Salam SosantPedia 🙂
Hallo teman-teman semua, kali ini saya akan membagikan materi mengenai Dinamika Pemikiran Orang Jawa dalam Arus Modernisasi, materi ini merupakan tugas dari mata kuliah Etika dan Religi Jawa, pada semester 2 yang lalu. Berikut materinya:
- SEKOLAH SEBAGAI AGEN PERUBAHAN
Soemardjan(1981) menjelaskan bahwa meskipun kepercayaan terkait mitologi jawa masih dipraktikkan di masyarakat Yogyakarta,tetapi munculnya institusi pendidikan membawa pengaruh terhadap perubahan sosial di Yogyakarta.Di masa ini sekolah sekolah mengajarkan rasionalitas tumbuh pesat.Sekolah mengjarkan pengetahuan-pnegtahuan tahuan lama. Sekolah”memaksa”siswa untuk mendengarkan dan meneria pengetahuan modern.Logika ilmu pengetahuan modern tidak saja beroperasi di luar istana,tetapi telah merasuki cara berpikir sentana(para bangsawan) dan abdi dalem di dalam tembok istana. Orangorang”pintar’sakti tergeser oleh inteltual sekolahan.Fungsi dukun diambil ahli oleh dokter.Sekolah merupakan salah satu institusi yang cukup berpengaruh dalam tahap sosislaisasi sekunder.
SALAH SATU KASUS KONTEMPORER TERKAIT PERUBAHAN POLA PIKIR MASYARAKAT YOGYAKARTA
Di era HB X ceritaa yang mirip dengan deskripsi Niels Mulder masih muncul di Yogyakarta. Pada awak tahun 2003 di Yogyakarta timbul satu kondisi yang membuat cemas masyarakat ,mulai terjadi karena munculnya penyakit misterius yang menyerang kaki sehingga kaki tersa nyeri di persendian dan berangsur-angsur menjadi seakan-akan lumpuh tidak dapat bergerak. Penyakit yang menakutkan tersebut dalam bahasa kedokteran disebut sebagai penyakit chikungunya.
Penyakit chikungunya sebenernya bukan penyakit yang mematikan dan dapat sembuh dengan sendirinya jika tubuh dalam kondisi baik,tetapi karena penyakit chikungunya menyebabkan badan seakan lumpuh dan menyebar cepat membuat masyarakat panik.Kepanikan tersebut memunculkan cara pengobatan yang tidak logis yaitu menggunakan sayuran terong.Menurut ilmu kesehatan tidak aa referensi ilmiah yang menyebutkan terong dapat menyembuhkan penyakit chikungunya tetapi masyarakat mendengar cara pengobatan yang diprintahkan oleh HB X . Akibatnya terong yang sebelumnya tidak pernah menjadi makanan sekarang menjadi makanan favorit.
Cerita tersebut memperlihatkan bahwa narasi-narasi khas teori kerajawian masih di praktikan masyarakat Yogyakarta,tetapi apakah cara berpikir tersebut merupakan cara berpikir sehari-hari masyarakatYogyakarta ?Bisa jadi mistikisme bukan lagi sebagai ideologi masyarakat jawa sebagaimana penjelasan Neil Mulder tetapi hanya fenomena umum ketika masyarakat mengalami ketidakmampuan,ketidakberdayaan ,dan pengetahuan mdern belum berhasil memberi penjelasan sebagai mana teori Hendropuspito(1990). Ketika manusia mengalami ketakutan kolektif yang berlebihan-lebihan,disitulah tumbuh berbagai macam spekulasi klenik.Mitos akan menjadi semacam buku pedoman yang berfungsi memberi jaminan ketenangan di masa kini terhadap ancaman kekuatan-kekuatan ajaib di luar manusia.Kasus wabah pes,chikungunya mengemukakan bahwa masyarakat masih menggunakan cara-cara irasional refrensi masa lalu,tetapi cara lama tersebut ternegasikan ketika muncul-muncul penjaelasan ilmiah.
- PERUBAHAN BUDAYA
ASPEK FISIK : Budaya merupakan gambaran dari seluruh proses kehidupan manusia yang terkait dengan elemen fisik dan non fisiknya. Budaya meliputi pola pikir dan juga karya dari pola pikir tersebut. Salah satu wujud dari karya fisik budaya jawa adalah tatanan rumah.Gerak perubahan tatanan rumah-rumah di Yogyakarta juga menunjukan gerak perubahan pola pikir masyarakatnya.Jika memeriksa arah rumah zaman dahulu akan ditemukan rumah yang selalu menghadap utara atau selatan.Banyak rumah tetap menghadapkan rumah selain ke arah tersebut meskipun jika menghadap ke arah lain lebih strategis.Di masa itu konstruksi berpikir bahwa menghadapkan rumah selain ke arah utara dan selatan dianggap membelakangi atau nyingkuri Keraton Yogyakarta ,Keraton Laut Selatan dan Merapi.Jika hal itu di langgar akan kualat atau terkena musibah.Perlu diberi catatan bahwa masyarakat Yogyakarta di masa lalu lebih dominan menerima alasan mistis terkait kepercayaan akan ketidakpantasan nyingkuri keraton sebagai penjelasan arah rumah di banding penjelasan rasional.
Gempa Bumi Bantul 2006 menunjukan bahwa konstruksi lama masyarakat tentang arah rumah tidak lagi berlaku. Rumah-rumah yang hancur merupakan rumah lama yang hanya mengahadap utara dan selatan. Tetapi setelah dibangun kembali masyarakat sesukanya dalam menentukan arah rumah. Arah rumah tidak lagi berkiblat pada kepercayaan,tetapi lebih pada kiblat ekonomi.Arah rumah yang baru lebih dipengaruhi oleh letak jalan yang membuat rumah lebih strategis dan dapat digunakan untuk berdagang. Arah rumah yang tidak sesuai pakem tradisi ini menunjukan terjadinya perubahan kontruksi berpikir di dalam diri manusia jawa.
- PERUBAHAN BUDAYA
ASPEK NON FISIK
Kepercayaan terhadap hal-hal mistik tidak lagi dipercaya secara mantap .Masyarakat berubah menuju pola berikir yang rsional dan pragmatis . Meskipun demikian tipologi berpikir masyarkat di Yogyakarta tidak tunggal, tetapi berlapis-lapis lapisan telur.Di dalamnya masih ada orang-orang yakin dengan logika mistis,dilapis yang lebih luar terdapat orang-orang yang “setengah percaya” dengan logika mistis, di bagian selanjutnya merupakan orang yang”percaya tidak percaya”. Dan bagian terluar mrupakan orang-orang yang menggunakan logika rasional dan anti terhadap pola pikir mistikisme.Terdapat juga orang yang “percaya tidak percaya” yaitu orang yang sebenarnya sangatyakin tidak percaya dengan”petungan”, tetapi mereka takut untuk meninggalkanya karena mitos ini dapat menggerakan mekanisme sosial kelembagaan,bahkan sanksi sosial jika seseorang mengabaikan tradisi.
Sumber Refrensi:
Anderson,Beneict.1996.”Gagasan tentang Kekuasaan dalam Budaya Jawa” dalam buku Miriam Budiarjo.Aneka Pemikiran tentang Kuasa dan Wibawa.Jakarta:Penerbit Sinar Harapan.
Hudayana,Bambang.2011.”Glembuk,Strategi Politik dalam Rekkrumen Elite Penguasa DI desa Pulungsari Yogyakarta”dalam jurnal Humaniora,Volume 23.Nomor 1,Februari 2011. Yogyakarta:FIB UGM.
Berger,Peter L. Dan Thomas Luckman.1990. Tafsir Sosial atas Kenyataan.Jakarta:LP3ES