Salam sosant Pedia ?
Hai,berjumpa lagi dengan postingan saya. Kali ini saya akan memposting tugasku, tugas itu merupakan hasil tugas saya pada mata kuliah Sosiologi Pedesaan pada Semester 4 yang membahas tentang pertanian desa, dan saya mencari beritanya yang berkaitan dengan tema tersebut ,lalu saya analisis dengan sudut pandang sosiologi pedesaan.
JELANG PANEN,PETANI JEMBER MINTA PEMERINTAH STOP IMPOR JAGUNG
Liputan6.com,Jember Produksi jagung Desa Mronggon Sari Kabupaten Jember, Jawa Timur hingga Oktober mencapai 273.903 ton dengan luasan panen 32.129 hektar. Sementara luasan tanam jagung Jember Per Oktober sudah mencapai 55.016 hektar dari 31 kecamatan. Kepala Bidang Produksi Tanaman Pangah Dinas Pertanian ,Abdul Halim mengatakan,untuk jagung ,Jember memiliki hamparan luas dan selalu siap menyuplai kebutuhan beberapa desa. Khusus bulan November saat panen raya nanti,Jember akan memanen sedikitnya 17.024 hektar yang diperkirakan produksinya mencapai 119.168 ton. Varieta jagung yang ditanam dikabupaten Jember diantaranya Hibrida,DK,Bisi dan P21.
“Kalau soal jagung di Jember ini memiliki hamparan yang luas dan selalu bisa menyuplai kebutuhan beberapa desa. Semua hasil produksi jagung di jember dikirim keluar,”ujar Abdul Halim saat diwawancara di Jember,Kamis(5/11/2015). Saat ini harga jagung di tingkat petani mencapai Rp 4000 per kilogram dari sebelumnya hanya Rp 3.100 dalam bentuk pipilan, sedangkan yang masih dalam bentuk bonggol Rp 1.400 per kilo gram.“Harga ini sudah sangat bagus untuk petani karena sebelumnya hanya di harga Rp 3.100 bahkan pernah hanya Rp 2.700 per kilo gramnya,ujar halim.
Harga ini dinilai mengutungkan petani,namun justru tingginya harga ini mengkhawatirkan petani,karena biasanya akan turun dratis saat memasuki panen raya yang diperkirakan akhir November.” Kami justru tidak suka dengan harga tinggi seperti saat ini, memang menguntungkan ,tapi biasanya nanti jatuhnya sangat drastis saat produksi melimpah. Kami inginya harga normal-normal saja seperti di harga Rp 3500 tapi stabil,” ujar salah satu ketua kelompok Tani Budi Margono 11, Temu.Ditambah lagi, petani juga mengkhawatirkan masuknya jagung impor yang dipastikan akan mengguras harga jagung lokal. Temu mengaku sudah mendengar bahwa sudah ada jagung impor yang siap masuk indonesia. Dirinya bersama kelompok tani lainya juga saat ini sedang mempersiapkan strategi atas permasalahan ini.” Kalau bisa kami minta pemerintah menyuruh kapal-kapal impor itu pulang. Karena sebentar lagi kita panen raya,tidak perlu impor jagung,”harap Temu.
Komentar:
Dari hasil berita yang saya ambil mengenai pertanian desa di Kabupaten Jember mengenai Produksi jagung ,bahwa saat bulan oktober harga jagung melambung naik dan panen raya juga dimulai bulan november. Harga jagung dalam tingkat petani ,harga per pipilanya jagung melambung tinggi dibandingkan yang per bonggolan. Para petani merasa rugi jika harga jagung melambng naik karena saat panen raya akan turun drastis harganya yang memicu kerugian para petani saat produksi jagung sangat banyak. Para petani Jember khususnya desa Mronggon Sari meminta pemerintah untuk berhenti impor jagung karena jagung yang berasal dari luar negri atau impor dapat mengkhawatirkan para petani yang membuat harga jagung lokal turun drastis. Sebaiknya Pemerintah lebih menerapkan harga jagung impor yang masuk ke indonesia harganya tidak terlalu melambung tinggi dari pada harga jagung lokal. Dan jika pemerintah masih mengimpor jagung impor sebaiknya jagung impor diproduksikan di supermarket modern dan jagung lokal diproduksikan di pasar tradisional. Agar adil dalam hasil produksinya karena manyesuaikan harga dan tempat.
Pertanian di desa memungkinkan para petani lebih mempersiapkan matang-matang ,saat sebelum panen raya agar produksi jadi melimpah dan harganya cenderung lebih murah dibndingkan jagung impor yang mahal. Pertanian di desa masih menggunakan alat trsdisoinal untuk bertani di sawah ,berbeda dengan pertanian di kota lebih cenderung menggunakan teknologi.
Sumber: