Bentuk-bentuk Resiprositas di Dusun Bojongneros
Secara geografis Dusun atau yang biasanya disebut kampung Bojongneros terletak di Desa Legok, Kecamatan Bantarkawung, Kabupaten Brebes. lebih tepatnya Dusun Bojongneros berlokasi di wilayah Brebes selatan, dimana bukan termasuk wilayah pesisir akan tetapi merupakan wilayah pegunungan. Dusun Bojongneros ini berbatasan langsung dengan wilayah Kabupaten Cilacap yaitu dengan kampung Garawangi.
Masyarakat Dusun Bojongneros ini bahasa ibu atau bahasa sehari-harinya menggunakan bahasa Sunda, meskipun sebagian warga dari Kecamatan Bantarkawung sendiri ada yang mengggunakan bahasa Jawa. Akan tetapi bahasa Sunda yang digunakan adalah yang bersifat kasar, hal ini memang karena dipengaruhi oleh lokasinya yang juga dapat dikatakan merupakan wilayah perbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah serta lebih cenderung kuat pada budaya Sunda-nya.
Oleh karena itu, bentuk-bentuk resiprositas yang terdapat di Dusun Bojongneros lebih banyak dipengaruhi budaya Sunda, meskipun masih tetap dapat terlihat ciri khas bentuk dari budaya Jawa-nya. Dimana secara istilah atau nama untuk menyebut proses resiprositas yang dilakukan akan lebih banyak dipengaruhi oleh bahasa Sunda, sedangkan secara pelaksanaannya akan cenderung lebih banyak persamaannaya dengan budaya adat Jawa.
Dusun Bojongneros merupakan salah satu wilayah yang dapat dikatakan pelosok, karena selain lokasinya yang berada dipucuk gunung dan berbatasan langsung dengan kabupaten Cilacap juga karena perkembangan daerahnya lebih rendah dari pada daerah sekitarnaya. Namun, bukan berarti sama sekali tidak ada perkembangan, hanya saja kalah cepat dengan daerah yang lainnya. Sejalan dengan kemajuan zaman, Dusun Bojongneros juga terus berkembang dari waktu ke waktu. Dimana tentunya perkembangan yang ada akan diikuti dengan berbagai perubahan, termasuk menunjukan perubahan pada tata cara dalam melakukan resiprositas.
Ada beberapa bentuk resiprositas yang masih ada dan masih dilakukan oleh masyarakat Dusun Bojongneros, diantaranya sebagai berikut :
a) Nyambat-sambat
Nyambat adalah istilah yang digunakan oleh orang yang akan mengajak orang lain untuk melakukan suatu pekerjaan ditempatnya sendiri. Sedangkan sambat merupakan sebutan bagi orang yang diajak untuk melakukan suatu pekerjaan ditempat orang lain. Sebenarnya tidak ada uturan tertentu siapa yang harus diajak sambat, akan tetapi umumnya orang yang melakukan nyambat-sambat adalah yang mempunyai hubungan selain keluarga, juga hubungan teman dekat dan hubungan besan. Biasanya nyambat-sambat ini untuk melakukan pekerjaan pertanian dan pekerjaan ditempat orang hajatan ( pernikahan, khitanan, dan gusaran ) serta seperti pekerjaan macul, tandur, agon, dan babad galeng. Tata cara melakukan nyambat-sambat ini adalah orang yang nyambat datang kerumah orang yang akan disambat untuk bertatap muka secara langsung dan membicarakan pekerjaan.
b) Kasinoman
Kasinoman sebenarnya hampir sama dengan nyambat-sambat, akan tetapi lebih khusus untuk pekerjaan hajatan (pernikahan, khitanan, dan gusaran) yang tertuju untuk keluarga dekat dan tetangga terdekat. Dimana biasanya orang-orang terdekat tersebut sudah mengerti bahwa mereka harus ikut bekerja dalam acara hajatan, jadi tidak ada proses orang yang akan punya hajat sebelumnya harus datang kerumah keluarga atau tetangganya dulu untuk meminta atau mengajak kasinoman.
c) Kajak
Kajak adalah ikut serta dalam pekerjaan untuk membangun atau merenovasi rumah saudara, tetangga, maupun orang lain. Sama seperti kasinoman, kajak tidak memerlukan kunjungan dari yang akan membangun rumah. Tapi sifatnya adalah bentuk dari kesadaran diri sendiri untuk membantu.
d) Nendeun
Nendeun artinya adalah menyimpan. Jadi pihak satu nendeun di pihak dua yang sedang melakukan hajat. Contoh,;
• Si A sedang hajatan pernikahan, maka si B nendeun minyak goreng 20 liter dan telur 30kg untuk persipan ketika si B juga mempunyai hajatan.
• Si A sedang membangun rumah, maka si B nendeun semen 10 karung dan batu bata 2000, untuk nantinya juga dikembalikan oleh si A ketika si B membangun rumah.
e) Ngadatangan-Nyorog
Ngadatangan-Nyorog dilakukan oleh pasangan yang akan melangsungkan pernikahan, ngadatangan adalah pihak lelaki mengunjungi rumah perempuan untuk melamar secara resmi dengan membawa perhiasan yang biasanya berupa cincin atau berupa uang. Sedangkan nyorog adalah balasan kunjungan, yakni pihak perempuan mengunjungi rumah pihak lelaki dengan membawa berbagai makanan yang jumlahnya banyak dan disesuaikan dengan apa yang telah diberi oleh pihak lelaki ketika ngadatanagan.
f) Nganteran
Nganteran adalah psangan suami istri yang baru saja melangsungkan pernikahan akan mengatarkan makanan yang cukup banyak kepada kelurga dan kerabat dimana akan dibalas saat itu juga dengan uang oleh yang menerima makanan tersebut.
g) Ngabakal
Ngabakal adalah istilah untuk pasangan yang telah resmi bertunangan dimana jika dalam keluarga keduanya mengadakan acara tertentu maka mereka akan saling membantu dalam acara-acara yang dilakukan dirumahnya masing-masing.
h) Liliuran
Liliuran sebenarnya sama dengan nyambat-sambat, akan tetapi liliuran biaasanya ditujukan untuk beberapa orang yang dekat dan akrab dan sifatnya kesepkatan yang lebih santai. Biasanya dilkukan olek sekelompok orang yang telah berteman dari kecil atu tetangga terdekat. Dan istilah liliuran ini khusus untuk pekerjaan pertanian yang dilakukan oleh kaum peempuan.
i) Maparo
Maparo adalah membagi hasil pertanian secara rata antara penggarap lahan sawah dengan pemilik lahan sawah.
j) Persatuan gawe
Persatuan gawe sama seperti nyambat-sambat, yaitu berhubungan dengan pekerjaan pertanian. Hanya saja ini sistemnya adalah kesepakatan seluruh masyarakat kampung yang lebih terorganisir. Jadi yang ingin ikut persatuan gawe ini harus ikut kumpul terlebih dahulu sebelumnya untuk membahas apa dan bagaimana yang akan dikerjakan. Persatuan gawe ini bertujuan untuk meringankan dan mempercepat proses pekerjaan karena dilakukan oleh seluruh masyarakat kampung. Dan umumnya persatuan gawe ini diperuntukan hanya untuk kaum laki-laki saja.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, Dusun Bojongneros merupakan daerah yang terbilang pelosok, namun perkembangan dan pertumbuhan daerah tetap berjalan meski tidak sepesat daerah ssekitarnya. Dalam setiap perkembangan pasti ad wujud perubahannya, begitu pula yang terjadi pada sistem resiprositas pada masyarakat Dusun Bojongneros. Akan tetapi perubahan yang nampak masih sebatas pada hal-hal kecil saja, sehingga perubahan tersebut tidak mengurangi esensi dari dilkukannya proses resiprositas tersebut.
Salah satu bentuk perubahan yang terjadi yaitu, dulu dalam melakukan pekerjaan pertanian, untuk dapat meringankan beban pekerjaan hanya dikenal dengan yang telah dijelaskan diatas yaitu nyambat-sambat dan liliuran. Namun dengan seiring berjalannya waktu, dan kebutuhan masyarakat akan efisiensi dan efektivitas munculah inisiatif warga untuk membentuk persatuan gawe yang baru berjalan beberapa tahun ini. Dimana tujuannya untuk mempersepat dan meringankan proses pekerjaan. Selain itu juga perubahan pada ngadatangan-nyorog, diman dulunya hanya sebatas untuk saling mengunjungi dan mengenal dua keluarga dari psangan yang hendak menikah tanpa harus membawa uang, perhiasan, ataupun makanan. Namun sekarang hal tersebut menjadi tabu ketika tidak dilakukan. Perubahan-perubahan tersebut akan terus berkembang seiring dengan berjalannya waktu yang bisa saja perubahan membutuhkan waktu cukup lama sesuai kebutuhan masyarakat
Terimakasih atas Informasinya kaka 🙂