Nampak jelas dari kejauhan, seorang pria sedang duduk terpekur di pinggir laju modernisasi kota ini. Usianya kisaran lima puluh tahun, dengan kacamata usang melekat di wajahnya yang terlihat menyilaukan terkena cahaya surya. Ia seakan-akan tak mau enyah dari posisi nyamannya dan masih asyik menerawang dinding-dinding bangunan besar sisa-sisa peradaban zaman yang masih kokoh menantang langit. Tatapan kosong pria tersebut, seakan-akan penuh pertanyaan serta kekaguman, dimana sekarang ia masih bisa melihat salah satu peninggalan sejarah peradaban masa lalu di masa yang antah-berantah ini, di masa yang orang-orang sering menginterpretasikannya dengan masa atau era globalisasi. selengkapnya