Proses internalisasi merupakan proses penghayatan yang berlangsung sepanjang hidup individu mulai saat dilahirkan hingga akhir hayatnya. Dalam sepanjang hidupnya, seseorang terus belajar mengolah segala perasaan, hasrat, nafsu, dan emosi yang kemudian membentuk kepribadian. Melalui hubungan sosial yang terjalin antara individu dan kelompok, proses internalisasi terjadi pada diri seseorang.
Proses internalisasi pada dasarnya tidak hanya monoton didapat dari keluarga, melainkan dapat didapat dari lingkungan kita. Lingkungan yang dimaksud tersebut adalah lingkungan sosial. Secara tidak sadar kita telah dipengaruhi oleh berbagai tokoh masyarakat, seperti Pejabat, Guru, Kyai, dll. Dari situlah kita dapat memetik beberapa hal yang kita dapatkan dari mereka yang kemudian kita menjadikannya sebagai sebuah kepribadian dan kebudayaan kita. Kepribadian sendiri artinya adalah suatu gaya perilaku yang menetap dan secara khas dapat dikenali pada setiap individu. Sedangkan Karakter adalah budi pekerti yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action).
Internalisasi merupakan suatu proses penenaman nilai tentang budaya. Dalam penanaman dan penumbuhkembangan nilai tersebut dilakukan melalui berbagai didaktik-metodik pendidikan dan pengajaran, seperti pendidikan, pengarahan indoktrinasi, brain-washing, dan lain sebagainya.Pendidikan dianggap sebagai alternatif yang bersifat preventif dianggap sebagai alat untuk mencegah, memperkecil dan mengurangi penyebab berbagai masalah budaya dan karakter bangsa. Memang diakui bahwa hasil dari pendidikan akan terlihat dampaknya dalam waktu yang tidak segera, tetapi memiliki daya tahan dan dampak yang kuat di masyarakat.
Proses internalisasi berpangkal dari hasrat-hasrat biologis dan bakatbakat naluri yang sudah ada dari warisan dalam organisme tiap individu yang dilahirkan. Akan tetapi, yang mempunyai peranan terpenting dalam hal membangun manusia kemasyarakatan itu adalah situasi-situasi sekitar, macam-macam individu lain di tiap-tiap tingkat dalam proses sosialisasi dan enkulturasinya (Koentjaraningrat, 1980:229). Kelompok pertama yang mengenalkan nilai-nilai kebudayaan kepada anak adalah keluarga dan di sinilah terjadi interaksi dan pendisiplinan pertama yang dikenalkan kepadanya dalam kehidupan social (Khairuddin, 1997:163). Geertz (1973:7) mengatakan bahwa peranan keluarga bagi orang Jawa merupakan wadah dalam memberikan bimbingan moral, mendidik anggota keluarga dari masa kanak-kanak menuju masa tua dengan mempelajari nilai-nilai budaya Jawa.
Salah satu fungsi keluarga adalah sebagai lembaga sosialisasi nilai-nilai budaya yang berlaku di suatu masyarakat. Seperti yang dikemukakan oleh Keesing (1992:23) bahwa keluarga merupakan pusat seluruh kehidupan sosial seorang anak, di situ ia diasuh, dibesarkan, dan dididik tentang kebudayaannya, hubungan seksual dan reproduksi. Karena itu, kelestarian masyarakat terpusat pada keluarga.
Melalui internalisasi inilah anak-anak akan diajarkan oleh orang tua dan anggota keluarga lainnya aturanaturan atau norma-norma yang harus mereka patuhi. Dalam pelaksanaan sosialisasi banyak komponen terkait di dalamnya antara lain: cara, peran, nilai, dan media yang digunakan. Semua ini mempunyai dampak dan pengaruh terhadap proses maupun keberhasilan sosialisasi, baik di lingkungan keluarga maupun di lingkungan masyarakat.
Sumber:
https://abubakarmangun.blogspot.co.id/2013/04/proses-internalisasi-nilai-nilai-budaya.html
Drs. Kurnia, Anwar. 2007. IPS Terpadu. Yogyakarta: Yudistira
https://blog.unnes.ac.id/apriyani09/?p=145
Comments