Gus Dur dan Kekuatan Membaca
Oleh Anggi Afriansyah
Greg Barton penulis Gusdur: The Authorized Biography of Abdurrahman Wahid dalam beberapa bagian bukunya menuliskan tentang kegandrungan Gus Dur membaca buku. Melalui catatan Barton kita dapat belajar betapa gemar dan cintanya Gus Dur terhadap buku. Kekuatan membaca Gus Dur seharusnya menginspirasi setiap santri di pesantren, para siswa secara umum yang sedang berjuang menggapai pengetahuan.
Gus Dur membaca buku jauh lebih banyak dibandingkan dengan sebayanya. Rumahnya penuh dengan buku. Apalagi Gus Dur berasal dari keluarga pencinta ilmu dan ahli ilmu. sebagai cucu dari KH Hasyim Asyari dan anak dari Kiai Wahid Hasyim tak mengherankan jika Gus Dur sudah sangat senang membaca di usianya yang sanga belia.
Ketika kuliah di Universitas Al Azhar salah satu tempat kegemarannya adalah perpustakaan. Ia terbiasa membaca di perpustakaan Universitas Amerika, Universitas Kairo, atau di perpustakaan Perancis.
Gus Dur terbiasa membaca di mana saja, apa saja, dan di mana saja, tanpa memilih tempat. Di rumah maupun di tempat menunggu bus ia membaca. Tak ada buku, potongan koranpun ia baca.
Bacaannya luas, tak sekedar kajian keagamaan. Ia membaca semua karya William Faulkner, novel-novel Ernest Hemingway, puisi Edgar Allan Poe dan John Done, Andre Gide, Kafka, Tolstoy, dan Pushkin. Ia juga membaca karya Marx dan Lenin.
Ia senang berdiskusi dengan mahasiswa dan kaum cendikiawan di kedai-kedai kopi Kota Kairo. Kedai-kedai kopi baginya merupakan sekolah untuk menyempurnakan pengetahuan Bahasa Arab juga debat-debat intelektualnya.
Ketika melanjutkan kuliahnya di Baghdad, kecintaannya terhadap buku semakin terakomodir. Apalagi di Universitas Baghdad mahasiswa diharapkan untuk berpikir kritis dan banyak membaca.
Semangat membaca Gus Dur memang luar biasa. Ia membaca bahkan sampai larut malam. Sehingga seringkali ia harus terkantuk-kantuk ketika kuliah. Di tengah padatnya aktivitas ia masih mengatur jadwal membacanya. Setiap sore ia sudah di perpustakaan universitas untuk membaca.
Selain pembaca yang tangguh, Gus Dur juga merupakan penulis yang sangat produktif. Sejak mahasiswa ia menulis esai untuk beragam majalah maupun surat kabar. Karya-karya tersebar luas dan dapat kita nikmati hingga saat ini.
Belajar dari Gus Dur
Kita tentu saja dapat banyak belajar dari seorang Gus Dur. Keteguhannya mencintai bangsa ini, membela mereka yang terpinggirkan tentu tak usah diragukan lagi. Aspek yang sering dilupakan adalah bagaimana kemampuan Gus Dur dalam membaca dan mengkaji beragam perspektif keilmuan. Membaca sebanyak-banyaknya buku yang tentu saja akan membuka kekayaan perspektif dalam memandang persoalan.
Keluwesan berpikirnya didukung oleh tradisi kuatnya membaca beragam buku. Ketika mahasiswa ia tak pernah memikirkan berapa uang yang yang ia miliki. Ia selalu memiliki uang yang cukup. Apalagi ia sudah menjadi salah satu kolumnis yang karyanya tersebar di berbagi media. Ia juga sudah aktif bekerja untuk kedutaan ataupun lembaga lainnya yang memanfaatkan kemampuan berbahasa arabnya yang sangat bagus.
Seperti yang dikisahkan oleh Barton, yang ada di benak Gus Dur adalah bagaimana ia memiliki uang untuk membeli buku dan menonton film. Lucunya, untuk mengelola keuangan ia serahkan kepada sahabat karibnya, Mahfudz Ridwan, mahasiswa asal Salatiga. Bahkan uang tersebut kadang digunakan Mahfudz untuk membantu mahasiwa lain yang kekurangan dana. Ia tak pernah memperdulikan uang, baginya yang penting ketika hendak membeli buku uang tersebut harus ada.
Gus Dur juga menunjukan kepada kita betapa ia memiliki pikiran terbuka dan ide-ide besar karena gemarnya ia melahap segala jenis bacaan. Seperti tokoh pendiri bangsa, Gus Dur sangat haus terhadap bahan bacaan. Catatan menarik diungkap Najwa Shihab dalam tulisannya di Kompas (18/8), Menikam Kolonialisme dan Merdeka dengan Buku. Pada salah satu bagian ia menulis bahwa para tokoh bangsa merupakan orang-orang dengan pikiran terbuka dengan kepala penuh ide-ide besar yang membaca karya-karya besar dari berbagai belahan dunia.
Catatan ini patut direnungkan bersama. Apalagi saat ini kita cenderung malas untuk membaca. Sehingga mudah untuk menuduh dan menghakimi mereka yang berbeda ideologi, keyakinan keagamaan, madzhab, kelas sosial, bahkan beda jamaah pengajian. Malas membaca akut menjaringi beragam kalangan masyarakat.
Kita lebih gemar membaca status, cuitan, broadcast di media sosial dibanding membaca Al-Quran, kitab-kita karya ulama, maupun buku-buku karya penulis-penulis besar. Kita gemar menulis pesan-pesan penuh kebencian dibanding menuliskan kisah-kisah inspiratif penuh makna. Juga menyebarkan pesan-pesan penuh hasutan tanpa berpikir dan menakar serta mencari tahu kebenaraan akan pesan tersebut. Kita malas mendiskusikan dan mendialogkan buku-buku tebal karena dianggap tak praktis dan membuang waktu saja. Mendiskusikan beragam hal dengan basis keyakinan diri semata bukan pada kematangan berpikir hasil membaca. Padahal ayat Al-Quran pertama yang turun memerintahkan kita untuk iqra, baca!
Tak heran jika Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan kemudian mendeklarasikan Gerakan Literasi Sekolah untuk membudayakan tradisi membaca dan menulis.  Dari data UNESCO tahun 2012 misalnya menyebutkan indeks minat baca di Indonesia baru mencapai 0,001 yang berarti dari setiap 1.000 penduduk hanya satu orang yang berminat membaca. Data tersebut sungguh memprihatinkan
Melalui Gus Dur kita belajar agar tak selalu puas membaca dan belajar. Gus Dur mengajarkan kepada kita betapa pentingnya seseorang harus aktif membaca. Membaca beragam genre buku, beragam perspektif, dan belajar dari kehidupan. Tidak hanya terpaku pada ruang-ruang kelas yang formil. Gus Dur, seorang otodidak yang memberikan banyak pembelajaran bagi kita agar terus memperbahrui pemahaman atas beragam hal, tanpa pernah berhenti.
Anggi Afriansyah
Alumni Pondok Pesantren Cipasung Tasikmalaya, Saat ini menjadi Peneliti di Pusat Penelitian Kependudukan LIPI

Gus Dur dan Kekuatan Membaca
Oleh Anggi Afriansyah
Greg Barton penulis Gusdur: The Authorized Biography of Abdurrahman Wahid dalam beberapa bagian bukunya menuliskan tentang kegandrungan Gus Dur membaca buku. Melalui catatan Barton kita dapat belajar betapa gemar dan cintanya Gus Dur terhadap buku. Kekuatan membaca Gus Dur seharusnya menginspirasi setiap santri di pesantren, para siswa secara umum yang sedang berjuang menggapai pengetahuan.
Gus Dur membaca buku jauh lebih banyak dibandingkan dengan sebayanya. Rumahnya penuh dengan buku. Apalagi Gus Dur berasal dari keluarga pencinta ilmu dan ahli ilmu. sebagai cucu dari KH Hasyim Asyari dan anak dari Kiai Wahid Hasyim tak mengherankan jika Gus Dur sudah sangat senang membaca di usianya yang sanga belia.
Ketika kuliah di Universitas Al Azhar salah satu tempat kegemarannya adalah perpustakaan. Ia terbiasa membaca di perpustakaan Universitas Amerika, Universitas Kairo, atau di perpustakaan Perancis.
Gus Dur terbiasa membaca di mana saja, apa saja, dan di mana saja, tanpa memilih tempat. Di rumah maupun di tempat menunggu bus ia membaca. Tak ada buku, potongan koranpun ia baca.
Bacaannya luas, tak sekedar kajian keagamaan. Ia membaca semua karya William Faulkner, novel-novel Ernest Hemingway, puisi Edgar Allan Poe dan John Done, Andre Gide, Kafka, Tolstoy, dan Pushkin. Ia juga membaca karya Marx dan Lenin.
Ia senang berdiskusi dengan mahasiswa dan kaum cendikiawan di kedai-kedai kopi Kota Kairo. Kedai-kedai kopi baginya merupakan sekolah untuk menyempurnakan pengetahuan Bahasa Arab juga debat-debat intelektualnya.
Ketika melanjutkan kuliahnya di Baghdad, kecintaannya terhadap buku semakin terakomodir. Apalagi di Universitas Baghdad mahasiswa diharapkan untuk berpikir kritis dan banyak membaca.
Semangat membaca Gus Dur memang luar biasa. Ia membaca bahkan sampai larut malam. Sehingga seringkali ia harus terkantuk-kantuk ketika kuliah. Di tengah padatnya aktivitas ia masih mengatur jadwal membacanya. Setiap sore ia sudah di perpustakaan universitas untuk membaca.
Selain pembaca yang tangguh, Gus Dur juga merupakan penulis yang sangat produktif. Sejak mahasiswa ia menulis esai untuk beragam majalah maupun surat kabar. Karya-karya tersebar luas dan dapat kita nikmati hingga saat ini.
Belajar dari Gus Dur
Kita tentu saja dapat banyak belajar dari seorang Gus Dur. Keteguhannya mencintai bangsa ini, membela mereka yang terpinggirkan tentu tak usah diragukan lagi. Aspek yang sering dilupakan adalah bagaimana kemampuan Gus Dur dalam membaca dan mengkaji beragam perspektif keilmuan. Membaca sebanyak-banyaknya buku yang tentu saja akan membuka kekayaan perspektif dalam memandang persoalan.
Keluwesan berpikirnya didukung oleh tradisi kuatnya membaca beragam buku. Ketika mahasiswa ia tak pernah memikirkan berapa uang yang yang ia miliki. Ia selalu memiliki uang yang cukup. Apalagi ia sudah menjadi salah satu kolumnis yang karyanya tersebar di berbagi media. Ia juga sudah aktif bekerja untuk kedutaan ataupun lembaga lainnya yang memanfaatkan kemampuan berbahasa arabnya yang sangat bagus.
Seperti yang dikisahkan oleh Barton, yang ada di benak Gus Dur adalah bagaimana ia memiliki uang untuk membeli buku dan menonton film. Lucunya, untuk mengelola keuangan ia serahkan kepada sahabat karibnya, Mahfudz Ridwan, mahasiswa asal Salatiga. Bahkan uang tersebut kadang digunakan Mahfudz untuk membantu mahasiwa lain yang kekurangan dana. Ia tak pernah memperdulikan uang, baginya yang penting ketika hendak membeli buku uang tersebut harus ada.
Gus Dur juga menunjukan kepada kita betapa ia memiliki pikiran terbuka dan ide-ide besar karena gemarnya ia melahap segala jenis bacaan. Seperti tokoh pendiri bangsa, Gus Dur sangat haus terhadap bahan bacaan. Catatan menarik diungkap Najwa Shihab dalam tulisannya di Kompas (18/8), Menikam Kolonialisme dan Merdeka dengan Buku. Pada salah satu bagian ia menulis bahwa para tokoh bangsa merupakan orang-orang dengan pikiran terbuka dengan kepala penuh ide-ide besar yang membaca karya-karya besar dari berbagai belahan dunia.
Catatan ini patut direnungkan bersama. Apalagi saat ini kita cenderung malas untuk membaca. Sehingga mudah untuk menuduh dan menghakimi mereka yang berbeda ideologi, keyakinan keagamaan, madzhab, kelas sosial, bahkan beda jamaah pengajian. Malas membaca akut menjaringi beragam kalangan masyarakat.
Kita lebih gemar membaca status, cuitan, broadcast di media sosial dibanding membaca Al-Quran, kitab-kita karya ulama, maupun buku-buku karya penulis-penulis besar. Kita gemar menulis pesan-pesan penuh kebencian dibanding menuliskan kisah-kisah inspiratif penuh makna. Juga menyebarkan pesan-pesan penuh hasutan tanpa berpikir dan menakar serta mencari tahu kebenaraan akan pesan tersebut. Kita malas mendiskusikan dan mendialogkan buku-buku tebal karena dianggap tak praktis dan membuang waktu saja. Mendiskusikan beragam hal dengan basis keyakinan diri semata bukan pada kematangan berpikir hasil membaca. Padahal ayat Al-Quran pertama yang turun memerintahkan kita untuk iqra, baca!
Tak heran jika Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan kemudian mendeklarasikan Gerakan Literasi Sekolah untuk membudayakan tradisi membaca dan menulis.  Dari data UNESCO tahun 2012 misalnya menyebutkan indeks minat baca di Indonesia baru mencapai 0,001 yang berarti dari setiap 1.000 penduduk hanya satu orang yang berminat membaca. Data tersebut sungguh memprihatinkan
Melalui Gus Dur kita belajar agar tak selalu puas membaca dan belajar. Gus Dur mengajarkan kepada kita betapa pentingnya seseorang harus aktif membaca. Membaca beragam genre buku, beragam perspektif, dan belajar dari kehidupan. Tidak hanya terpaku pada ruang-ruang kelas yang formil. Gus Dur, seorang otodidak yang memberikan banyak pembelajaran bagi kita agar terus memperbahrui pemahaman atas beragam hal, tanpa pernah berhenti.
NU Online Terima Kunjungan Perkumpulan Muslim Inggris

British Muslims bersama crew Redaksi NU Online
Jakarta, NU Online
Redakasi NU Online menerima kunjungan Perkumpulan Muslim Inggris, The Association of Muslims British dan Upstanding Neighborhood, di lantai lima Gedung PBNU Jakarta, Rabu (24/8) sore
Kashan Amar Koordinator Upstanding Neighborhood menjelaskan, menolak segala jenis kekerasan yang mengatasnamakan Islam. Ia prihatin dengan semakin maraknya kampanye-kampanye radikal yang berseliweran di media sosial.
“Maka dari itu, kita buat ini (Upstanding Neighborhood),” kata Kashan.
Namun, jelas Kashan, Upstanding Neihgborhood bukanlah sebuah organisasi yang memiliki badan struktur. Ini adalah sebuah jaringan virtual yang mengampanyekan Islam damai lewat media sosial dan melawan setiap kampanye radikal.
Seiring dengan berjalannya waktu, ia mengembangkan diri dengan membentuk beberapa channel sosial media, mulai dari video, artikel, dan meme tentang Islam damai. Ia juga mengampanyekan situs-situs dan media sosial yang menebarkan propaganda ekstremisme.
“Kegiatan kita adalah pelatihan-pelatihan, kampanye, dan mentoring untuk menebarkan Islam yang penuh dengan kedamaian di beberapa media sosial seperti facebook, twitter, instagram, dan youtube,” jelasnya.
Sementara itu, Koordinator The Association of Muslims British (AoMB) Mohammed Abbasi menuturkan, Islam masuk ke daratan Inggris sudah sejak abad ke-8 masehi. Pada saat Offa menjadi raja Mercia, ia membuat mata uang koin yang bertuliskan lafal syahadah sebagai salinan dari uang koin yang sudah dikeluarkan oleh Khalifah Abbasiyah Al-Mansyur.
Perkumpulan British Muslims, lanjut Abbasi, adalah organisasi Islam tertua di daratan Inggris dan didirikan oleh Syaikhul Islam Abdullah Quilliam Bey pada 1989.
Salah satu tujuan AoBM didirikan adalah untuk meyakinkan orang-orang Inggris dalam memahami ajaran Islam yang benar dan membantu sesama Muslim di Inggris serta Eropa baik secara fisik maupun finansial.
Ada beberapa faktor yang menjadi permasalahan muslim di Inggris, seperti membesar-besarkan kekerasan, tidak bangga menjadi warga Inggris, komunitas yang rapuh, kemiskinan, sekolah Islam yang terpencil, rasisme dan Islamphobia, isu kebijakan luar negeri, dan merasa dibenci oleh masyarakat.
Di Inggris, Islam menjadi agama mayoritas kedua dengan jumlah 2,4 juta pemeluk atau 4 persen dari total penduduk Inggris Raya. (Ahmad Muchlishon Rochmat/Fathoni)
NU Online Terima Kunjungan Perkumpulan Muslim Inggris
Jakarta, NU Online
Redakasi NU Online menerima kunjungan Perkumpulan Muslim Inggris, The Association of Muslims British dan Upstanding Neighborhood, di lantai lima Gedung PBNU Jakarta, Rabu (24/8) sore
Kashan Amar Koordinator Upstanding Neighborhood menjelaskan, menolak segala jenis kekerasan yang mengatasnamakan Islam. Ia prihatin dengan semakin maraknya kampanye-kampanye radikal yang berseliweran di media sosial.
“Maka dari itu, kita buat ini (Upstanding Neighborhood),” kata Kashan.
Namun, jelas Kashan, Upstanding Neihgborhood bukanlah sebuah organisasi yang memiliki badan struktur. Ini adalah sebuah jaringan virtual yang mengampanyekan Islam damai lewat media sosial dan melawan setiap kampanye radikal.
Seiring dengan berjalannya waktu, ia mengembangkan diri dengan membentuk beberapa channel sosial media, mulai dari video, artikel, dan meme tentang Islam damai. Ia juga mengampanyekan situs-situs dan media sosial yang menebarkan propaganda ekstremisme.
“Kegiatan kita adalah pelatihan-pelatihan, kampanye, dan mentoring untuk menebarkan Islam yang penuh dengan kedamaian di beberapa media sosial seperti facebook, twitter, instagram, dan youtube,” jelasnya.
Sementara itu, Koordinator The Association of Muslims British (AoMB) Mohammed Abbasi menuturkan, Islam masuk ke daratan Inggris sudah sejak abad ke-8 masehi. Pada saat Offa menjadi raja Mercia, ia membuat mata uang koin yang bertuliskan lafal syahadah sebagai salinan dari uang koin yang sudah dikeluarkan oleh Khalifah Abbasiyah Al-Mansyur.
Perkumpulan British Muslims, lanjut Abbasi, adalah organisasi Islam tertua di daratan Inggris dan didirikan oleh Syaikhul Islam Abdullah Quilliam Bey pada 1989.
Salah satu tujuan AoBM didirikan adalah untuk meyakinkan orang-orang Inggris dalam memahami ajaran Islam yang benar dan membantu sesama Muslim di Inggris serta Eropa baik secara fisik maupun finansial.
Ada beberapa faktor yang menjadi permasalahan muslim di Inggris, seperti membesar-besarkan kekerasan, tidak bangga menjadi warga Inggris, komunitas yang rapuh, kemiskinan, sekolah Islam yang terpencil, rasisme dan Islamphobia, isu kebijakan luar negeri, dan merasa dibenci oleh masyarakat.
Di Inggris, Islam menjadi agama mayoritas kedua dengan jumlah 2,4 juta pemeluk atau 4 persen dari total penduduk Inggris Raya. (Ahmad Muchlishon Rochmat/Fathoni)

Seperti yang telah kita bahas pada kesempatan sebelumnya, bahwa lubrikasi atau pelumasan adalah sebuah proses atau teknik untuk mengurangi gesekan serta keausan atas salah satu atau kedua permukaan yang saling bersentuhan dan bergerak relatif terhadap satu sama lain, dengan memberikan zat pelumas di antara keduanya. Sedangkan bahan yang berfungsi untuk mengurangi gesekan antara kedua permukaan tersebut disebut dengan pelumas.

Bahan pelumas menjadi komponen utama pada setiap sistem lubrikasi. Berbagai tipe pelumas telah dikembangkan dan terus diinovasikan untuk disesuaikan dengan kebutuhan mesin yang ada. Luasnya penggunaan bahan pelumas menjadikan penting untuk kita pahami sistem klasifikasi bahan-bahan pelumas tersebut. Pelumas dapat diklasifikasikan menjadi beberapa cara yakni pengklasifikasian secara umum, pengklasifikasian berdasarkan aplikasinya, serta pengklasifikasian berdasarkan zat aditifnya.

Secara umum bahan pelumas diklasifikasikan berdasarkan wujud dari materialnya, yakni liquid (cair), semi liquid (grease), dan padat. Pelumas liquid sangat kita pahami sebagai pelumas oli dan cukup lazim kita temui sebagai pelumas mesin kendaraan bermotor, gearbox, ataupun sistem lainnya. Pelumas semi liquid lebih dikenal sebagai grease memiliki kekentalan lebih tinggi dibandingkan dengan pelumas oli dan memang cenderung lebih “padat” daripada oli. Sedangkan pelumas padat memiliki wujud padat dan dibutuhkan pada kasus-kasus tertentu yang tidak dimungkinkan untuk menggunakan pelumas oli maupun grease.

  1. Pelumas Cair
    Sebagian besar pelumas oli yang beredar di pasaran dan paling banyak penggunaannya terbuat dari bahan dasar minyak bumi. Oleh karena itulah sering kali kita menyebutnya sebagai mineral oil, yakni oli yang berbahan dasar dari minyak bumi hasil tambang (mining). Oli mineral dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam yaitu Paraffinic, Naphtenic, dan Aromatic. Pengklasifikasian tersebut dilakukan berdasarkan sifat kimiawi serta fisika dari berbagai jenis oli mineral.

     photo IMG_4421.jpg

    Struktur Kimia Oli Mineral

    • Oli Paraffinic (parafin) diproduksi melalui proses pemecahan molekul hidrokarbon minyak bumi atau biasa dikenal dengan hydrocracking. Sebagian besar molekul oli parafin memiliki struktur molekul rantai hidrokarbon panjang dan tidak bercincin. Oli parafin memiliki kestabilan viskositas dan tahan terhadap oksidasi. Oli ini memiliki titik temperatur bakar tinggi serta titik temperatur alir (pour point) tinggi. Pour point (titik alir) adalah titik temperatur dimana sebuah cairan memadat dan kehilangan kemampuannya untuk mengalir. Oli parafin sangat baik digunakan pada mesin manufaktur, untuk pelumas mesin industri, serta pada proses produksi industri karet, tekstil, dan kertas.
    • Oli Naphtenic diproduksi dari minyak bumi melalui proses distilasi atau penyulingan. Sebagian besar molekul oli naphtenic memiliki struktur cincin hidrokarbon jenuh. Dengan struktur kimia semacam itu, oli tipe ini memiliki tingkat viskositas rendah, titik bakar rendah (mudah terbakar), titik alir rendah, serta ketahanan terhadap oksidasi yang relatif rendah. Karena sifatnya yang mudah terbakar, maka oli naphtenic lebih cocok digunakan pada kondisi temperatur kerja rendah, terutama untuk pendingin trafo industri, serta pendingin pada proses permesinan.
    • Aromatic oil merupakan hasil dari proses pemurnian lebih lanjut dari oli parafin. Melalui proses pemurnian tersebut didapatkan oli dengan struktur hidrokarbon cincin-tak-jenuh. Cincin hidrokarbon tersebut bersifat jauh lebih stabil dan tidak mudah putus, sehingga oli aromatik memiliki titik bakar lebih tinggi. Pelumas oli aromatik berwarna hitam dan sangat lazim digunakan sebagai bahan seal manufaktur, serta sebagai perekat dan pengencer produksi aspal

Manakah yang lebih baik, oli sintetis ataukah oli mineral? Pertanyaan ini menjadi pertanyaan wajib bagi para pemilik kendaraan bermotor yang sangat peduli dengan performa kendaraan bermotor milik mereka. Banyak dari mereka belum paham apa itu oli mineral dan apa itu oli sintetis. Tidak jarang pula gara-gara termakan promosi yang “wah”, menghabiskan dana tidak sedikit untuk membeli oli sintetis, tetapi performa kendaraan tidak sebanding dengan harga yang dibayarkan.

Oli mineral diberi nama “mineral” karena bahan baku pembuatannya adalah minyak bumi hasil tambang (mine/mining). Minyak mentah petroleum melewati beberapa proses seperti sedimentasi, destilasi, penyaringan, dan penambahan zat aditif, untuk mendapatkan pelumas oli mineral. Sedimentasi adalah proses pengendapan untuk memisahkan pengotor-pengotor seperti air, tanah, batu, atau pengotor padat lainnya yang sangat mungkin bercampur dengan minyak mentah. Proses destilasi bertujuan untuk memisahkan campuran molekul-molekul hidrokarbon pada minyak mentah menjadi komponen-komponennya seperti bensin, solar, avtur, dan juga oli, dengan jalan memanaskan minyak mentah tersebut hingga suhu 700°F. Dari proses destilasi inilah didapatkan bagian untuk bahan baku pelumas oli yang tentu saja tidak bisa digunakan langsung sebagai pelumas. Bahan baku oli tersebut harus melewati proses filtrasi lagi serta yang terpenting adalah penambahan zat aditif.

 photo image1.jpg

Penambahan zat aditif dilakukan karena banyak sekali sifat-sifat alami pelumas oli mineral yang justru berbahaya jika digunakan untuk pelumas, seperti menggumpal pada temperatur rendah, rusak pada temperatur tinggi, mudah teroksidasi, dan lain sebagainya. Untuk memahami mengenai penambahan zat aditif silahkan kunjungi artikel berikut.

Oli sintetis pertama kali dikembangkan di Jerman semasa perang dunia pertama, karena mereka ingin mengurangi penggunaan sumber minyak bumi yang semakin sulit didapat bagi mereka. Saat itu Jerman dipimpin oleh Dr. Hermann Zorn berhasil membuat 3500 jenis campuran ester berbeda untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar dan pelumas mereka, dengan menggunakan bahan organik dari buah-buahan.

Oli sintetis semakin berkembang pada perang dunia kedua di saat Amerika Serikat dan Jerman sadar bahwa menggunakan oli sintetis memiliki banyak kelebihan. Oli sintetis memudahkan pilot menyalakan mesin pesawat tempur mereka sekalipun pada kondisi cuaca ekstrim. Sejak masa itulah oli sintetis terus dikembangkan dan diproduksi oleh berbagai merk pabrikan.

Banyaknya kelebihan oli sintetis membuat pengembangan oli tipe ini menjadi sangat intens. Oli sintetis awalnya dibuat murni dari bahan-bahan non minyak bumi, namun sekarang banyak dikembangkan oli mineral dengan grade yang dapat dikatakan menyamai oli sintetis. Oli sintetis disepakati termasuk ke dalam grade API Grup IV jika molekul penyusunnya adalah polyalphaolefin, dan dikatakan masuk ke dalam grade API Grup V jika disusun oleh molekul selain polyalphaolefin. Sedangkan oli mineral dengan kualitas mendekati atau bahkan menyamai oli sintetis termasuk ke dalam grade API Grup III. Secara global, oli mineral dengan API Grup III juga dikatakan pula sebagai oli sintetis sekalipun pembuatannya menggunakan bahan baku minyak bumi.

Di masa depan semua peralatan elektronik akan didesain menjadi semakin tipis. Bahkan ada beberapa elektronik yang akan didesain menjadi semakin fleksibel. Para peneliti yang berasal dari Universitas Tokyo membuat hal tersebut menjadi mungkin. Para peneliti tersebut telah berhasil membuat display yang diberi nama Organic Light Emitting Diode (OLED). Display ini sangat tipis, fleksibel, dan memiliki lapisan pelindung, sehingga memungkinkan penciptaan elektronik kulit (e-kulit) untuk mendeteksi tingkat oksigen darah, sensor detak jantung e-kulit untuk atlet maupun aplikasi lainnya. Penemuan OLED ini memang ditujukan untuk mengintegrasikan perangkat elektronik dengan tubuh manusia untuk meningkatkan atau memulihkan fungsi tubuh, sehingga dengan kata lain akan digunakan sebagai aplikasi biomedis. Pengintegrasian perangkat elektronik dengan tubuh manusia memang sedang menjadi tren para peneliti di seluruh dunia. Secara khusus, elektronik yang dapat dipakai harus tipis dan fleksibel untuk meminimalkan dampak dimana mereka menempel pada tubuh. Namun, sebagian besar perangkat yang dikembangkan sejauh ini membutuhkan ketebalan milimeter dan terbuat dari bahan seperti kaca atau substrat plastik dengan fleksibilitas yang terbatas. Sementara itu, biasanya perangkat organik tipis dengan skala mikrometer yang fleksibel belum cukup stabil untuk dapat bertahan hidup di udara terbuka. Kelompok penelitian Profesor Takao Someya dan Dr. Tomoyuki Yokota di University of Tokyo Graduate School of Engineering telah mengembangkan film pelindung berkualitas tinggi dengan ketebalan kurang dari dua mikrometer. Ketebalan dari lapisan pelindung ini sangat tipis yang memungkinkan produksi display elektronik yang sangat tipis, fleksibel, dan memiliki kinerja yang tinggi. Kelompok peneliti tersebut mengembangkan perangkat ini dengan menggunakan lapisan inorganik Silikon Oxynitrit dan bahan organik Parylene. Lapisan pelindung yang diciptakan pada OLED berfungsi sebagai pencegah oksigen dan uap air di udara merembes masuk kedalam perangkat elektronik OLED, sehingga dapat memperpanjang masa hidup perangkat. Jika tidak menggunakan lapisan pelindung ini, maka OLED hanya akan berumur beberapa jam saja. Jika menggunakan lapisan pelindung ini, maka perangkat OLED dapat bertahan hidup sampai dengan beberapa hari. Selain itu, kelompok penelitian dapat melampirkan elektroda transparan indium tin oxide (ITO) ke substrat super tipis tersebut tanpa merusaknya sama sekali, membuat tampilan e-kulit menjadi semakin mungkin untuk dibuat. photo C02A722C-C0A8-4CDC-81BB-5757E298A691.jpg Penelitian tersebut juga memanfaatkan lapisan pelindung baru dan elektroda transparan ITO untuk menciptakan polimer dioda pemancar cahaya (PLEDs) dan photodetectors organik (OPDS). Kedua alat tersebut juga digunakan dalam bidang medis dan telah terbukti perangkat tersebut cukup tipis serta mampu menempel pada kulit. Tak hanya itu perangkat tersebut juga sangat fleksibel dan kelenturannya mampu mengikuti gerakan tubuh. PLEDs memiliki ketebalan hanya tiga mikrometer dan enam kali lebih efisien daripada PLEDs super tipis yang sebelumnya. Hal ini mengurangi panas yang dihasilkan dan konsumsi daya, membuat perangkat tersebut sangat cocok untuk dipasang langsung ke tubuh untuk aplikasi medis seperti menampilkan konsentrasi oksigen darah atau denyut nadi. Kelompok riset juga mengkombinasikan PLEDs merah dan hijau dengan photodetector untuk menunjukkan sensor oksigen darah. “Penelitian ini bisa juga diarahkan ke arah pembuatan ponsel juga. Munculnya ponsel telah mengubah cara kita berkomunikasi. Sementara alat komunikasi ini didesain semakin kecil dan lebih kecil dari masa ke masa. Namun terkadang yang tidak praktis adalah perangkat tersebut harus kita bawa untuk menggunakannya,” kata Someya. Dia melanjutkan, “Bukankah akan lebih praktis jika kita menggunakan perangkat yang setiap saat menempel pada tubuh kita dan bahkan bisa menunjukkan emosi atau tingkat stres atau kegelisahan kita. Selain tidak harus membawa perangkat setiap saat, suatu saat perangkat tersebut mungkin untuk meningkatkan cara kita berinteraksi dengan orang-orang di sekitar kita.”

Posted by: in Uncategorized No Comments »

Di masa depan semua peralatan elektronik akan didesain menjadi semakin tipis. Bahkan ada beberapa elektronik yang akan didesain menjadi semakin fleksibel. Para peneliti yang berasal dari Universitas Tokyo membuat hal tersebut menjadi mungkin. Para peneliti tersebut telah berhasil membuat display yang diberi nama Organic Light Emitting Diode (OLED). Display ini sangat tipis, fleksibel, dan memiliki lapisan pelindung, sehingga memungkinkan penciptaan elektronik kulit (e-kulit) untuk mendeteksi tingkat oksigen darah, sensor detak jantung e-kulit untuk atlet maupun aplikasi lainnya.

Penemuan OLED ini memang ditujukan untuk mengintegrasikan perangkat elektronik dengan tubuh manusia untuk meningkatkan atau memulihkan fungsi tubuh, sehingga dengan kata lain akan digunakan sebagai aplikasi biomedis. Pengintegrasian perangkat elektronik dengan tubuh manusia memang sedang menjadi tren para peneliti di seluruh dunia. Secara khusus, elektronik yang dapat dipakai harus tipis dan fleksibel untuk meminimalkan dampak dimana mereka menempel pada tubuh. Namun, sebagian besar perangkat yang dikembangkan sejauh ini membutuhkan ketebalan milimeter dan terbuat dari bahan seperti kaca atau substrat plastik dengan fleksibilitas yang terbatas. Sementara itu, biasanya perangkat organik tipis dengan skala mikrometer yang fleksibel belum cukup stabil untuk dapat bertahan hidup di udara terbuka.


Kelompok penelitian Profesor Takao Someya dan Dr. Tomoyuki Yokota di University of Tokyo Graduate School of Engineering telah mengembangkan film pelindung berkualitas tinggi dengan ketebalan kurang dari dua mikrometer. Ketebalan dari lapisan pelindung ini sangat tipis yang memungkinkan produksi display elektronik yang sangat tipis, fleksibel, dan memiliki kinerja yang tinggi. Kelompok peneliti tersebut mengembangkan perangkat ini dengan menggunakan lapisan inorganik Silikon Oxynitrit dan bahan organik Parylene. Lapisan pelindung yang diciptakan pada OLED berfungsi sebagai pencegah oksigen dan uap air di udara merembes masuk kedalam perangkat elektronik OLED, sehingga dapat memperpanjang masa hidup perangkat. Jika tidak menggunakan lapisan pelindung ini, maka OLED hanya akan berumur beberapa jam saja. Jika menggunakan lapisan pelindung ini, maka perangkat OLED dapat bertahan hidup sampai dengan beberapa hari. Selain itu, kelompok penelitian dapat melampirkan elektroda transparan indium tin oxide (ITO) ke substrat super tipis tersebut tanpa merusaknya sama sekali, membuat tampilan e-kulit menjadi semakin mungkin untuk dibuat.

 photo C02A722C-C0A8-4CDC-81BB-5757E298A691.jpg

Penelitian tersebut juga memanfaatkan lapisan pelindung baru dan elektroda transparan ITO untuk menciptakan polimer dioda pemancar cahaya (PLEDs) dan photodetectors organik (OPDS). Kedua alat tersebut juga digunakan dalam bidang medis dan telah terbukti perangkat tersebut cukup tipis serta mampu menempel pada kulit. Tak hanya itu perangkat tersebut juga sangat fleksibel dan kelenturannya mampu mengikuti gerakan tubuh. PLEDs memiliki ketebalan hanya tiga mikrometer dan enam kali lebih efisien daripada PLEDs super tipis yang sebelumnya. Hal ini mengurangi panas yang dihasilkan dan konsumsi daya, membuat perangkat tersebut sangat cocok untuk dipasang langsung ke tubuh untuk aplikasi medis seperti menampilkan konsentrasi oksigen darah atau denyut nadi. Kelompok riset juga mengkombinasikan PLEDs merah dan hijau dengan photodetector untuk menunjukkan sensor oksigen darah.

“Penelitian ini bisa juga diarahkan ke arah pembuatan ponsel juga. Munculnya ponsel telah mengubah cara kita berkomunikasi. Sementara alat komunikasi ini didesain semakin kecil dan lebih kecil dari masa ke masa. Namun terkadang yang tidak praktis adalah perangkat tersebut harus kita bawa untuk menggunakannya,” kata Someya. Dia melanjutkan, “Bukankah akan lebih praktis jika kita menggunakan perangkat yang setiap saat menempel pada tubuh kita dan bahkan bisa menunjukkan emosi atau tingkat stres atau kegelisahan kita. Selain tidak harus membawa perangkat setiap saat, suatu saat perangkat tersebut mungkin untuk meningkatkan cara kita berinteraksi dengan orang-orang di sekitar kita.”

Apa fungsi senter? Saya kira kamu telah mengetahuinya, yaitu sebagai sumber sinar untuk menerangi kegelapan. Senter sangat penting dalam beberapa situasi, misalnya ketika kita sedang mencari barang di kegelapan atau bahkan ketika kita sedang mencari kodok di sawah pada tengah malam. Tetapi beberapa tahun lagi nampaknya sebagian peran senter akan dapat digantikan oleh lensa kontak canggih ini. Lensa kontak canggih ini dirancang agar mata kita dapat melihat dalam kegelapan!

Lensa kontak ini adalah perkembangan dari teknologi terkait dengan mata, seperti kacamata pintar. Seorang ilmuwan bernama Dr. Hongrui Jiang dari University of Winconsin bersama timnya telah menciptakan sebuah lensa kontak yang mampu secara otomatis memfokuskan pandangan dalam waktu sepersekian detik. Lensa kontak ini mampu melakukan fokus dengan sangat cepat sehingga sangat berguna juga bagi para penderita “mata tua” yaitu para manula yang mengidap presbiopi, sebuah gangguan dimana lensa tidak mampu lagi berakomodasi atau memfokuskan pandangan karena telah melemah. Para penderita presbiopi berbeda dengan penderita rabun jauh ataupun rabun dekat. Mereka sulit untuk melihat baik dari jarak dekat maupun jauh. Selama ini, para pasien presbiopi menggunakan kacamata, lensa kotak, dan juga menjalani operasi. Khusus untuk opsi ketiga (operasi), opsi ini mengakibatkan beberapa efek samping pada beberapa kasus, salah satunya adalah berkurangnya sensitifitas mata terhadap perubahan warna dan cahaya.

 photo 99443EF2-EF76-4996-A159-779984EF0552.jpg

Berdasarkan penderitaan dari pasien presbiopi, Dr. Jiang dan timnya melakukan banyak eksperimen untuk menciptakan lensa kontak yang mampu memfokuskan pandangan terhadap perubahan warna dan cahaya dengan sangat cepat, yaitu dalam hitungan mili detik! Para ilmuwan menanamkan komputer bertenaga surya dan sirkuit elektronik mikro ke dalam badan lensa kontak. Dua komponen ini begitu kecilnya sehingga dapat ditanamkan dalam lensa kontak yang tipis.

Kemampuan

Komputer dan sirkuit elektronik mikro akan secara otomatis merubah bentuk lensa sesuai dengan perubahan jarak target pandang. Kedua komponen ini juga memiliki sensitifitas yang sangat kuat terhadap perubahan warna dan cahaya, sehingga memungkinkan penggunanya untuk melihat dalam kegelapan bak seekor kucing!

 photo 8E3FFC96-6145-4525-9A75-7D7C3DBE35BE.jpg

Inspirasi

Kita sering mendengar bahwa banyak penemuan bermanfaat bagi manusia diinspirasi oleh berbagai hal di alam. Nah, Dr. Jiang mendapat inspirasinya dari ikan Elephant Nose, ikan yang mampu melihat di tengah kegelapan. Habitat ikan ini adalah sungai penuh lumpur. Seekor ikan Elephant Nose bahkan mampu mendeteksi predator dan mangsa di tengah-tengah pekatnya lumpur. Pendeknya ikan ini adalah ikan berpenglihatan paling tajam di dunia.

 photo 238A4E6D-D70D-4FE6-8B20-E76DCE80FCCB.jpg

Desain

Dr. Jiang merancang desain lensa kontak dilengkapi dengan semacam pengumpul cahaya mikro yang berbentuk seperti mangkok. Pengumpul cahaya mikro ini dilapisi oleh lapisan aluminium yang sangat mudah untuk merefleksikan cahaya. Pengumpul cahaya berlapis aluminium reflektif inilah yang berfungsi untuk memfokuskan cahaya. Untuk memfokuskan cahaya kita butuh daya, tidak sekedar lapisan reflektif, nah untuk alasan ini para ilmuwan menanamkan penangkap cahaya matahari sekaligus pengubahnya menjadi energi listrik. Kombinasi antara tenaga matahari dan lapisan reflektif mampu memfokuskan pandangan hingga ketelitian 20 mikrometer atau setipis rambut manusia!

Dr. Jiang dan tim masih terus bereksperimen untuk menyempurnakan lensa kontak ini dan mereka optimis bahwa lensa kontak mereka dapat diproduksi secara masal kurang dari 1 dasawarsa.

Amsterdam, ibu kota negara kincir angin Belanda, dikenal sebagai satu kota bersih, berudara segar, banyak pepohonan yang ditumbuhkan berjajar dengan aliran sungi, serta fasilitas pengguna sepeda yang cukup lengkap. Namun siapa sangka berdasarkan sebuah studi yang dilakukan oleh satu lembaga independen asal Jerman, kota Amsterdam mendapatkan nilai D+ atas tingkat kualitas udara kota tersebut. Studi yang dilakukan ke 23 kota besar Eropa ini menempatkan Amsterdam di peringkat kesepuluh terbersih di bawah Zurich (Swiss – B+), Copenhagen (Denmark – B), serta Vienna (Austria – B), yang berturut-turut menempati peringkat satu, dua, dan tiga.

Organisasi lingkungan lain asal Belanda yakni Milieudefensie, juga mengungkap bahwa 11 kota Belanda termasuk Amsterdam mengalami penurunan kualitas udara menjadi di bawah standard Eropa. Di sisi lain, pihak otoritas kota dalam hal ini adalah pemerintahan kota Amsterdam, hanya melakukan uji emisi udara di beberapa titik saja, yang dapat dipastikan tidak banyak penduduk kota yang mengetahui hal tersebut. Di sinilah muncul masalah, bahwa ketidaktahuan penduduk kota akan kondisi udara di sekitar mereka, membuat mereka tidak awas atas permasalahan ini.


Kemudian muncullah sebuah ide dari Joris Lam, seorang desainer yang memiliki latar belakang dunia media digital, mendesain sebuah alat yang akan memancarkan koneksi wifi gratis di sebuah lingkungan, pada saat polusi udara di sekitar area alat tersebut berada di level aman untuk kesehatan. Maka lahirlah Tree Wi-Fi, atau dalam bahasa Indonesia berarti ‘Pohon Wi-Fi’, yang didesain berbentuk rumah mini seperti sangkar burung dara yang ditempelkan ke sebuah pohon di area keramaian.

“Stasiun monitor kualitas udara yang dibuat oleh pemerintah nampak hanya seperti bangunan kecil aneh tanpa nama dilengkapi dengan bunyi lonceng dan peluit yang tidak akan membuat Anda menjadi bijak,” demikian menurut Lam dilansir dari CNN, menanggapi adanya layar monitor tingkat polusi udara yang banyak dipasang di jalan-jalan kota besar. “Saya ingin membuat sesuatu yang dapat mengukur polusi udara lokal, sekaligus membuat isu ini menjadi mudah dimengerti oleh semua orang.”

 photo 2E32C533-FC92-4933-9FC8-B860CC180AFE.jpg

Setelah empat bulan proses desain dan perakitan, maka lahirlah Tree Wi-Fi. Alat ini memiliki sensor yang mampu mendeteksi tingkat polusi udara terutama berasal dari proses pembakaran kendaraan bermotor. Sensor tersebut memiliki jangkauan deteksi hingga radius 100 meter. Setiap sore hari, sistem kontrol di dalam sangkar burung ini mengirimkan data yang ia dapat ke pusat server untuk analisa lebih lanjut. Hasil analisa akan dikirimkan kembali ke sangkar burung, yang jika didapatkan hasil baik, maka koneksi internet via wifi akan dihidupkan.

“Jika server mendeteksi adanya penurunan tingkat polusi udara dibandingkan dengan hari sebelumnya, maka koneksi internet akan menyala dan dapat dinikmati semua orang yang ada di sekitarnya,” demikian penjelasan Lam. Lam juga menambahkan bahwa koneksi internet dari sangkar tersebut sebenarnya selalu ada, hanya saja jika kondisi udara terlalu buruk maka koneksi internet bukannya gratis, malah justru pengguna akan diberikan informasi dan tips mengenai cara memperbaiki kualitas udara. Tak hanya itu, bagi seseorang yang sudah mengunduh laporan kualitas udara di sekitar sangkar lalu melaporkannya kepada pemerintah, ataupun mereka yang mempunyai usulan program untuk menunjang perbaikan kualitas udara, juga bisa mendapatkan koneksi wifi gratis dari sangkar tersebut.

Konsep gadget dengan kemampuan lentur, bisa ditekuk-tekuk, bahkan transparan sudah sejak lama dihembuskan oleh para penggemar gadget. Bahkan banyak desainer gadget sudah membuat gambaran hingga video desain gadget fleksibel tersebut. Hingga nampaknya desain impian banyak gadget freak ini sudah mulai dekat dengan kenyataan. Setelah ditemukannya teknologi layar sentuh fleksibel, kini giliran sebuah terobosan dilakukan oleh para ilmuwan dari Singapura dengan membuat memory device dari bahan plastik yang transparan.

Penelitian gabungan dari beberapa instansi yakni Yonsei University, Ghent University, dan Institute of Materials Research and Engineering Singapura ini berhasil mengembangkan chip memori magnetik yang terbuat dari material plastik fleksibel. Komponen canggih ini tentu akan menjadi komponen penting bagi setiap pengembangan alat elektronik dengan desain fleksibel dan super ringan. Beberapa teknologi yang siap mengaplikasikan terobosan ini diantaranya adalah otomotif, alat kesehatan, industri kontrol motor dan robotika, industri listrik, hingga dunia penerbangan dan militer.

Penelitian yang dipimpin oleh Professor Yang Hyunsoo dari National University of Singapore ini mendesain chip memori ini beroperasi dengan sistem magnetoresistive random access memory (MRAM), yang menggunakan bahan magnetik magnesium oksida (MgO) untuk menyimpan data. Teknologi MRAM diketahui lebih unggul dibandingkan RAM konvensional, seperti mampu menyimpan data di saat tidak ada supply power, proses pengolahan data lebih cepat, serta tentu saja konsumsi daya yang rendah.


Tim ilmuwan membangun lapisan bahan MgO di atas permukaan silikon sebagai awal proses pembuatan memori ini. Selanjutnya mereka mengikis lapisan silikon tadi saat lapisan MgO telah siap digunakan. Dengan menggunakan teknologi printing, mereka meng-implant material magnetik tadi ke permukaan plastik fleksibel polyethylene terephthalate. Proses implantasi tersebut harus terus selalu memperhatikan tegangan plastik agar bahan tersebut tidak rusak.

Menanggapi hasil inovasi tim peneliti yang ia pimpin, Profesor Yang berpendapat, “Alat elektronik fleksibel akan menjadi sesuatu yang biasa dan normal di masa depan, dan semua komponen tentu harus kompatibel dengan hal tersebut. Kami adalah tim pertama yang berhasil memfabrikasi memori magnetik di permukaan fleksibel, dan tonggak sejarah yang signifikan ini memberikan suntikan energi lebih kepada kami untuk terus mengembangkan performa memori fleksibel tersebut dan berkontribusi lebih jauh lagi bagi revolusi alat elektronik fleksibel.”

Profesor Yang dan tim telah mendapatkan hak paten di Amerika Serikat dan Korea Selatan atas inovasi mereka. Merekapun saat ini terus melakukan eksperimen dan improvisasi terhadap temuan mereka untuk mendapatkan setelan paling tepat. Mereka juga berencana untuk mencoba mengaplikasikan memori fleksibel tersebut ke komponen elektronik lain. Tidak menutup pintu juga dalam waktu dekat akan ada perusahaan elektronik yang ingin mencoba hasil penelitian mereka.

Mobil elektrik mulai populer saat ini, terlebih lagi dengan masuknya merek sekelas Tesla di negara kita saat ini. Tentu saja hal ini akan menjadi kompetisi tersenderi bagi Toyota Prius dan Honda Insight yang lebih dahulu hadir, dan juga bagi mobil premium dari Eropa semisal BMW dengan seri i8 mapupun i3.

Masalah paling krusial dalam mobil elektrik saat ini adalah sumber daya untuk mentenagai mobil agar terus dapat bergerak. Dalam hal ini tentu saja baterai dalam mobil sebagai sumber tenaga utama. Baterai mobil memeiliki daya jelajah sesuai dengan kapsitas yang di bekali pada mobil yang bersangkutan, biasanya berkisar 100-400 km untuk sekali full charge.

Goodyear-BH03-Concept-Tyre1

Permasalahan muncul saat kurang populernya mobil listrik, berakibat pada kurang meratanya titik untuk isi ulang baterai mobil listrik, terutama untuk negara berkembang, seperti Indonesia. Nah kali ini Goodyear, yang merupakan salah satu produsen ban terkemuka di dunia, mencoba berinovasi dengan menciptakan ban mobil yang bisa berfungsi sebagai pengisi ulang baterai mobil listrik.

 photo 8380BA83-97B6-4811-B1ED-A10806DEA095.jpg

Teknologi yang dipakai adalah dengan mengkorversikan panas yang dihasilkan pada saat ban mobil dipakai berjalan atau saat mobil dikendarai. Panas ini dihasilkan dari gesekan antara lapisan terluar ban dengan aspal atau jalan raya yang dilalui, yang kemudian dikonversikan menjadi energi listrik untuk mengisi ulang baterai. Selain itu energi kinetik yang dihasilkan dari perputaran ban juga dikonversikan oleh Goodyear menjadi energi listrik pula.

 photo B8FC3393-9FA9-46B4-91CD-A116B6DB867A.jpg

Konsep yang ditawarkan Goodyear sangat menarik, karena mampu memanfaatkan energi yang tidak terpakai saat ban mobil berputar menjadi energi yang dapat digunakan untuk mengisi ulang baterai mobil listrik. Tetapi untuk data detail teknologi yang dipakai dan proses konversi energinya masih belum diungkapkan oleh Goodyear. Kita tunggu saja lebih lanjut akan teknologi yang coba ditawarkan oleh Goodyear ini. Anda bisa melihat video berikut sebagai gambaran untuk teknologi yang coba diperkenalkan Goodyear dalam konsep ban mobil terbaru.

Tak banyak orang mengenal apa itu hyperloop. Hyperloop adalah sebuah konsep transportasi umum super cepat masa depan, dengan jalur khusus berupa pipa raksasa, serta sebuah kapsul berpenggerak kompresor. Konsep kendaraan umum ini diklaim mampu melaju lebih dari 1000 kilometer per jam. Bisa dibayangkan dengan kecepatan tersebut jarak Jakarta-Surabaya dapat ditempuh tidak sampai satu jam perjalanan darat.
 photo hyperloop 1.jpg

Isu mengenai hyperloop semakin berkembang sejak Elon Musk, CEO Tesla Motors dan SpaceX, berencana mewujudkan mode transportasi futuristik ini secepat mungkin. Musk bersedia menginvestasikan dana untuk membangun prototype jalur hyperloop sepanjang 5 kilometer, sesuai dengan rancangan desain yang dibuat oleh tim ET3 Global Alliance sejak 1997. Bahkan kabar terakhir yang dirilis oleh Popular Science menyebutkan bahwa dalam hitungan beberapa minggu ke depan, prototype jalur hyperloop sepanjang 5 mil akan segera dibangun di California, Amerika Serikat.

 photo HyperLoop_TestTrack2_QVCA_copyright__c__2015_omegabyte3d.0.jpeg

Ilustrasi Prototype Jalur Hyperloop yang akan Dibangun di California

Lalu apa dan bagaimana sebenarnya cara kerja hyperloop ini? Salah satu yang “mahal” dari hyperloop adalah konstruksi jalur yang tidak konvensional, dan bahkan bisa dibilang satu yang paling futuristik. Jalur khusus ini berbentuk pipa dengan penampang bulat penuh dan menggunakan bahan baja. Lingkungan di dalam pipa raksasa ini dibuat mendekati vakum. Kevakuman inilah yang terpenting, sebab dengan tipisnya kepadatan udara di dalam pipa akan sangat-sangat memperkecil gesekan antara kapsul dan udara di dalam pipa tersebut. Hal inilah yang membuat kapsul mampu melaju super kencang.
 photo Hyperloop-interior-layout.jpg

Kapsul sebagai bagian yang bergerak, tersusun atas beberapa bagian penting yakni kompresor di depan, nozzle di bawah dan samping kapsul, baterai di bawah atau dapat pula di belakang, serta bagian tengah yang tentu saja untuk ruang penumpang atau kargo. Konsep menariknya adalah, udara tipis yang berada di depan kapsul akan dihisap oleh kompresor, lalu dikeluarkan ke beberapa bagian kapsul terutama sisi bawah untuk menciptakan lapisan udara bertekanan sehingga kapsul akan selalu berjarak 0,5 hingga 1,3 milimeter dari pipa baja. Selain itu udara bertekanan digunakan pula sebagai daya dorong kapsul dengan cara menghembuskannya ke sisi belakang kapsul.
 photo hyperloop.jpg

Dengan konsep sesederhana itu, hyperloop diklaim akan mampu mencapai kecepatan hingga 760 mil per jam atau setara 1220 km per jam. Kecepatan tersebut melampaui kecepatan pesawat terbang komersil yang rata-rata terbang dikecepatan 900 km per jam. Tak hanya itu, para penumpang hyperloop akan mengalami hentakan percepatan hingga 0,5 g atau setengah kali percepatan gravitasi, setara dua hingga tiga kali hentakan saat pesawat terbang melakukan take off maupun landing.

Skip to toolbar