuswantoro

Dahulukan mana: tetangga atau kerabat yang senasab? Seringkali ada pertanyaaan itu, saat orang akan berbagi/berzakat? Saya coba memahami dan mencari beberapa referensi, diantaranya, kitab Syajarotul Ma’arif. Dimana saya menemukan kalimat: “berbuat baik kepada tetangga berdasarkan jarak rumah yang berdekatan dan kedekatan nasab lebih utama daripada yang bukan senasab”.

Saya menemukan keterangan tersebut dalam bab “Ihsan/Berbuat Baik kepada Tetangga”. Dimana tetangga memiliki kedudukan yang kuat dalam untuk berbuat baik atau diperbuat baik. Bahkan, tetangga jauh termasuk harus diperbuat baik, sebagaimana dalam an-Nisa: 36 yaitu: “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak ya tim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnusabil, serta hamba sahaya yang kamu miliki. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang sombong lagi sangat membanggakan diri”.

Tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat. Bahkan, dikuatkan dengan hadist berikut: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya dia berbuat baik kepada tetangganya” (HR Bukhari Muslim).

Oleh karenanya, mari perbaiki hubungan bertetangga kita, karena sebagai tanda orang beriman. Dan, terlebih harus lebih banyak berbuat baik kepada saudara kita yang senasab. []

Semarang, 14 April 2025/15 Syawal 1446. Ditulis di Rumah, jam 04.55 – 05.01 Wib.

• Wednesday, April 09th, 2025

Dari Ke (Baik Menjadi Lebih Baik)
Oleh Agung Kuswantoro

Selama bulan Ramadhan 1446, saya banyak membaca kajian yang disampaikan oleh KH Nazaruddin Umar di koran Tribun Jateng pada halaman awal. Yang paling terkesan adalah gaya penyajiannya adalah “Dari Ke”. Dari yang baik ke yang lebih baik. Saya menangkapnya seperti itu.

Misal: Dari Khauf ke Khasyyah, Dari Syari’ah ke Hakikat, Dari Sugesti Setan Ke Sugesti Malaikat, Dari Inabah ke Istijabah, Dari Mukhlish ke Mukhlash, Dari Tahmid ke Syukur, Dari Syukur ke Syakur, Dari Self-love Ke Selfishness, Dari Rahman ke Rahim, Dari Takut ke Taqwa. Dan, Dari Shabir Ke Mashabir.

Yang menjadikan saya tertarik adalah berawal dari kebaikan, dan berakhir menjadi lebih baik. Biasanya (baca: lazimnya) berawal dari keburukan ke kebaikan, seperti: Dari keburukan ke kebaikan, dari haram ke halal, dari susah ke mudah, dari jauh ke dekat, dari susah ke sedih, dari bodoh ke pintar, dari bumi ke langit, dan dari sesuatu yang negatif ke postif.

Namun, judul/tema yang disampaikan oleh Prof. KH. Nazaruddin Umar dimulai dari kebaikan ke lebih baik lagi. Bahkan istilah yang digunakan sudah sangat baik menuju ke kesempurnaan, misal: dari Rahman ke Rahim. Artinya dari kasih sayang (dunia) ke kasih sayang (dunia–akhirat khusus orang mukmin).

Prof KH. Nazaruddin Umar menggunakan pendekatan tafsir, dimana kedua makna tersebut berbeda. Namun, bagi orang awam pemaknaannya (Rahman-Rahim) itu sama yaitu kasih sayang. Rohman – Rohim dimaknai sama (kasih sayang), menurut kebanyakan orang. Namun, Prof. KH. Nazaruddin Umar memaknai kedua lafal tersebut berbeda. Dimana berangkat dari yang baik yaitu kasih saying di dunia hingga akhirat. Dan contoh-contoh yang lain yang tidak saya terangkan seperti: Dari Tahmid ke Syukur, dari Syukur ke Syakur. Jika kita perhatikan, lafal tersebut bertingkat pemahamannya.

Sederhananya, dari satu ke dua. Dari dua ke tiga. Itulah pemahaman saya dalam belajar bersama dengan Prof. KH. Nazaruddin Umar selama 30 hari pada bulan Ramadhan 1446 Hijriah. Semoga kita masih bisa belajar terus dengan beliau. Amin. []

Ditulis di Rumah, jam 19.40 – 19.55. Semarang, 7 April 2025/8 Syawal 1446 Wib.

• Saturday, April 05th, 2025

Halal bi Halal Dimulai dengan Membaca Al-Barzanji
Oleh Agung Kuswantoro

Tak seperti lazimnya, saat Halal bi Halal dimana lagu religi atau karaoke orgen tunggal sebagai pengiring dalam kegiatan yang banyak dilakukan di masyarakat kita dalam kegiatan setelah berpuasa 30 hari itu. Yang menjadikan tidak lazim dalam kegiatan Halal bi Halal tersebut adalah dimulai dengan pembacaan Al-Barzanji. Menurut saya menarik, dimana sholawat Nabi (bacaan: ya robbi solli ‘ala Muhammad, ya robbi solli alaihi wassalim hingga doa) dikumandangkan dalam kegiatan tersebut menjadi berkah karena penuh doa dan kehadiran Allah, serta Rosulnya.

Kegiatan tersebut dilakukan pada Halal bi Halal alumni Salafiyah Kauman Pemalanga lintas alumni tahun 1446/2025. Alhamdulillah, saya bisa hadir pada acara tersebut. Kebetulan, secara jadwal saya di Pemalang. Namun, saya tidak bisa mengikuti acara tersebut hingga selesai, karena ada keperluan persiapan ke Semarang.

Mungkin model format acara tersebut, perlu ditiru saat acara Halal bi Halal pada tempat lain, agar acara yang diniatkan silaturahim menjadi lebih bermakna. Yang dibahas tidak kesuksesan dunia, tetapi yang dibahas: “sampai ini yang akan dibaca, sholawatnya, lagunya bagaimana, dan siapa yang memimpin doa”.

Itulah kenangan terbaik saya, selama mengikuti Halal bi Halal selama ini. Semoga kita bisa mempraktikannya pada acara Halal bi Halal di lingkungan kita. Pastinya, sesuai dengan situasi dan kondisi. []

Semarang, 4 April 2025/5 Syawal 1446. Ditulis di Rumah Semarang, jam 15.40 – 15.47 Wib.

• Saturday, April 05th, 2025

Amalan Pada Bulan Ramadhan Yang Bisa Dilanjutkan Setelah Bulan Ramadhan
Oleh Agung Kuswantoro

Ada 4 amalan/pekerjaan selama bulan Ramadhan yang masih kita terus pertahankan pada bulan setelah Ramadhan yaitu: (1) puasa (sunnah); (2) sholat malam; (3) tadarus/tadabur al Qur’an, dan (4) sholat jamaah di Masjid (khususnya bagi laki-laki).

Puasa sunah, seperti: puasa Syawal, puasa Senin-Kamis, dan puasa sunah lainnya. Sholat malam setelah bulan Ramadhan seperti sholah hajat, sholat tahajud, dan sholat witir. Tadarus al Qur’an bisa terus dilakukan pada siang maupun malam hari. Bahkan bisa ditingkatkan levelnya, menjadi tadabur al Qur’an.

Terakhir, sholat jamaah dilakukan di Masjid sebagai penyemangat seorang muslim karena berjamaah menjadi lebih kuat, “imannya”. Itulah amalan yang harus dipertahankan pada bulan-bulan berikutnya. Semoga kitab bisa! Insya Allah.

Ditulis di Rumah, jam 15.30 – 15.37 Wib. 4 April 2025/5 Syawal 1446. Materi didapatkan saat saya sholat Jumat di Masjid depan Rektorat UNNES, Banaran.

• Monday, March 31st, 2025

Gembira dengan Allah
Oleh Agung Kuswantoro

Adalah Idul Fitri yang salah satu pemahamannya adalah gembira dengan Allah. Ada gembira yang selain dengan Allah yaitu gembira pada umumnya.

Gembira dengan Allah penekanannya pada batin. Fitri/kesucian dekat dengan hati. Sedangkan, gembira pada umumnya lebih menekankan pada gembira fisik/dohir.

Mana ada puasa/menahan lapar selama 1 bukan itu bahagia? Mana ada solat tengah malam selama 30 hari akan menemukan sebuah kebahagiaan? Dan, mana ada orang berdiam diri di Masjid pada hari ganjil tengah malam akan menemukan bahagia?

Tindakan yang di atas (dalam bulan Ramadhan) adalah awal sebuah kebahagiaan. Karena dalam tindakan tersebut ada niat yang tertuju kepada Allah.

Saat Idul Fitri tiba, orang akan merasakan kebahagiaan. Termasuk orang yang: tidak berpuasa. Di sinilah muncul perbedaan kebahagiaan antara orang yang berfitri dan orang yang belum mendapatkan fitri.

Tangis orang yang bahagia yang mendapatkan fitri, jelas berbeda dengan tangis orang yang bahagia pada umumnya. Orang yang tangis karena fitri, maka ia akan berpikir: apakah ibadah saya diterima oleh Allah selama bulan Ramadhan? Sedangkan orang yang bahagia karena belum mendapatkan fitri, dimana dia belum tentu menangis karena “hatinya” kurang “peka” terhadap Tuhannya, yaitu Allah.

Semoga kita termasuk bahagia karena mendapatkan fitri. Bukan, mendapatkan bahagia yang berstandar kepada makhluk/ciptaan Tuhan. Amin.

Ditulis di Sulang, Rembang, 1 Syawal 1446/31 Maret 2025, jam 8.30-8.15.

• Saturday, March 29th, 2025

Walisanga (1)
Oleh Agung Kuswantoro

Kuliah Subuh yang kami lakukan bertema tentang Walisanga. Walisanga adalah penyebar agama Islam di pulau Jawa. Yang kami pahami, penyebarannya ada di Pulau Jawa. Bisa jadi, ada tokoh lain yang menyebarkan agama Islam di Pulau selain Jawa, seperti: pulau Kalaimantan, pulau Sulawesi, pulau Sumatera, pulau Bali, dan lainnya di Indonesia.

Hal yang menarik bagi kami adalah cara penyampaian para wali di pulau Jawa yaitu disampaikan berdasarkan budaya yang ada di tanah Jawa. Karena ada beberapa wali yang berasal dari luar negara Indonesia. Artinya: wali yang berasal dari luar. Indonesia memiliki budaya tersendiri. Namun, wali tersebut tidak menggunakan budaya asalnya. Sunan Ampel berasal dari Kerajaan Champa, Vietnam Selatan. Sunan Maulana Malik Ibrahim berasal dari Turki.

Nah, siapakah wali sembilan tersebut? Yaitu: Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Giri, Sunan Gunungjati, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Maulana Malik Ibrahim, dan Sunan Muria. Ada juga referensi lain yang kami dapatkan: salah satu sunan yaitu Sunan Geseng. Dari masing-masing sunan tersebut, ada yang masih kerabat/saudara (Bapak – Anak) dan ada yang seperguruan (Ustadz – Santri). Misal Sunan Ampel memiliki murid: Sunan Giri, Sunan Bonang dan Sunan Drajat). Sunan Bonang adalah putra keempat dari Sunan Ampel. Sunan Drajat adalah putra Sunan Ampel dan bersaudara dengan Sunan Bonang, Sunan Muria, dan Muria adalah putra sulung Sunan Kalijaga.

Lalu, masing-masing Sunan itu memiliki kedekatan dengan para birokrat/penguasa pada saatnya. Seperti: Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, dan Sunan Muria dekat dengan Kerajaan Demak. Sunan Giri dekat dengan Kerajaan Majapahit. Sunan Gunungpati dekat dengan Kerajaan Padjajaran. Dan Sunan Bonang dekat dengan Bupati Tuban. Demikian juga, sunan-sunan lain yang memiliki kedekatan dengan birokrat.

Bersambung.

Ditulis di Semarang, 25 Ramadan 1446/25 Maret 2025.

• Saturday, March 15th, 2025

Penyebaran Agama Islam Sunan Walisongo
Oleh Agung Kuswantoro

Usai sholat Subuh pada Ramadhan 1446/2025 ini, kami belajar bersama mengenai penyebaran agama Islam yang dibawa oleh Sunan Walisongo. Yang sudah kami pelajari yaitu Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, dan Sunan Bonang. Adapun referensi yang digunakan adalah “Kisah Ajaib Walisongo: Cerita-Cerita Aneh Tapi Nyata Dalam Perjalanan Dakwah Sembilan Wali (2017)” karya Rohimudin Nawawi al-Bantani, dan beberapa referensi lainnya. Buku tersebut adalah pemberian dari Dr. Zaprulkan kepada saya. Adapun yang belajar adalah Umi Lu’lu’ Khakimah, Muhammad Fathul Mubin, Muhammad Syafa’atul Quddus, dan saya sendiri.

Harapannya dengan belajar ini menjadi paham akan strategi/cara yang digunakan oleh para wali, identitas diri wali (silsilah hingga rihlah), perjuangan para wali, ajaran/warisan yang diajarkan oleh para wali, dan kisah luar biasa/karomah para wali.

Semoga kita tetap semangat belajar di bulan Ramadhan. Harapannya kita menjadi hamba yang berilmu dan paham akan Sejarah penyebaran agama Islam di Jawa. []

Semarang, 15 Maret 2025/15 Ramadhan 1446. Ditulis di Rumah jam 07.05 – 07.10 Wib.

• Sunday, March 09th, 2025

Strategi Pembelajaran: Membaca, Menulis, dan Memaknai

Oleh Agung Kuswantoro

Oleh karena materi yang saya sampaikan bersumber dari kitab Safinatunnajah dan kitab Fathul Mu’in, sehingga santri/santriwati perlu ada tingkat kategori. Jika di dalam TPQ/madrasah itu ada kelas-kelasnya. Adapun pada santriwan/santriwati yang mengikuti kelas saya adalah kelas besar (kira-kira kelas 3 SD hingga kelas 6 SD). Mengapa perlu ada kategori santri yang besar? karena untuk bisa pada level: membaca, menulis, dan memaknai, ada pada santriwan/santriwati besar.

Lalu, dimanakah santri/santriwati yang kecil?  Ada pada kelas lain dengan materi: membaca surat pendek atau membaca jilid/qiro’ati. Semisal digabung menjadi satu dalam satu kelas antara santri/santriwati besar dan santri/santriwati kecil, maka jelas terjadi “keramaian”. Dimana, santri/santriwati kecil (kadang) ramai dalam pembelajaran. Padahal, santriwan/santriwati pada kelas besar membutuhkan konsentrasi dalam konsentrasi dalam memahami materi.

Adapun materi yang dikaji adalah bab tentang puasa dan zakat. Bab puasa disampaikan pada pertemuan pertama. Sedangkan bab zakat, khususnya zakat fitrah disampaikan pada pertemuan kedua/pertemuan terakhir. Berikut materinya:

Pertemuan pertam tentang kewajiban berpuasa pada bulan Ramadan. Puasa Ramadhan wajib dengan satu dari lima perkara:

  1. Sempurnanya bulan Sya’ban 30 hari.
  2. Terlihatnya Hilal (bulan sabit) bagi yang melihatnya walaupun dia orang fasik.
  3. Ketetapan hakim dengan terlihatnya hilal dari kesaksian orang yang adil syahadah (orang yang bisa bersaksi di pengadilan) bagi orang tidak fasik.
  4. Mandapatkan kabar terlihatnya hilal dari orang yang adil riwayah yang terpercaya (tidak pernah bohong kepada orang yang diberi kabar) dan kabar tersebut dapat dipercaya atau tidak, atau mendapatkan kabar terlihatnya hilal dari orang yang adil riwayah yang tidak terpercaya (pernah bohong kepada orang yang diberi kabar) tetapi mempercayai kabar tersebut.
  5. Mengkira-kira masuk bulan Ramadhan dengan ijtihat bagi orang yang ragu-ragu dengan bulan lain (seperti orang yang dipenjara).

Syarat sah puasa. Adapun syarat sah puasa ada empat hal:

  1. Islam.
  2. Berakal.
  3. Suci dari haid dan nifas.
  4. Mengetahui bahwa waktu yang akan dipuasai adalah waktu yang dibolehkannya berpuasa.

Syarat wajib puasa. Adapun syarat wajib puasa ada lima hal:

  1. Islam.
  2. Mukallaf (akil balig)
  3. Mampu melaksanakan puasa secara syar’i dan hissi (keadaan yang nyata).
  4. Sehat.
  5. Berdomisili (tidak dalam keadaan bepergian jauh).

Rukun-rukun puasa. Rukun puasa ada tiga hal:

  1. Niat pada malam hari tiap hari pada puasa yang wajib/fardu.
  2. Meninggalkan hal-hal yang membatalkan puasa secara ingat, tanpa ada paksaan, dan bukan termasuk orang yang bodoh yang diterima alasannya  atau dimaafkan oleh syariat.
  3. Orang berpuasa (menahan lapar dan minum).

Materi Pertemuan kedua. Harta yang wajib dizakati:

  1. Binatang ternak.
  2. Perhiasan (emas dan perak).
  3. Buah-buahan dan makanan pokok.
  4. Barang purbakala.
  5. Harta dagangan.
  6. Barang tambang.

Adapun zakat harta dagangan ialah seperempat dari sepuluh (2,5%), dari jumlah harta dagangan.

Zakat Fitrah. Zakat fitrah itu wajib. Dinamakan zakat fitrah karena munculnya Idul Fitri. Diwajibkan zakat fitrah pada tahun 2 hijriyah. Diwajibkan zakat fitrah saat matahari dan malam idul fitri/akhir bulan Ramadhan sampai pada 1 Syawal. Zakat fitrah wajib bagi setiap muslim. Zakat fitrah wajib untuk kaum fakir.

Pada pertemuan terakhir ini, saya memberikan buku sebagai hadiah sebagai peserta yang aktif sejumlah 4 santri/santriwati. Adapun hadiahnya berupa buku yang saya tulis berjudul “Berbicara Islam di Sekitar Kita (2019)”.

Sebelum tulisan ditutup, saya mengucapkan terima kasih secara khusus kepada istri saya (Lu’lu’ Khakimah) yang menjadi patner dalam mengamalkan kebaikan berbagi ilmu, kedua anak saya yang bersedia belajar bersama (Muhamad Fathul Mubin dan Muhammad Syafa’atul Quddus), kepala sekolah TPQ Al-Khoiriyah (Umi Khoir), ketua RT di wilayah TPQ Al-Khoiriyah, para warga sekitar yang mendukung program ini, dan para santriwan/santriwati yang sudah berkenan untuk belajar bersama.

Demikianlah cerita singkat saya sebagai ustad tamu di TPQ Al-Khoiriyah Winong, Pakintelan tahun 2025/1446. Semoga apa yang telah kita lakukan memberikan manfaat kepada sesama. Berkah ilmunya. Amin. []

Ditulis di Rumah Semarang, 9 Maret 2025/9 Ramadhan 1446/ 05.30 – 05.35 Wib.