Sosiologi Politik merupakan mata kuliah yang diajarkan pada semester 5. Salah satunya yaitu membahas tentang sistem hubungan patron-client. Tulisan tentang patron-client ini adalah analisis menurut pendapat saya.
Sistem hubungan petani kecil dengan tengkulak merupakan fenomena yang sering kita jumpai pada masyarakat pedesaan. Disini saya akan memaparkan tentang hubungan ini, yang juga disebut dengan hubungan Patron-client dimana terdapat hubungan politik antara pihak yang bersangkutan.
Scott mengemukakan bahwa hubungan patronase mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan hubungan sosial lain. pertama, yaitu terdapatnya ketidaksamaan dalam pertukarran, kedua yaitu adanya sikap tatap muka dan ketiga adalah sifatnya yang luwes dan meluas. Menguraikan ciri yang pertama Scrott mengatakan bahwa terdapat ketimpangan pertukaran atau ketidakseimbangan dalam pertukaran antara dua pasangan yang mencerminkan perbedaan dan kekayaan, kakuasaan dan kedudukan. Dalam pengertian ini seorang klien adalah seorang yang masuk dalam hubungan pertukaran yang tidak seimbang (unequal), dimana dia tidak mampu membalas sepenuhnya. Suatu hutang kewajiban membuatnya tetap terikat pada patron. Ketimpangan terjadi karena patron berada pada posisi pemberi barang dan jasa yang sangan dibutuhkan oleh klien untuk menafkahi dirinya maupun keluarganya demi kelangsungan hidupnya. Rasa wajib membalas pada diri klien muncul lewat pemberian ini, selama itu masih bisa dirasakan mampu memenuhi kebutuhannya yang paling pokok. Sifat tatap-muka relasi patronase menunjukan bahwa sifat pribadi terdapat didalamnya. Hubungan timbal balik yang berjalan terus dengan lancar akan menimbulkan rasa simpati (affection) antar kedua belah pihak yang selanjutnya membangkitkan rasa saling percaya dan rasa dekat. Dekatnya hubungan ini kadangkala diwujudkan dengan penggunaan istilah panggilan yang cukup akrab bagi partnernya. Dengan adanya rasa saling percaya ini maka si klien mengharapkan jika si patron dapat membantunya jika ia dalam kesulitan. Sebaliknya si patron akan mengharapkan dukungan dari klien apabila ia memerlukannya. Salah satu contohnya yakni hubungan antara petani dan tengkulak yang merupakan hubungan timbal-balik.
Petani dibedakan menjadi dua yaitu farmer (petani besar) dan peasant (petani kecil). Petani kecil mengerjakan tanah pertaniannya secara efektif hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya sebagai nafkah hidupnya, lain halnya dengan petani besar yang mengerjakan tanah pertaniannya itu sebagai bisnis dan bersifat mencari keuntungan. Dengan kata lain petani kecil tidak berorientasi kepada bisnis yang akan menambah tingkat kesejahteraan hidupnya. Petani peasant ini lebih memilih untuk memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa berani mengambil resiko untuk meningkatkan usaha pertaniannya. Menurut E. Rogers peasant memiliki ciri-ciri:
- Petani produsen yang subsisten, sekedar memenuhi kebutuhan sendiri dan keluargannya, tidak untuk mencari keuntungan.
- Berorientasi yang cenderung pedesaan dan tradisional tetapi memiliki keterkaitan erat (mengacu) ke kebudayaan kota atau pusat kekuasaan tertentu.
- Jarang yang sepenuhnya mencukupi kebutuhan sendiri (self sufficient)
Dilihat dari ciri-ciri yang melekat pada petani kecil menunjukan bahwa petani kecil tidak mau mengambil resiko dalam usaha pertaniannya,. Jika petani besar masih berani mengambil resiko dengan berbisnis di bidang pertaniannya dengan cara menjual sendiri hasil panennya ke pasar. Sedangkan peasant lebih memilih menggunakan jasa tengkulak karena takut biaya yang dikeluarkan terlalu besar dan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mengingat bahwa peasant bertujuan hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-harin dan nafkah hidupnya. Karena hal tersebut masuklah tengkulak untuk menawarkan jasa mereka kepada para petani kecil. Para tengkulak tentu saja melakukan pendekatan kepada petani tersebut setelah itu tengkulak mulai membeli hasil panen para petani. Petani tidak menyadari bahwa hasil panen yang dibeli oleh para tengkulak dihargai dengan harga rendah. Tengkulak melakukan relasi agar tidak kehilagan kepercayaan para petani, relasi tersebut berupa “balas budi” terhadap apa yang sudah dilakukan tengkulak terhap petani seperti meminjamkan uang kepada petani tanpa jaminan saat petani mengalami kesusahan ekonomi, namun hasil panen harus diserahkan kepada tengkulak. Dengan demikian petani telah memberi kepercayaan kepada tengkulak dan relasi yang dibuat tengkulak akan berlangsung lama dan menguntungkan para tengkulak.
Para tengkulak tetap akan membangun hubungan patron-client dengan para petani kecil yang menjual hasil panennya kepada para tengkulak. Namun, hubungan patron-client ini tidak murni sebagaimana adanya hubungan patron-client seperti zaman dahulu seperti hubungan pemilik tanah dengan buruhnya. James Scott menyatakan bahwa “hubungan patron-client sebuah pertukaran antara kedua peran dapat dinyatakan sebagai kasus khusus dari ikatan dua orang yang terutama melibatkan persahabatan istrumental dimana seorang individu dengan status sosio-ekonomi yang lebih tinggi (patron) menggunakan pengaruh dan sumber dayanya untuk menyediakan perlindungan atau keuntungan-keuntungan bagi seseorang dengan status lebih rendah (client). Pada gilirannya client membalasnya dengan menawarkan dukungan umum kepada patron”.
Dengan demikian tidak salah jika hubungan antara petani kecil dengan tengkulak disebut dengan hubungan patron-client. Tengkulak akan memberikan bantuannya saat petani mengalami kesusahan dan apa yang dibutuhkan oleh petani menjadi kliennya. Namun, saat petani panen maka hasil panen yang sudah diperoleh oleh petani harus dijual kepada tengkulak dengan harga yang jauh lebih rendah dibanding dengan harga pasar. Tengkulak akan mencari keuntungan yang akan merugikan para petani.
Petani tetap berhubungan dengan tengkulak karena petani merasa terbantu dan diuntungkan karena tengkulak mau memberikan apa yang dibutuhkan oleh petani. Namun disisi lain petani harus merasakan kerugian karena biaya produksi yang dikeluarkan saat melakukan pertanian tidak sepadan dengan biaya panen yang jauh lebih rendah dan cenderung merugikan petani. Ha inilah yang menyebabkan kesejahteraan petani tidak meningkat, bahkan sebaliknya para tengkulak semakin diuntungkan dengan sistem yang mereka buat karena mereka dapat memanfaatkan para petani untuk meraup keuntungan.
Petani kecil masih bergantung kepada tengkulak karena beberapa hal yaitu karena tengkulak dapat membantu memberikan kebutuhan yang dibutuhkan petani misalnya saja kebutuhan untuk bermodal. Tengkulak akan meminjamkan modal dengan cuma-cuma kepada petani. Memang tengkulak mendapatkan bunga yang kecil dari petani, tetapi tetap saja hasil panen dari petani dibeli dengan harga murah jauh dibawah harga pasar oleh tengkulak kemudian dijual dengan harga pasar oleh tengkulak sehingga tengkulak mendapatkan untung yang besar, tengkulak juga menjadi investor bagi para petani. Hal inilah yang beranggapan bahwa tengkulak sebagai pembantu para petani dan petani sangat bergantung pada jasa tengkulak.
Ketergantungan petani kepada tengkulak secara berkelanjutan dapat merugikan petani, bahwasanya jika relasi isi secara terus-menerus tana disadari oleh petani secara tidak langsung terjadi eksploitasi ekonomi tengkulak yang dilakukan kepada petani. Karena tengkulak sudah merasa membantu petani, maka tengkulak merasa mempunyai hak untuk memanfaatkan kekuasaannya terhadap petani untuk meraup keuntungan. Sehingga saat ini secara tidak langsung petani di eksploitasi dan mereka menerima perlakuan itu.