Mewujudkan Sikap Konservasi #1

Tema : Membangun Rumah Ilmu untuk Mewujudkan Universitas Konservasi Bereputasi
Judul : Mewujudkan Sikap Konservasi #1

Pelestarian

learnmine.blogspot.com

Bagaimana mewujudkan sikap konsevasi ?
Sebelumnya kita harus mengetahui terlebih dahulu “Apa itu konservasi” ?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Konservasi adalah pemeliharaan dan perlindungan sesuatu secara teratur untuk mencegah kerusakan dan kemusnahan dengan jalan mengawetkan; pengawetan; pelestarian.

Konservasi atau dalam bahasa inggris Conservation adalah upaya pelestarian alam dengan tetap memerhatikan manfaat yang dapat di peroleh dari lingkungan pada saat itu dengan tetap mempertahankan keberadaan setiap komponen lingkungan untuk pemanfaatan di masa depan. Karena segala sesuatu yang kita manfaatkan dari alam untuk kehidupan kita di bumi ini, bukanlah warisan dari nenek moyang kita, melainkan pinjaman/titipan dari anak cucu kita di masa depan, dan sudah seharusnya kita rawat dan lindungi alam ini agar tetap terjaga kelestariannya.

Apa dampak yang terjadi bila alam ini menjadi rusak ?
Pasti kita tidak ingin mengalami hal itu.
Pasti kita akan mengalami bencana alam dan banyak kesulitan. Allah SWT menciptakan alam ini agar dikelola oleh manusia sebagai khalifah di muka bumi ini demi kesejahteraan umat manusia itu sendiri.

Oleh sebab itu, kita sebagai khalifah di muka bumi serta sebagai kader-kader konservasi harus menjadikan alam sebagai sahabat kita, mengolah, mendayagunakan, menjaga, dan melestarikannya demi kepentingan bersama. Sering kali kita menjadi orang yang ”Egios” dengan menyepelekan hal-hal kecil seperti tidak membuang sampah ditempatnya, menggunakan air secara berlebihan, tidak mematikan listrik saat tidak di perlukan, itu hanya sebagian contoh kecil dari tidak pedulinya kita terhadap alam ini. Alam akan menjadi sahabat kita dan memberikan yang terbaik untuk kita apabila kita memperlakukannya dengan baik.

Allah SWT telah menjelaskan dalam Al-Qur’an surah Ar-Rum ayat 41-42 tentang larangan berbuat kerusakan di muka bumi :

ar-rum-41-42

penggiat-alam.blogspot.com

Artinya : “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Katakanlah (Muhammad), bepergianlah di bumi lalu lihatlah bagaimana kesudahan orang-orang dahulu. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah).” (QS Ar-Rum : 41-42)

Selain untuk beribadah kepada Allah SWT, manusia diciptakan sebagai khalifah di muka bumi yang memiliki tugas untuk memanfaatkan, mengelola dan memelihara alam semesta. Allah telah menciptakan alam semesta untuk kepentingan dan kesejahteraan semua makhluk-Nya, khususnya untuk manusia.

Keserakahan dan perbuatan buruk sebagian manusia terhadap alam dapat menimbulkan banyak kesulitan dan menyengsarakan manusia itu sendiri, serta menimbukan banyak bencana alam di muka bumi ini seperti tanah longsor, banjir, kekeringan, dll.

Islam mengajarkan umat manusia agar senantiasa menjaga lingkungan, untuk masa depan karena bumi yang kita tempati ini merupakan titipan atau pinjaman dari anak cucu kita di masa depan.

Allah SWT juga menjelaskan dalam Al-Qur’an surah Al-A’raf ayat 56-58 tentang peduli lingkungan :

al-araf-ayat-565758

citankkovic.blogspot.co.id

Artinya : “Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Berdo’alah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan. Dia-lah yang Meniupkan angin sebagai pembawa kabar gembira, mendahului kedatangan rahmat-Nya (hujan), sehingga apabila angin itu membawa awan mendung, Kami Halau ke suatu dareah tandus, lalu Kami Turunkan hujan di daerah itu. Kemudian Kami Tumbuhkan dengan hujan itu berbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami Membangkitkan orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran. Dan tanah yang baik, tanaman-tanamanya tumbuh subur dengan izin Tuhan; dan tanah yang buruk, tanaman-tanamanya yang tumbuh merana. Demikianlah Kami Menjelaskan berulang-ulang tanda-tanda (kebesaran Kami) bagi orang-orang yang bersyukur. (QS Al-A’raf 56-58)

Bumi sebagai tempat tinggal dan tempat hidup manusia dan makhluk Allah lainnya sudah dijadikan Allah dengan penuh rahmat-Nya. Gunung-gunung, lembah-lembah, sungai-sungai, lautan, daratan, dan lain-lain semua itu diciptakan oleh Allah SWT untuk diolah, dimanfaatkan, dijaga dan dilestarikan dengan sebaik-baiknya oleh manusia, bukan untuk dirusak dan dibinasakan.

Ada saja sebagian kaum yang berbuat kerusakan di muka bumi ini. Mereka tidak hanya merusak sesuatu yang berupa materi atau benda, melainkan juga berupa sikap, mereka melakukan perbuatan-perbuatan tercela atau  maksiat serta banyak perbuatan jahiliyah lainnya. Untuk menutupi perbuatan buruk mereka itu seringkali mereka “menganggap” diri mereka sebagai kaum yang melakukan perbaikan di muka bumi, padahal justru mereka yang berbua kerusakan di muka bumi ini.

Sebagai contoh saat ini kebakaran hutan di Indonesia, penyebabnya dapat di kelompokkan menjadi dua, yang pertama disebabkan oleh faktor alam dan yang kedua oleh faktor manusia. Kebakaran hutan yang terjadi di Indonesia penyebabnya sebagian besar oleh faktor manusia, di sengaja ataupun tidak. Dampak dari kebakaran hutan di Indonesia tidak hanya dirasakan oleh Indonesia, tetapi juga dirasakan oleh negara-negara tetangga. Hal ini akan menimbulkan bencana kebakaran hutan yang sulit untuk dikendalikan apabila didukung faktor cuaca kemarau panjang dan merugikan bagi Indonesia maupun negara-negara tetangga.

Allah SWT melarang umat-Nya berbuat kerusakan dimuka bumi. Allah menegaskan bahwa salah satu karunia besar yang dilimpahkan kepada hambanya ialah Dia menggerakan angin sebagai tanda kedatangan rahmat-Nya. Angin yang membawa awan tebal, di halau ke negeri yang kering dan telah rusak tanamannya karena tidak ada air, sumur yang tadinya kering karena tidak ada hujan, lalu Dia menurunkan hujan yang  lebat di negeri itu sehingga menjadi subur kembali. Dengan demikian, Allah telah menghidupkan penduduk tersebut dengan penuh rahmat-Nya.

Lalu, bagaimana cara mewujudkan sikap konservasi itu sendiri ?
Kita sebagai kader-kader konservasi sudah seharusnya dapat memulainya dari diri sendiri dengan hal-hal kecil seperti membuang sampah pada tempatnya, melakukan daur ulang atau recycle pada barang-barang bekas agar dapat di manfaatkan kembali, menanam pohon atau melakukan reboisasi, biasakan menggunakan alat-alat rumah tangga yang ramah lingkungan yang tidak menimbulkan efek rumah kaca, tidak menggunakan tissu, dan masih banyak lagi tidakan konservatif yang bisa kita lakukan untuk mejaga bumi ini dan menyelamatkannya dari berbagai macam bencana. Karena kalau bukan kita siapa lagi ? Kalau bukan sekarang kapan lagi ? 😀

SALAM KONSERVASI !  \\// 🙂

Tulisan ini dibuat untuk mengikuti Bidikmisi Blog Award di Universitas Negeri Semarang. Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan jiplakan.

Tentang Dinda Febriani

Assalamu'alaikum Wr. Wb. Perkenalkan nama saya Dinda Febriani, lahir di Pemalang, 28 Februari 1997. Saya anak pertama dari 2 bersaudara, adik saya bernama Bagus Herlambang sekarang dia kelas 1 SMA. Saya Mahasiswa Bidikmisi Universitas Negeri Semarang tahun 2015, program studi Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Bahasa dan Seni. Hobi saya Memasak, dan berpidato. Cita-cita saya ingin sukses dan membahagiakan kedua orang tuaku, adikku, keluargaku dan orang-orang disekitarku. Just simple future goals :) Itulah perkenalan singkat dari saya, terimakasih sudah membaca. Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Tulisan ini dipublikasikan di Membangun Rumah Ilmu untuk Mewujudkan Universitas Konservasi Bereputasi. Tandai permalink.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: