Internalisasi Nilai-nilai Budaya dalam Pembentukkan Kepribadian dan Karakter (Materi Antropologi 3 untuk SMA Kelas X )

 

intre

Proses internalisasi merupakan proses yang kita dapat sejak kita lahir atau sejak awal kehidupan, kita dapat memperoleh aturan-aturan tersebut melelui sebuah komunikasi, seperti sebuah sosialisasi dan pendidikan. Dalam proses internalisasi pola-pola budaya ditanamkan kedalam system syaraf mereka yang kemudian di bentuk menjadi sebuah kepribadian. Berikut adalah beberapa definisi internaslisasi :

  •  Secara etimologis, internalisasi menunjukkan suatu proses. Di dalam kaidah bahasa Indonesia kata yang berakhiran-isasi mempunyai definisi sebuah proses. Sehingga internalisasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses. Dalam kamus besar bahasa Indonesia internalisasi diartikan sebagai penghayatan, pendalaman, penguasaan secara mendalam yang berlangsung melalui binaan, bimbingan dan sebagainya.
  • Proses internalisasi, adalah proses yang berlangsung sepanjang hidup individu, yaitu mulai saaat ia dilahirkan sampai akhir hayatnya. Sepanjang hayatnya seorang individu terus belajar untuk mengolah segala perasaan, hasrat, nafsu dan emosi yang membentuk kepribadiannya. Perasaan pertama yang diaktifkan dalam kepribadian saat bayi dilahirkan adalah rasa puas dan tak puas, yang menyebabkan ia menangis.
  •  Internalisasi berarti proses menanamkan dan menumbuhkembangkan suatu nilai atau budaya menjadi bagian diri orang yang bersangkutan. Internalisasi memiliki sifat vertikal dan kualitatif.
  • Proses internalisasi adalah proses individu belajar menanamkan dalam kepribadiannya segala perasaan, hasrat, nafsu dan emosi yang diperlukan sepanjang hayatnya. Manusia memiliki bakat yang telah terkandung dalam gen untuk mengembangkan berbagai macam perasaan, hasrat , nafsu dan emosi dalam kepribadian individunya. Tetapi wujud dan pengaktifannya sangat dipengaruhi oleh berbagai macam stimulasi yang berada dalam alam sekitar, lingkungan sosial maupun budayanya.
  1. Media dalam internalisasi budaya

Proses internalisasi pada dasarnya tidak hanya monoton didapat dari keluarga, melainkan dapat didapat dari lingkungan kita. Lingkungan yang dimaksud tersebut adalah lingkungan sosial. Secara tidak sadar kita telah dipengaruhi oleh berbagai tokoh masyarakat, seperti kiyai, ustad, guru, dan lain-lain. Kodiran (2000:4) mengatakan bahwa persebaran kebudayaan khususnya lewat media audio-visual, seperti film, televisi, video kaset, dan peralatan multi-media lainnya, baik berupa unsur-unsur kebudayaan, gerakan, tingkah- laku, maupun berupa sikap-sikap tertentu, semuanya dapat membawa pengaruh positif dan negatif terhadap kehidupan masyarakat. – See more at: https://abubakarmangun.blogspot.co.id/2013/04/proses-internalisasi-nilai-nilai-budaya.html#sthash.t3ZvTZ7e.dpuf

Dari situlah kita dapat memetik beberapa hal yang kita dapatkan dari mereka yang kemudian kita menjadikannya sebagai sebuah kepribadian dan kebudayaan kita.

Proses internalisasi merupakan proses yang berlangsung sejak individu dilahirkan hingga sesaat akan meninggal dunia. Internalisasi merupakan suatu proses penenaman nilai tentang budaya. Dalam penanaman dan penumbuhkembangan nilai tersebut dilakukan melalui berbagai didaktik-metodik pendidikan dan pengajaran, seperti pendidikan, pengarahan indoktrinasi, brain-washing, dan lain sebagainya. roses internalisasi berpangkal dari hasrat-hasrat biologis dan bakatbakat naluri yang sudah ada dari warisan dalam organisme tiap individu yang dilahirkan. Akan tetapi, yang mempunyai peranan terpenting dalam hal membangun manusia kemasyarakatan itu adalah situasi-situasi sekitar, macam-macam individu lain di tiap-tiap tingkat dalam proses sosialisasi dan enkulturasinya (Koentjaraningrat, 1980:229). Kelompok pertama yang mengenalkan nilai-nilai kebudayaan kepada anak adalah keluarga dan di sinilah terjadi interaksi dan pendisiplinan pertama yang dikenalkan kepadanya dalam kehidupan social (Khairuddin, 1997:163).

Persoalan yang muncul di masyarakat kita, seperti korupsi, kekerasan, kejahatan seksual, perusakan, perkelahian massa, kehidupan ekonomi yang konsumtif, kehidupn politik yang tidak produktif, dan sebagainya menjadi konsumsi keseharian di media massa. Seolah, tidak ada hari tanpa berita korupsi, kekerasan dan pola-pola licik para licikwan. Hal seperti ini dipicu akibat sebuah proses internalisasi yang salah bagi seseorang, yang membudayakan hal-hal yang buruk semacam ini.

Pendidikan dianggap sebagai alternatif yang bersifat preventif karena pendidikan membangun generasi baru bangsa yang lebih baik. Sebagai alternatif yang bersifat preventif, pendidikan diharapkan dapat mengembangkan kualitas generasi muda bangsa dalam berbagai aspek yang dapat memperkecil dan mengurangi penyebab berbagai masalah budaya dan karakter bangsa. Memang diakui bahwa hasil dari pendidikan akan terlihat dampaknya dalam waktu yang tidak segera, tetapi memiliki daya tahan dan dampak yang kuat di masyarakat. Misalnya melalui sebuah materi pembentuka karakter sebuah bangsa yang dimana di dalamnya membahas tentang sebuah nilai-nila budaya yang dapat diintegrasikan sebagai pembelajaran, misalnya : religiusitas, jujur dan disiplin.

Prinsip pembelajaran yang digunakan dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa mengusahakan agar peserta didik mengenal dan menerima nilai-nilai budaya dan karakter bangsa sebagai milik mereka dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya melalui tahapan mengenal pilihan, menilai pilihan, menentukan pendirian, dan selanjutnya menjadikan suatu nilai sesuai dengan keyakinan diri. Dengan prinsip ini, peserta didik dapat belajar melalui proses berpikir, bersikap, dan berbuat. Ketiga proses ini dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam melakukan kegiatan sosial dan mendorong peserta didik untuk melihat diri sendiri sebagai makhluk sosial.

  1. Manfaat internalisasi

Manfaat internalisasi adalah untuk pengembangan, perbaikan dan penyaringan dalam hal buadaya. Dalam manfaat pengembangan memiliki manfaat sebagai pengembangan potensi seseorang untuk menjadi pribadi dan memiliki perilaku yang baik agar seseorang yang telah memiliki sikap dan perilaku yang mencerminkan budaya dan karakter bangsa. Kemudian dalam manfaat perbaikan adalah untuk memperkuat kepribadian yang bertanggung jawab dalam pengembangan seorang individu yang lebih bermartabat; dan dalam manfaat penyaring bertujuan untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang bermartabat agar tidak terjadi suatu goncangan budaya.

Contoh Kasus: Perilaku seks remaja

Maraknya tindakan kriminalitas dan penyimpangan perilaku seksual yang berkembang di kalangan remaja ini disebabkan salah satunya oleh minimnya pendidikan seksual yang diberikan oleh orang tua kepada anak, khususnya yang berusia remaja. Selain itu, masyarakat masih menganggap “tabu” untuk membicarakan masalah seksualitas. Adanya rasa keingintahuan remaja di satu sisi sementara di sisi lainnya tidak dipenuhi oleh orang tua, menyebabkan mereka kemudian mencari alternatif sumber informasi lainnya, seperti teman atau media massa. Teman-teman, terutama teman sepergaulan remaja, merasa sangat bebas membicarakan masalah seksualitas. Media massa, baik cetak maupun elektronik, menyediakan banyak informasi yang juga bisa diakses oleh remaja, kapan saja, dan di mana saja.

Dalam setiap masyarakat seorang individu senantiasa dituntut oleh lingkungan sosialnya agar berbuat dan bertingkah laku sesuai dengan adat dan kebiasaan-kebiasaan yang berlaku di masyarakat. Sejak lahir ia dibimbing dan diarahkan oleh orang di sekelilingnya (terutama keluarganya) agar berbuat dan bertingkah laku sesuai dengan keinginan dan aturan-aturan yang berlaku. Bimbingan dan arahan yang dimaksud dalam ilmu keguruan dikenal dengan istilah “pendidikan” dan dalam antropologi dan sosiologi dikenal dengan istilah “sosialisasi” (Mahid, 2002:2).

Melalui internalisasi inilah anak-anak akan diajarkan oleh orang tua dan anggota keluarga lainnya aturanaturan atau norma-norma yang harus mereka patuhi. Dalam pelaksanaan sosialisasi banyak komponen terkait di dalamnya antara lain: cara, peran, nilai, dan media yang digunakan. Semua ini mempunyai dampak dan pengaruh terhadap proses maupun keberhasilan sosialisasi, baik di lingkungan keluarga maupun di lingkungan masyarakat.

Internalisasi pada keluarga inti berlangsung pada tataran sistem social dan sistem kepribadian. Internalisasi berfungsi sebagai tanggung-jawab utama dari keluarga inti. Keluarga inti sebagai suatu kelompok kecil kemungkinan bentuk internalisasinya akan berbeda dengan keluarga yang lebih besar. Sebagai suatu sistem keseluruhan, keluarga bukanlah suatu unit yang terisolasi terutama terhadap anak.

 

 

Sumber :

Koentjaraningrat. 1980. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.

Kodiran. 2000. Perkembangan Kebudayaan dan Implikasinya terhadap Perubahan Sosial di Indonesia. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar pada Fakultas Sastra, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Mahid, Syakir. 2002. Sosialisasi Nilai Budaya dalam Keluarga di Lingkungan Etnis Bungku”. Tesis. Yogyakarta: Program Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada

https://abubakarmangun.blogspot.co.id/proses-internalisasi-nilai-nilai budaya. Diakses 21 Desember 2015

Internalisasi Budaya Alfiady.blogspot.com Diakses 21 Desember 2015

Leave a Reply

Your email address will not be published.

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: