Antropologi Kesehatan
(Sosiologi & Antropologi UNNES)
Ketika kita membicarakan mengenai kesehatan, apa yang kita pikirkan ? Semua orang pasti setuju bahwa kajian-kajian dengan tema tersebut hanya untuk mereka yang mengaji khusus mengenai hal tersebut. Yang muncul di benak kita pada akhirnya adalah kesehatan hanya bisa dipelajari jika kita menekuni bidang kedokteran, keperawatan, kebidanan, ataupun kesehatan masyarakat. Sangat mustahil jika orang awam dibuat percaya bahwa “orang-orang” dari ilmu sosial juga mengkaji tentang kesehatan. Sebenarnya tanpa pengetahuan sosial masyarakat, seorang petugas kesehatan juga akan tidak dapat melaksanakan tugasnya.Dalam ilmu sosial ada dua ilmu turunan yang mengkaji tentang kesehatan yaitu Antropologi Kesehatan dan Sosiologi Kesehatan.Dalam penerapannya hanya terdapat perbedaan tipis antara Antropologi kesehatan dan Sosiologi Kesehatan, dimana keduanya melihat kesehatan dari sudut pandang masyarakat . Dalam tulisan ini saya akan lebih memfokuskan pada Antropologi Kesehatan.
Jika para teknisi kesehatan lebih berfokus pada kesehatan dan pengobatannya secara medis dan secara fisik maka antropologi akan melihat kesehatan dalam aspek yang lebih luas, seperti defenisi sakit dan sembuh, makna dalam ritual penyembuhan . Berbeda dengan teknisi kesehatan, yang memang di ciptakan untuk melakukan penyembuhan terhadap penyakit dengan satu prinsip kesehatan yaitu medis modern. Terdapat keistimewaan pada orang-orang yang secara khusus mempelajari antropolgi kesehatan, mereka sama sekali tidak boleh melakukan praktik penyembuhan. Yang boleh mereka lakukan adalang mengamati fenomena-fenomena kesehatan yang ada di dalam masyarakat, di seluruh dunia. Sebagian orang mungkin akan menganggap karena melihat dari kacamata antropolgi, maka kesehatan yang dimaksud adalah sistem medis tradisional seperti dukun, pelet, teluh,dan segala hal yang gaib yang biasa ada di masyarakata tradisional. Jangan salah, karena para antropolog kesehatan akan melihat semua fenomena kesehataan yang ada di semua masyarakat, baik masyarakat modern, dan tradisional, karena fenomena kesehatan yang muncul di masyarakat ada kaitanny dengan sistem budaya mereka. Masyarakat mana sih yang tidak memiliki kebudayaan ? Jawabannya tidak mungkin ada. Oleh karena itu antropologi kesehatan akan melihat fenomena kesehatan dari segala jenis masyarakat yang di dunia. Masih tidak percaya? Kalau begitu kita akan menjelaskan semua dengan contoh. Di Indonesia tingkat penderita diabetes tertinggi ada pada masyarakat Jawa atau pendatang yang menetap di area Jawa Tengah dan Jogjakarta. Mengapa begitu? Hal ini dikarenakan orang-orang Jawa suka memakan makanan manis. Sehingga di semua masakan akan dimasukan gula sebagai penyedap. Baik itu makanan manis, asin, ataupun pedas harus ada gula sebagai pelengkap. Tidak heran mengapa banyak orang Jawa yang mengidap diabetes dan penyakit turunannya.
Pertanyaan ini pasti banyak menghinggapi semua orang yang mendengar penjelasan diatas : kalau begitu apa fungsi antropologi kesehatan ? Apakah hanya melihat dan tidak melakukan tindakan apapun? Para antropolog yang ada diseluruh dunia atau orang-orang yang mempelajari antropolgi kesehatan pasti mengetahui satu prinsip mengenai kebudayaan. Kebudayaan bersifat relatif. Sehingga yang menjadi suatu kebenaran dalam suatu masyarakat belum tentu menjadi kebenaran di masyarakat yang lain. Oleh karena itu tidak ada kebenaran mutlak di dunia ini. Kesehatan atau sistem medis dalam suatu masyarakat merupakan hal tidak bisa terlepas dari sistem kebudayaannya karena sistem medis adalah bagian integral dari kebudayaan, karenanya untuk memahami sebuah sistem medis suatu masyarakat, kita harus masuk dan menyentuh semua bagian dari sistem kebudayaan mereka, karena setiap elemen pembentuk kebudayaannya saling terkait dan saling mempengaruhi satu sama lain1. Untuk menjalankan fungsinya para antropolog kesehatan harus bekerja sama dengan pekerja medis, sehingga tujuan dari sistem medis modern tidak menghilangkan kepercayaan-kepercayaan masyarakat lokal terhadap sistem medis mereka.
Sebelumnya kita telah membahas tentang relativisme budaya. Hal tersebut ternyata juga mempengaruhi pendapat masyarakat tentang defenisi sakit dan sembuh. Ketika kita mempelajari antropolgi kesehatan maka kita akan melihat sedikitnya 3 defenisi sakit yang ada dalam masyarakat. Pertama seseorang merasa dirinya sakit karena tubunhya terserang patogen yaitu virus atau bakteri sehingga ia tidak bisa melakukan aktivitasnya. Sakit yang seperti ini dideteksi secara medis dan diakui secara universal.Contoh sakit karena flu atau hepatitis . Sakit seperti ini diberi istilah disease oleh para ahli. Kedua adalah Illness. Keadaan illnes terjadi jika seseorang dinyatakan sehat secara medis, namun dirinya secara personal merasa ada yang salah dengan dirinya, sehingga biasanya memutuskan untuk tetap melakukan istirahat. Ketiga yaitu sickness. Sickness terjadi jika seseorang merasa dirinya belum bisa melakukan aktivitas sosialnya, seperti bekerja atau berinteraksi dengan orang lain2. Walaupun jika diartikan dalam Bahasa Indonesia ketiga istilah diatas berarti sakit, akan tetapi dari kacamata antropologi kesehatan ketiga istilah diatas memiiki makna yang berbeda.
Antropologi kesehatan dalam pembahasannya lebih berfokus pada sistem medis pada masyarakat tradisional atan masyarakat yang masih memakai atau mempercayai sistem medis tradisional. Mengapa ? Karena sebagian besar masyarakat modern lebih memilih menggunakan sistem medis modern. Sedangkan sistem medis modern memiki satu defenisi yang sama di seluruh dunia. Para dokter atau penyembuh di dunia medis modern di seluruh pasti menyepakati bahwa penyakit jantung koroner disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah kapiler di jantung. Namun tidak semua masyarakat yang memakai sistem medis tradisional sepakat bahwa Sawan yang dipercaya oleh masyarakat Jawa, disebabkan oleh gangguan makhluk gaib.
Berangkat dari keberagaman sistem medis tradisional di dunia ini, maka antropologi kesehatan akan membahas sedikit demi sedikit mengenai sistem-sistem medis tersebut. Dalam sistem medis secara umum, masyarakat pasti mengenal adanya teori penyakit dan bagaimana sistem perawatan kesehatannya. Dalam teori penyakit, kita akan melihat bagaimana sebuah masyarakat mendefenisikan sebuah penyakit dan apa penyebab penyakit tersebut. Sedangkan dalam sistem perawatan kita akan melihat bagaimana penyembuh melakukan ritual penyembuhan dan bagaimana masyarakat dengan pengetahuan tentang penyakit melakukan tindakan preventif untuk menghindari terjangkitnya mereka dari penyakit-penyakit tersebut.
Dari sekian banyak sistem medis yang ada dalam masyarakat di seluruh dunia, kita tidak bisa membahasnya satu persatu. Dalam sistem medis tradisional ada dua istilah yang membedakannya yaitu sistem medis personalistik dan sistem medis naturalistik. Untuk sistem medis personalistik, masyarakatnya percaya bahwa suatu penyakit disebabkab oleh masuknya suatu agen yang aktif. Mereka percaya bahwa agen tersebut bisa berupa dewa, makhluk gaib, hantu, roh leluhu, roh jahat, ataupun manusia yang memiliki ilmu hitam seperti tukang sihir atau tukang teluh3.
Beberapa contoh masyarakat dunia yang memiliki sistem medis personalistik yaitu masyarakat Gimi di Papua Nuginea, masyarakat Abron di Pantai Gading, masyarakat Dobu di Melanesia, Masyarakat Mano di Liberia, masyarakat Pribumi Amerika, masyarakat Afrika di bagian selatan gurun Sahara dan masyarakat Oceania.
Sedangkan dalam masyarakat yang memiliki sistem medis naturalistik, mereka percaya bahwa tubuh manusia adalah tersusun dengan keseimbangan unsur- unsur pembentuk tubuh. Seseorang yang menderita suatu penyakit tertentu disebabkan karena tubuh kehilangan salah satu unsur yang menyebabkan tubuh mengalami ketidakseimbangan4.
Ada 3 peradaban besar di dunia yang akan kita bahas di sini perihal tentang sistem medis masyarakatnya yang memakai sistem medis naturalistik. Pertama peradaban Yunani. Siapa yang tidak mengenal peradaban yang satu ini. Banyak ilmu pengetahuan yang muncul dari masyarakat ini, salah satu yang terkenal adalah sistem medisnya yang mana sistem medis ini yang mempelopori lahirnya sistem medis modern. Masyarakat Yunani percaya bahwa tubuh manusia tersusun atas sistem humor atau cairan tubuh. Seseorang menagalami sakit jika tubuhnya kehilangan salah satu dari humor tersebut5.Selain masyarakat Yunani ada pula masyarakat India dengan sistem pengobatan Ayurweda. Pengobatan ini hampir sama dengan sistem medis yang ada di masyarakat Yunani tapi lebih dikenal dengan istilah tridosha6. Yang cukup terkenal di dunia selanjutnya adalah sistem pengobatan dari daratan China . Pengobatan ini juga menekankan pada sistem keseimbangan tubuh yang lebih dikenal dengan istilah Yin dan Yang . Kedua unsur ini bekerja secara oposisi, jika salah satunya mengalami gangguan maka keseimbangan akan hilang dan dapat menyebabkan seseorang terkena suatu penyakit tertentu.
Selain dari sistem-sistem medis dari masyarakat yang telah disebutkan, sebenarnya masih banyak sekali sistem-sistem medis tradisional yang ada di masyarakat di seluruh penjuru dunia yang bahkan mungkin masih bisa temui di sekita lingkungan kita. Pada dasarnya sistem medis sangat erat kaitannya dengan sistem religi masyarakat terkait. Sehingga dalam melihat sistem medis pada masyarakat tradisional kita juga harus melihat bagaimana sistem kepercayaan mesyarakat tersebut.
Seorang dokter dari sistem medis modern sekalipun juga tidak akan bisa menjalankan tigasnya dengan maksimal pada setiap masyarakat yang ada, jika mereka tidak mengenal masyarakat tersebut. Oleh sebab itu banggalah kita yang mempelajari Antropologi Kesehatan karena sebenarnya sorang dokter harus terlebih dahulu mempelajari fokus ini sebelum ia benar-benar terjun ke dalam masyarakat. Oleh karena itu untuk belajar mengenai kesehatan, kita tidak perlu berkecil hati karena dengan antropologi kita akan melihat kesehatan dari sudut pandang yang berbeda.
1 comments
artikelnya bagus , teksnya dirapikan lagi ya kakak :2thumbup