Suku bangsa Dani adalah sebutan bagi penduduk yang tinggal di Lembah Baliem (Keturunan Moni, penduduk dataran tinggi Pinai, yang datang ke Lembah Baliem), yang memiliki luas sekitar 1.200 Km2. Dani adalah orang asing yang awalnya berbunyi Ndani, setelah ada perubahan fenom “N” hilang menjadi Dani dan masuk ke pustaka etnografi. Suku Dani lebih senang disebut suku Parim. Suku ini sangat menghormati nenek moyangnya dengan penghormatan mereka biasanya dilakukan melalui upacara pesta babi. Bahasa Dani terdiri dari 3 sub keluarga bahasa, yaitu:

– Sub keluarga Wano
– Sub keluarga Dani Pusat yang terdri ataslogat Dani Barat dan logat lembah Besar Dugawa.
– Sub keluarga Nggalik & ndash; Dugawa
Selain itu juga bahasa suku Dani termasuk keluarga bahasa Melansia dan bahasa Irian (secara umum).

Sistem Religi / Kepercayaan
Dasar religi masyarakat Dani adalah sama uraian yang di atas yaitu menghormati roh nenek moyang dan juga diselenggarakannya upacara yang dipusatkan pada pesta babi. Konsep kepercayaan / keagamaan yang terpenting adalah Atou, yaitu kekuatan sakti para nenek moyang yang diturunkan secara patrilineal (diturunkan kepada anak laki-laki). Kekuasaan sakti ini antara lain :
– kekuatan menjaga kebun
– kekuatan menyembuhkan penyakit dan menolak bala
– kekuatan menyuburkan tanah
Untuk menghormati nenek moyangnya, suku Dani membuat lambang nenek moyang yang disebut Kaneka. Selain itu juga adanya Kaneka Hagasir yaitu upacara keagamaan untuk menyejahterakan keluarga masyarakat serta untuk mengawali dan mengakhiri perang.

Sistem Kekerabatan Sistem kekerabatan masyarakat Dani ada tiga yaitu kelompok kekerabatan, paroh masyarakat, dan kelompok teritorial.
a. Kelompok kekerabatan yang terkecil dalam masyarakat suku Dani adalah keluarga luas. Keluarga luas ini terdiri atas tiga atau dua keluarga inti bersama – sama menghuni suatu kompleks perumahan yang ditutup pagar (lima). Pernikahan orang Dani bersifat poligami diantaranya poligini. Keluarga batih ini tinggal di satu – satuan tempat tinggal yang disebut siimo. Sebuah desa Dani terdiri dari 3 & ndash; 4 slimo yang dihuni 8 & ndash; 10 keluarga. Menurut mitologi suku Dani berasal dari keuturunan sepasang suami istri yang menghuni suatu danau di sekitar kampung Maina di Lembah Baliem Selatan. Mereka mempunyai anak bernama Woita dan Waro. Orang Dani dilarang menikah dengan kerabat suku Moety sehingga perkawinannya berprinsip eksogami Moety (perkawinan Moety / dengan orang di luar Moety).
b. Paroh masyarakat. Struktur masyarakat Dani merupakan gabungan beberapa ukul (klen kecil) yang disebut ukul oak (klen besar)
c. Kelompok teritorial. Kesatuan teritorial yang terkecil dalam masyarakat suku bangsa Dani adalah kompleks perumahan (uma) yang dihuni untuk kelompok keluarga luas yang patrilineal (diturunkan kepada anak laki-laki).

Kesenian dan Kerajinan
Kesenian masyarakat suku Dani dapat dilihat dari cara membangun tempat kediaman, seperti disebutkan di atas dalam satu silimo ada beberapa bangunan, seperti : Honai, Ebeai, dan Wamai. Selain membangun tempat tinggal, masyarakat Dani mempunyai seni kerajinan khas, anyaman kantong jaring penutup kepala dan pegikat kapak. Orang Dani juga memiliki berbagai peralatan yang terbuat dari bata, peralatan tersebut antara lain : Moliage, Valuk, Sege, Wim, Kurok, dan Panah sege.

Sistem Politik dan Kemasyarakatan
Masyarakat Dani senantiasa hidup berdampingan dan saling tolong menolong, kehidupan masyarakat Dani memiliki ciriciri sebagai berikut :
– Masyarakat Dani memiliki kerjasama yang bersifat tetap dan selalu bergotong royong
– Setiap rencana pendirian rumah selalu didahului dengan musyawarah yang dipimpin oleh seorang penata adat atau kepala suku
– Organisasi kemasyarakat pada suku Dani ditentukan berdasarkan hubungan keluarga dan keturunan dan berdasarkan kesatuan teritorial. Suku Dani dipimpin oleh seorang kepala suku besar yaitu disebut Ap Kain yang memimpin desa adat watlangka, selain itu ada juga 3 kepala suku yang posisinya berada di bawah Ap Kain dan memegang bidang sendiri & ndash; sendiri, mereka adalah : Ap. Menteg, Ap. Horeg, dan Ap Ubaik Silimo biasa yang dihuni oleh masyatakat biasa dikepalai oleh Ap. Waregma. Dalam masyarakat Dani tidak ada sistem pemimpin, kecuali istilah kain untuk pria yang berarti kuat, pandai dan terhormat. Pada tingkat uma, pemimpinnya adalah laki-laki yang sudah tua tetapi masih mampu mengatur urusannya dalam satu halaman rumah tangga maupun kampungnya. Urusan tersebut antara lain : Pemeliharaan kebun dan Bahi, serta Melerai pertengkaran. Pemimpin federasi berwenang untuk memberi tanda dimulainya perang atau pesta lain. Pertempuran dipimpin untuk para win metek. Pemimpin konfederasi biasanya pernah juga menjadi win metek, meski bukan syarat mutlak, syarat menjadi pemimpin masyarakat Dani : Pandai bercocok tanam, bersifat ramah dan murah hati, pandai berburu, memiliki kekuatan fisik dan keberanian, pandai berdiplomasi, dan pandai berperang.

Sistem Ekonomi
Nenek moyang orang Dani tiba di Irian hasil dari suatu proses perpindahan manusia yang sangat kuno dari daratan Asia ke kepulauan Pasifik Barat Irian Jaya.
Kemungkinan pada waktu itu masyarakat mereka masih bersifat praagraris yaitu baru mulai menanam tanaman dalam jumlah yang sangat terbatas. Inovasi yang berkesinambungan dan kontak budaya menyebabkan pola penanaman yang sangat sederhana tadi berkembang menjadi suatu sistem perkebunan ubijalar, seperti sekarang. Mata pencaharian pokok suku bangsa Dani adalah bercocok tanam dan beternak babi. Umbi manis merupakan jenis tanaman yang diutamakan untuk dibudidayakan, artinya mata pencaharian umumnya mereka adalah berladang.

Pendidikan
Sebagaimana suku – suku pedalaman Irian seperti halnya suku Dani umumnya tingkat pendidikan (formal) rendah dan kesadaran untuk menimba ilmunya juga masih kurang, ironisnya lagi guru-guru masih terbatas.

Rumah adat
Gubuk-gubuk berbentuk lingkaran dengan diameter 3-5 meter ini adalah rumah adat suku Dani di Papua. Rumah Honai terbuat dari kayu dengan atap berbentuk kerucut yang terbuat dari jerami atau ilalang. Uniknya rumah Honai terbagi dalam tiga tipe, yaitu Honai yang khusus untuk kaum cowok (disebut Honai juga), honai buat kaum cewek (disebut Ebei), dan honai buat kandang babi (disebut Wamai). Bagi suku di Pegunungan Tengah Papua ini, babi emang jadi simbol kekayaan. Bahkan bisa di jadiin sebagai mas kawin loh! Ruangan dalam Honai sengaja dibangun sempit atau kecil dan tanpa jendela yang bertujuan untuk menahan hawa dingin yang biasanya sampai 5 derajat celcius di pegunungan Papua. Honai pun dibangun setinggi 2,5 meter dan dipasang api unggun di tengahnya sebagai penghangat. Rumah Honai biasa ditinggali oleh 5 hingga 10 orang. pada umumnya rumah Honai terbagi jadi dua dan dihubungkan dengan tangga dari bambu. Lantai dasar digunakan untuk para cowok tidur secara melingkar, sedangkan lantai satu adalah tempat untuk kaum cewek tidur.