Salam SosantPedia 🙂
Hallo teman-teman semua, kali ini saya akan membagikan materi mengenai Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial, materi ini merupakan tugas dari mata kuliah Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, pada semester 1 yang lalu. Berikut materinya:
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial adalah suatu bentuk mata kuliah yang di berikan di tingkat universitas, khususnya diberikan pada mahasiswa yang telah lulus dalam mata kuliah Pengantar Ilmu Sosial dan mata kuliah ini hanya diberikan kepada para mahasiswa yang berada di lingkup Fakultas Ilmu Sosial.
Seperti halnya dengan mata kuliah lainnya, Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial juga memiliki tujuan tertentu untuk para mahasiswa yang mendapatkan mata kuliah tersebut. selain hal tersebut Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial juga mempunyai tujuan pada setiap jenjang pendidikan, seperti SD/MI, SMP, dan SMA. Dan pada setiap jenjang yang ada Pendidikan IPS memiliki tujuan yang berbeda. Sedangkan pada jenjang SMA, tujuan Pendidikan IPS di golongkan kedalam bidang-bidang ilmu disiplin ilmu sosial tradisional yang mana terdiri dari Sejarah, Geografi, Ekonomi, Sosiologi dan Antropologi. Tujuan yang ada pada setiap bidang pun di sesuaikan dengan karakteristik ilmu yang berkaitan.Pada kesempatan ini kelompok kami akan membahas tentang relevansi dan konstribusi terhadap usaha perwujudan tujuan pendidikan secara nasional khususnya pada tujuan Pendidikan IPS. Di Indonesia saat ini, akibat pengaruh adanya globalisasi yang menyebab kan kemajuan Teknologi yang sangat pesat. Hal tersebut tak hanya menimbulkan dampak positif bagi para penikmat teknologi akan tetapi juga banyak hal negative yang dihasilkan. Seperti maraknya kasus prostitusi online yang dilakukan oleh para remaja dan para pekerja seks yang lain. Hal tersebut merupakan salah satu contoh dari dampak negative teknologi atau lebih tepatnya adalah penyalahgunaan teknologi terutama media sosial yang tadinya di buat untuk memnuhi kebutuhan komunikasi para pengguna, kini malah menjadi tempat jual diri secara online. Lebih parahnya hal tersebut tak hanya dilakukan oleh orang-orang yang sudah berumur dewasa akan tetapi remaja SMP dan remaja SMA juga melalukan bisnis prostitusi online tersebut.
- Contoh kasus I
Selasa, 23 Februari 2016, 17:00 WIB
Diiming-imingi Ponsel Terbaru, Pelajar Lampung Jual Diri
REPUBLIKA.CO.ID, BANDARLAMPUNG — Bisnis prostitusi diduga kini merambah dunia pelajar.
“Dari kasus yang belum lama ini terjadi sebagian pelaku praktik prostitusi merupakan pelajar atau masih berumur di bawah 18 tahun,” kata Kasubdit IV Renakta Ditreskrimum Polda Lampung AKBP Ferdiyan Indra Fahmi, di Bandarlampung, Selasa (23/2).
Menurut dia, para mucikari atau orang yang mempromosikan hingga mengeksploitasi pekerja seks komersial (PSK) itu, mampu menyediakan wanita dengan berbagai tipe dan usia. Termasuk para remaja usia sekolah yang masih perawan hingga kalangan artis.
“Indikasi kuat akan masih marak praktik prostitusi ini, mengingat dari sejumlah korban yang tertangkap tangan beroperasi di hotel, merupakan remaja yang masih muda bahkan ada yang masih di bawah umur,” ujarnya.
Bukan mustahil, ia melanjutkan, apabila praktik prostitusi itu memang benar terjadi membuat korban akan terus menjalankan aktivitas yang dilarang tersebut.
Mengenai cara-cara mucikari melakukan perekrutan, Kasubdit IV Renakta itu melanjutkan, modus mereka melakukannya dari orang ke orang atau ‘person to person’, dengan calon korban ditawari pekerjaan yang bisa mendapatkan uang banyak.
“Tawaran mereka dilakukan seperti membujuk apakah mereka tidak ingin memiliki ponsel baru dan bisa membeli baju baru dan sebagainya, dan baru kemudian diberitahukan bahwa pekerjaannya adalah melayani pria hidung belang,” kata dia.
Namun, kata dia, para mucikari meminta agar para pelaku prostitusi itu siap untuk melayani pria hidung belang atas dasar permintaannya.
Ferdiyan menyebutkan, faktor minim pengawasan dari orang tua dikhawatirkan akan memperburuk kejadian atau semakin tinggi praktik prostitusi di kalangan remaja maupun pelajar itu.
Ia mengimbau agar masyarakat khususnya orang tua yang memiliki anak perempuan, dapat lebih waspada terhadap makin marak praktik prostitusi di wilayah hukum Polda Lampung.
Sebelumnya, Kasubdit IV Renakta Reskrimum Polda Lampung AKBP Ferdiyan Indra Fahmi juga mengatakan angka praktik prostitusi di daerah ini tergolong tinggi.
“Praktik prostitusi yang melibatkan anak-anak dan kalangan artis di Lampung masih sangat tinggi,” kata Ferdiyan.
Menurut dia, dari hasil penyelidikan yang dilakukan terhadap lima tersangka mucikari yang ditangkap dari jaringan berbeda, menunjukkan mereka sudah menjalankan bisnis tersebut selama setahun.
“Mereka (tersangka) sudah beroperasi sekitar satu tahun dengan sejumlah korban yang diperkirakan lebih dari sepuluh orang,” ucap dia.
- Contoh kasus II
Kamis, 25 Februari 2016 11:11
Bertahan demi Kuliahkan Anak dan Cucu
Curahan Hati PSK Manggar Sari 2, Balikpapan Timur
https://balikpapan.prokal.co/read/news/184251-bertahan-demi-kuliahkan-anak-dan-cucu.html
Baru tiga tahun menjalani biduk rumah tangga, Widuri (37) harus menjadi tulang punggung keluarga. Setelah ditinggal cerai suami akibat tidak ada kecocokan dan sering bertengkar, ia harus berjuang menghidupi anak, menantu, dan cucunya yang masih berusia satu tahun.
BHARA AJI
WIDURI hanyalah lulusan SMP di Klaten, Jawa Tengah. Bercerai di awal 2012, Widuri memberanikan diri merantau dari daerah kelahirannya ke Kota Balikpapan. Yang pertama ditanya, adalah lokasi lokalisasi Kota Minyak.
“Karena hanya ini saja jalan satu-satunya bisa cepat mendatangkan uang. Karena mantan suamiku tidak bertanggung jawab dan masa depanku sudah dirusaknya, sekalian saja aku nyebur,” ungkapnya dengan mata yang berkaca-kaca.
Perannya sebagai tulang punggung keluarga, membiayai hidup anak, menantu, dan cucu. “Menantuku itu sedang mengambil kuliah di akademi keperawatan (akper), sementara anakku yang laki baru saja diterima bekerja, ditambah lagi susu untuk cucuku di Jawa,” beber Widuri.
“Apa pun akan saya lakukan Mas, demi kehidupan mereka. Inilah perjuangan seorang ibu juga nenek, di tengah ketidakberdayaan ekonomi,” tukas Widuri.
Mengapa Widuri tidak menjadi PSK di Klaten saja, ketimbang harus jauh-jauh ke Balikpapan?
“Gila aku, masa jual diri terang-terangan di depan anak, menantu, dan cucu? Apa kata orang di kampung nanti?” ucapnya.
Saat ditanya apakah selama di eks lokalisasi Manggar Sari 2 ia bekerja di bawah perintah mami untuk melayani tamu, ia menjawab, “Saya bekerja atas kemauan sendiri, tidak ada unsur paksaan, apalagi di bawah koordinasi sang mami. Wong saya kerja di sana juga dikenakan biaya menyewa kamar kok.”
Sekali kencan dengan Widuri, cukup bayar Rp 70 ribu. Itu merupakan tarif short time. “Kan tahu sendiri Mas, Manggar Sari 2 banyak PSK yang sudah berumur, jadi harganya relatif miring. Kalau mau yang sedikit di atas itu, kebanyakan tarif para PSK di eks lokalisasi Manggar Sari 1 muda dan baru, bahkan terus didatangkan dari luar Balikpapan,” imbuh Widuri.
Widuri tahu betul bagaimana memperlakukan daerah kewanitaannya. Tahu risiko bekerja sebagai PSK sangat tinggi, rentan terpapar penyakit menular seksual. “Ya biar tidak terkena penyakit kelamin atau HIV/AIDS, pakai kondomlah. Terkadang juga rutin cek kesehatan di puskesmas terdekat,” ujarnya.
Sampai kapan mau berprofesi sebagai PSK, dirinya mengatakan tidak akan berhenti dari pekerjaannya sebagai wanita pemuas nafsu lelaki hidung belang. “Kalau saya berhenti, yang di kampung mau dikasih makan apa?” ucap Widuri.
Apes bagi Widuri saat tengah menunggu pria hidung belang dari balik kamar sewaannya di eks lokalisasi Manggar Sari 2. Ia terjaring razia gabungan Satpol PP, TNI, dan Polri pada Rabu (24/2) pagi.
Kasatpol PP Kota Balikpapan, AKBP Freddy Pasaribu mengatakan, penanganan pertama terhadap para PSK adalah pendataan, kemudian diserahkan sepenuhnya ke Dinas Sosial. “Namun dari hasil pemeriksaan KTP, si PSK ternyata KTP luar Balikpapan. Tidak menutup kemungkinan akan dikembalikan ke daerah asalnya,” tegas Freddy.
Mendengar akan dipulangkan ke asal daerahnya, Widuri memohon kepada petugas Satpol PP tidak dipulangkan ke Klaten. “Jangan dipulangkan aku Pak. Kasihan nasib anak, menantu, dan cucuku. Apalagi belum mendapatkan uang,” pintanya di hadapan petugas. (aji/war)
Pembahasan
Dari kedua kasus diatas, dapat dianalisis dengan tujuan Pendidikan IPS yang telah dipaparkan di buku “Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial”. Kedua kasus diatas kami analisis menggunakan tujuan Pendidikan IPS yang terdapat pada jenjang SMA/MA pada rumpun disiplin Ilmu Sosiologi.
Sebagaiamana telah di terangkan dalam buku salah satu tujuan Pendidikan IPS dalam disiplin ilmu Sosiologi di jenjang SMA yaitu adalah memahami berbagai peran sosial dalam kehidupan bermasyarakat. Bicara tentang peran, seperti kasus-kasus diatas, adalah salah satu dari sekian banyak kasus tentang kelalaian peran sosial individu, atau kelompok dalam bermasyarakat.
Seperti yang terdapat dalam kasus pertama yaitu dimana seorang remaja yang melakukan prostitusi atau jual diri untuk memperoleh sesuatu yang diinginkan. Selain itu hal tersebut juga dilakukan untuk memenuhi gaya hidupnya agar sama dengan yang lainnya. Bisa saja mereka melakukan hal tersebut karena orang tua yang enggan untuk membelikan hal-hal yang seorang remaja inginkan. Karena orang tua menganggap bagi seusia tersebut hal-hal tersebut belum begitu penting untuk dipenuhi.
Dijelaskan di dalam berita bahwa pengawasan dari orang tua sangat berpengaruh, dalam arti disini orang tua memiliki peran yang besar untuk anak-anaknya. Pengawasan yang minim dari orang tua atau orang tua yang acuh tak acuh terhadap pergaulan anaknya diperkirakan akan memperburuk hal tersebut. masyarakat terutama orang tua diharapakan untuk berwaspada dan memperhatikan anaknya, terutama anak perempuannya.
Dalam hal ini tujuan dari Pendidikan IPS dalam disiplin ilmu Sosiologi menurut kami perlu lebih untuk di galakkan, karena banyak yang kadang tak bisa menempatkan perannya didalam masyarakat. Seperti hal dari kasus tersebut, dimana peran orang tua sangat berarti akan tetapi minim didoatkan dan menyebabkan hal-hal yang tidak diinginkan. Karena seorang remaja adalah dimana ia harusnya mendapatkan pengawasan yang lebih dari orang tua. Hal tersebut karena maraknya kasus-kasus prostitusi yang menjerat para pelajar. Jadi dalam hal ini peran sosial dalam bermasyarakat belum sepenuhnya terealisasi karena masih adanya kelalaian dari pihak-pihak yang tak bisa memenuhi perannya didalam kehidupan bermasyarakat.
Sedangkan dari kasus yang kedua, hal tersebut dapat dikaitkan dengan disiplin ilmu yang sama yaitu sosiologi. Akan tetapi hal tersebut juga dapat dikaitkan dengan disiplin ilmu Ekonomi.
Pada kasus yang kedua diterangkan bahwa sebagai tulang punggung keluarga seorang ibu dan nenek tersebut rela bekerja sebagai pekerja seks untuk memenuhi kehidupan keluarganya, terutama kuliah mantunya dan kebutuhan cucunya. Hal ini sangat miris sekali, karena seorang ibu rela melakukan apa saja demi anak cucunya. Yang salah disini adalah peran dari pemerintah,pemerintah seharusnya lebih tegas, sebagimana harus disediakannya lapangan pekerjaan yang tak memandang tingkat pendidikan. Hal ini harusnya juga dilakukan untuk upaya memajukan para warga kurang mampu. Misalnya seperti membuka lapangan kerja dan lain-lain. Tak hanya itu dari segi ekonomi seperti yang menjadi penyebab kasus diatas adalah masalah kemiskinan. Dimana kemiskinan memaksa seseorang untuk melakukan hal apapun demi uang. Apa lagi yang dialami oleh ibu pada kasus diatas dimana ia tak mendapatkan kesempatan untuk ke jenjang SMA sehingga ia tak mendapatkan pengetahuan tentang ekonomi dan bagaimana cara bijak untuk mengelola ilmu tersebut. Sehingga ia melakukan pekerjaan yang bisa ia lakukan. Dan seharusnya pemerintah membuka pelatihan kerja untuk para warga yang tidak mampu dengan sukarela atau gratis. Sehingga setiap individu yang tak bisa melakukan pekerjaan karena tak memiliki tingkat pendidikan yang tinggi juga tidak mempunyai keterampilan dapat menghasilkan pekerjaan yang tak menyalahi aturan hukum dan lainnya. Dan merekan mendapatkan kesempatan untuk berkembang meski meraka tak berpendidikan tinggi, sehingga meraka dapat menghidupi keluarganya dengan cara yang normal ,halal dan tak menyalahi aturan negara seperti kebanyakan orang lainnya.
Dari analisi yang telah dijelaskan diatas dapat disimpulkan bahwa perkembangan zaman dapat mengubah peran masyarakat. Seperti kedua kasus diatas, yaitu seorang individu yang seharusnya berperan sebagai seorang pelajar yang harus belajar dan bermain dengan teman-teman sebayanya, namun ia tergiur dengan kehidupan modern sehingga akan melakukan apa saja demi mendapatkannya, meski harus menjadi wanita penghibur. Hal tersebut tidak sepenuhnya kesalahan anak namun juga orang tua, karena kurangnya sebuah perhatian dan kurangnya ekonomi keluarga.
Kasus kedua yaitu mengenai seorang PSK yang rela berkorban demi menghidupi keluarganya. Meskipun dia berperan sebagai ibu ,mertua dan nenek dia rela mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.Dalam kasus ini masuk dua displin ilmu yaitu sosiologi dan ekonomi. Dalam sosiologi wanita penghibur merupakan pekerjaan yang tidak disenangi oleh masyarakat. Mereka sering kali dikucilkan dan dianggap sebelah mata oleh masyarakat. Namun mereka melakukan hal tersebut karena tuntutan ekonomi, dengan melakukan pekerjaan sebentar mereka dengan cepat dapat mendapatkan uang yang banyak. Kedua kasus tersebut sama-sama membahas mengenai perilaku yang melanggar nilai dan norma yang ada di dalam masyarakat, mereka tidak secara sembunyi-sembunyi melakukannya bahkan secara terbuka di media sosial.
Saran kami kepada pemerintah yaitu agar pemerintah dapat membuka lapangan pekerjaan yang banyak dan diikuti kursus terlebih dahulu agar para PSK tidak bekerja sebagai wanita penghibur lagi.
- Saran bagi para PSK yaitu sebaiknya berhenti dari pekerjaan tersebut karena banyak menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat, dan rentan penyakit HIV yang sulit disembuhkan dan dapat menular.
- Saran bagi orang tua yaitu selalu menjaga anak-anaknya dan memberikan apa yang diinginkan anak selagi itu wajar, dan paling penting selalu memberikan perhatian yang cukup dan lebih mengawasi anak-anaknya dari rentannya prostitusi online .
Daftar pustaka
Buku “Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial” fakultas ilmu sosial: Unnes
https://balikpapan.prokal.co/read/news/184251-bertahan-demi-kuliahkan-anak-dan-cucu.html