Karya : Zulfa Fahmy

 

Seekor burung Pipit terbang melintasi persawahan di dekat pantai Cahaya kabupaten Kendal. Ia terbang dengan perasan ceria karena hendak menemui sahabatnya, Seekor burung Bangau. Sahabatnya itu tinggal di sebuah pohon di dekat area tambak. Bangau sangat suka ikan-ikan kecil yang sering muncul di pinggir tambak.

Sampailah burung Pipit di sarang Bangau. Namun ia tidak menemukan sahabatnya itu ada di sarangnya. Ia mencari di sekitar tambak. Rupanya bangau sedang berdiri satu kaki di tengah tambak. Kemudia burung Pipit segera memanggilknya dari kejauhan.

“Bangau, Bangau, ke sini, aku datang,” panggil Burung Pipit.

“Iya, saya segera ke situ,” jawab Bangau.

Burung Bangau mengepakkan sayapnya yang lebar dan berwarna putih, lalu terbang menhampiri burung Pipit.

“Hai, Pipit, apa kabar?” tanya Bangau.

“Baik, kamu sendiri?” jawab Pipit.

“Aku baik-baik saja, sehat, aku sedang mencari ikan-ikan kecil di sekitar tambak, kamu mau?” tanya Bangau.

“Wah, maaf Bangau, aku tidak makan ikan kecil, aku biasanya makan padi di sawah,” jawab Pipit.

“Oh, begitu, berarti aku tidak bisa menjamu sahabatku ini, karena aku hanya bisa mencari ikan-ikan kecil,” ujar Bangau.

“Tidak, apa-apa Bangau, aku mengerti,” jawab Pipit.

“Ada apa kamu datang kemari Pipit?” tanya Bangau.

“Aku ingin mengabarkan bahwa aku sudah punya anak,” jawab Pipit.

“Wah, senang sekali, akhirnya kamu sudah punya anak, besok aku akan berkunjung ke rumahmu untuk melihat ponakan-ponakanku,” kata Bangau.

“Iya, kutunggu kamu besok ya,” jawab Pipit.

Mereka berdua kemudian mengobrol tentang masa kecilnya dulu. Setelah selesai mengobrol, Pipit pamit pulang kepada Bangau. Ia harus memberi makan anak-anaknya yang sudah kelaparan.

“Bangau, aku pamit pulang ya,” kata Pipit.

“Iya, hati-hati dalam perjalanan pulang,” jawab Bangau.

Pipit terbang menuju sarangnya. Ia melintasi sawah-sawah yang sudah mulai menguning. Di dalam hatinya terasa senang sekali, karena esok hari akan dikunjungi oleh sahabatnya. Kemudian ia turun ke sawah untuk mengambil beberapa butir padi untuk anak-anaknya.

Namu, tiba-tiba alangkah kagetnya burung Pipit, ia terjerat jaring milik pak Tani. Ia kesulitan lepas dari jaring Pak Tani. Tidak lama kemudian, pak Tani datang dan menangkapnya. Ia dimasukkan ke dalam kurungan bersama burung-burung lain yang tertangkap.

***

Keesokan harinya, Bangau datang ke sarang burung Pipit. Namun Bangau tidak menemukan sahabatnya. Ia justru menemukan anak burung Pipit yang sedang menangis kelaparan. Melihat kejadian itu, Bangau mulai panik, ia bingung apa yang harus dilakukan. Anak-anak burung pipit menangis dengan keras meminta makan. Tanpa pikir panjang, Bangau mencari ikan-ikan kecil untuk diberikan kepada anak-anak burung Pipit.

Burung Bangau segera menyuapi anak-anak burung Pipit dengan ikan-ikan kecil hasil tangkapannya. Namun, anak-anak burung Pipit tidak bisa memakan ikan-ikan kecil. Alangkah takutnya si Bangau. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Ia tidak tahu harus mencari burung Pipit kemana. Burung Bangau melihat satu per satu anak burung Pipit karena kelaparan. Ia sedih karena tak bisa membantu anak sahabatnya itu.gfy copy

Dengan sangat menyesal, akhirnya burung Bangau meninggalkan sarang burung Pipit. Ia telah menjaga persahabatan ini dengan berusaha menolong anak Burung Pipit. Namun apa daya, Bangau adalah Bangau. Ia tidak bisa mengambil butir padi seperti Pipit. Begitu pula burung Pipit, ia tidak akan bisa memakan ikan kecil seperti Bangau.

Sejak kejadian itu Bangau bertekad akan selalu menjaga persahabatannya. Ia akan selalu menolong sahabatnya dengan cara yang tepat.

 

“Tulisan ini dibuat untuk mengikuti Lomba Blog Dosen dan Tendik. Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan jiplakan.”