Hi, sobat HiTech!
Kali ini saya akan posting mengenai teknologi virtual reality? Apa itu teknologi virtual reality? Hm… sebelum kita ngomongin virtual reality. Kita akan ngomongin cardboard, yaitu teknologi milik Google yang menggunakan virtual reality. Tuh, apalagi ya cardboard itu?
Untuk lebih jelasnya, check this out!
Virtual Reaity (VR) adalah teknologi yang membuat pengguna dapat berinteraksi dengan suatu lingkungan yang disimulasikan oleh komputer (computer-simulated environment), suatu lingkungan sebenarnya yang ditiru atau benar-benar suatu lingkungan yang hanya ada dalam imaginasi. Lingkungan realitas maya terkini umumnya menyajikan pengalaman visual, yang ditampilkan pada sebuah layar komputer atau melalui sebuah penampil stereokopik, tapi beberapa simulasi mengikutsertakan tambahan informasi hasil pengindraan, seperti suara melalui speaker atau headphone. Jadi, kita bisa melihat simulasi yang telah dirancang, tetapi nyatanya kita dalam kenyataan tidak ada apa-apa. Hal itu yang disebut dengan virtual.
Setelah tahu apa itu virtual reality, kita kan bahas mengenai Google Cardboard.
Google cardboard adalah sejenis kacamata 3D dengan berbahan kardus yang digunakan untuk menampilkan teknologi Virtual reality. Google Cardboard dapat digunakan bersama kebanyakan ponsel Android modern, termasuk Iphone juga bisa. Handphone harus menjalankan Android 4.1 (Jelly Bean) atau ke atas.
Iphone 5/5S dengan layar 4″ juga bisa, hanya saja memang FOV (field of view) terbatas. Layar yang lebih besar lebih baik yaitu antara 4.5″ s/d 6″. Selain itu handphone harus memiliki fitur sensor Accelorometer dan Gyroscope. Untuk mengetahuinya anda bisa mencarinya secara online. Kadang ada aplikasi yang bisa jalan cukup baik hanya dengan Accelorometer, tetapi kebanyakan membutuhkan Gyroscope.
Tanpa sentuhan
Sebelum memasang smartphone, pengguna bisa menjalankan aplikasi demo Cardboard yang disediakan Google di toko aplikasi Play Store. Setelah aplikasi berjalan, pemakai Cardboard tak perlu lagi menyentuh layar smartphone untuk navigasi.
Bagaimana caranya? Untuk memilih aneka macam demo di aplikasi Cardboard, pengguna tinggal menolehkan kepala ke arah kiri dan kanan. Goyangan kepala dideteksi oleh aneka macam sensor padasmartphone, dan tampilan menu akan mengikuti arah pandangan mata pengguna.
Pilihan yang terseleksi di menu akan di-highlight, kemudian bisa dijalankan dengan menggeser magnet berbentuk bulat yang ada di sisi samping Cardboard.
Begitu jari dilepas, magnet akan kembali terdorong dengan sendirinya ke arah atas karena di sisi bawah terdapat magnet lain dengan kutub yang sama sehingga keduanya saling “menolak”.
Metode input yang cerdik tersebut sengaja dibikin oleh Google agar pengguna tak perlu bolak-balik membuka smartphone untuk menjalankan menu aplikasi Cardboard. Headset ini pun bisa dipakai tanpa menyentuh layar smartphone.
Penggunaan smartphone sebagai penampil gambar dan pusat pemrosesan membuat Cardboard tak perlu memiliki hardware khusus. Untuk menjalankan fungsi “back” atau kembali ke menu utama, headsetberikut smartphone cukup digeser dari orientasi landscape (horizontal) ke portrait (vertikal).
Tiga dimensi
Seperti halnya teknologi VR lain, Cardboard menyajikan dua buah gambar terpisah pada layar smartphone. Lensa pada Cardboard memproyeksikan tampilan ini pada mata pengguna sehingga mencakup semua bidang pandang mata.
Kedua gambar masing-masing ditujukan buat mata kiri dan kanan pengguna, dan secara otomatis disatukan oleh otak sehingga menjadi sebuah tampilan tiga dimensi utuh. Hasilnya sungguh luar biasa.
Memakai Cardboard tak ubahnya “terjun” ke dalam sebuah dunia lain. Pengguna bisa bebas menoleh ke segala arah di alam VR, 360 derajat, kanan-kiri ataupun atas-bawah.
Aplikasi Cardboard menyajikan dua tampilan pada area yang berbeda pada layar smartphone. Dua tampilan ini diproyeksikan masing-masing untuk mata kiri dan kanan
Tampilan museum Versailles dalam salah satu demo di aplikasi Cardboard akan mengikuti pandangan arah pengguna. Begitu pula jalanan Paris pada demo bertajuk Street Vue dan kontur-kontor bumi pada demo Google Earth.
Google memang menyediakan beberapa demo VR di aplikasi Cardboard yang tiap-tiapnya dirancang untuk skenario berbeda. Selain sejumlah demo yang disebut di atas, ada pula demo Photo Sphere, YouTube, dan animasi 3D bernama Windy Day.
Mereka seakan menunjukkan bahwa visualisasi 3D Cardboard bisa dipakai untuk berbagai keperluan, tak hanya game. Sensasi 3D yang dihasilkan membuat semua demo itu seolah tampak benar-benar di depan mata.
Bedanya, Google Cardboard bisa dibuat sendiri oleh peminat, dengan hanya bermodal smartphone Android, kardus, dan sejumlah komponen lain yang harganya relatif tak mahal. Kisaran harga keseluruhan diperkirakan antara 20 dollar AS dan 40 dollar AS (antara Rp 230.000 dan Rp 460.000).
Di Amerika Serikat bahkan sudah ada beberapa pihak ketiga yang menjual Cardboard utuh dengan banderol sekitar 25 dollar AS. Tertarik mencoba? Silakan pesan atau buat sendiri Google Cardboard sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan Google di laman ini.
Gemana, sobat, tertarik mencoba?
“Tulisan ini dibuat untuk mengikuti Bidikmisi Blog Award di Universitas Negeri Semarang. Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan jiplakan.”
Tags: google cardboard, smartphone, teknologi, virtual reality