Desa kunci masuk dalam wilayah administrasi kecamatan sidareja kabupaten cilacap, di desa ini terdapat lahan pertanian yang sangat luas yang teretak di sebelah selatan desa, terdapat irigasi atau disebut dengan sungai citanduy yang dibangun ketika masa pemerintahan presiden Soeharto yang membentang dari waduk menganti hingga ke anak sungai pantai cilacap. Irigasi ini dibangun dengan tujuan untuk mengairi sawah penduduk. Dengan adanya irigasi sungai citanduy, sawah di desa kunci bisa menghasilkan panen padi sebanyak dua kali dalam satu tahun karena tidak pernah mengalami kekeringan. Sebagan besar pendududk desa bekerja sebagai petani yaitu sebagai pemilik lahan dan penggarap lahan, PNS dan pedagang di pasar. Di depan SMA N 1 Sidareja dan di Samping SMP N 1 Sidareja terdapat lahan kosong milik pemerintah sekitar 8 hektar, lahan ini dahulunya dimanfaatkan oleh warga desa untuk ditanami palawija seperti kacang tanah, kacang hijau pada musim kemarau, jagung, padi, cabai dan ubi jalar, dengan emmbayar sewa sebanyak 500 rb per tahun kepada pemerintah, warga desa bisa menanami lahan kosong tersebut sesuai dengan yang diinginkan. Selama bertahun-tahun lamanya, banyak warga desa yang bergantung dari hasil kebun di lahan milik pemerintah tersebut, namun saat ini mereka tidak bisa lagi menanam palawija di lahan itu karena saat ini sudah dibangun gudang bulog milik pemeritah, pada awalnya, supplay bulog berada di kantor kabupaten cilacap, karena dirasa terlalu jauh dan kurang efektif dalam pengambilan jatah bulog untuk setiap kecamatan, maka dibangunlah gudang bulog untuk distrik kecamatan sidareja, kedungreja,patimuan, dan gandrung mangu. Rencananya tidak kanya untuk gudang bulog saja, tetapi ada satu gedung yang dibangun khusus sebagai lumbung padi warga desa, agar warga desa tidak perlu memikirkan dimana mereka akan menyimpan padi hasil panen.
Warga desa kunci memang tidak menjual padinya ketika masih musim panen atau setelah musim panen dengan alasan harga gabah akan turun dan petani akan merugi, biasanya mereka menyimpan padi hasil panennya di rumah masing-masing, biasanya mereka meletakkannya di ruang tamu maupun di dapur sehingga rumah mereka menjadi sempit dan penuh dengan karung besar yang berisi padi. Baru setelah musim panen belalu sekitar dua bulan petani menjual padinya, karena harga gabah akan menjadi naik dan petani akan untung. Pembangunan gudang bulog ini memerlukan anggaran sebanyakRp 386.760.000,00 dengan memotong anggaran PAD kabupaten cilacap. Pembangunan gudang bulog melibatkan kontraktor yang berasal dari wilayah luar kabupaten cilacap, kontraktor tersebut berasal dari kota semarang, namun pembangunan tersebut tidak melibatkan warga desa sebagai pekerja bangunannya, karena kontraktor yang berasal dari semarang ini sudah memiliki karyawan sendiri yang juga dibawanya dari semarang untuk ikut menjadi tenaga pembangun dengan mengerahkan sebanyak 30 orang, sehingga menimbulkan kecemburuan warga desa karena tidak ada satu pun warga desa yang dilibatkan dalam pembnagunan gudang bulog tersebut. Warga desa hanya berjualan makanan dan minuman saja di area pembangunan ini denang mendirikan warung-warung kecil saja. Kontraktor dan tenaga pembangunnnya mengerjakan proyek ini selama dua bulan, selama mereka bekerja disana mereka tinggal di sebuah rumah milik warga desa yang cukup besa sehingga bisa menampung seluruh pekerja proyek tersebut. setiap pekerja dikenakan biaya Rp 30.000 untuk per hari dengan rincian biaya tidur, 2 kali makan dan biaya lain-lain, sdangkan untuk kontraktor dikenakan biaya Rp 50.000 per hari dengan rinciapn biaya tidur, 2 kali makan dan lain-lain namun untuk kontraktor disediakan fasilitas yang berbeda dari pekerja lainnya.
Proyek pembagunan gudang bulog ini belum selesai pengerjaannya dan masih baru pada taahap 50% saja, pasalnya, masih ada satu gedung yang baru jadi kerangkanya saja dan belum diberi tembok maupun atap, dan juga tanah di area ini masih berupa tanah liat dan belum di paving block sehingga ketika musim penghujan tiba area ini menjadi becek dan penuh genangan air dan juga belum dibangun tembok keliling di area ini. Terdapat dua gedung besar di area ini, dua gedung ini akan dimanfaatkan sebagai gudang bulog dan lumbung padi warga, serta terdapat kantor, mushola dan kamar mandi yang letknya terpisah. Sudah lima bulan ini bangunan gudang bulog terlihat terbengkalai dan tidak terurus, tidak ada aktivitas apapun disana, hanya ada satu penjaga yang menjaga di area tersebut. terlihat bahan-bahna bangunan nampak seperti dibiarkan saja speerti beton penyangga dan batu ntuk fondasi. Pembangunan gudang bulog tersebut belum juga selelsai karena terhambat dengan masalah pendanaan, pasalnya dari pemerintah pusat belum juga menggelontorkan kembali dana untuk oprasional pembangunan sehingga untuk sementara pembangunan tersebut dihentikan dan menunggu kucuran dana dari pemerintah.
Pembangunan Gudang Bulog di Desa Kunci Kajian Sosiologi Pembangunan
November 13th, 2015 by apriyani Leave a reply »
Advertisement
Kok artikelnya terpotong? readmore-nya dibuka tdk ada?
nggih pak saya rapikan lagi.. 😀
tambahkan spasi per paragraf ya pri
di tambah daftar pustakanya juga ya
dirapikan ya pri
semangat merapikan artikel pri
Semangat kaka 😀
ciye kunci loh
dirapikan lagi pri, jarak antar paragraf terlalu mepet
sip pri
bagus pri
semangat
awal paragrafnya tidak menjorok ke tengah pri, trus beberapa ada yang typo, o ya itu yang paragraf pertama kan panjang bgt kayaknya bs dibuat jadi 2 paragraf deh,, hehe mksh