Hai sahabat cakrawalars
Selamat datang di halaman kami. Kali ini kami akan menyuguhkan materi yang sangat menarik untuk anda, kalian-kalian para pencari pengetahuan. Masih tentang Sosiologi Politik,kali ini akan kami sampaikan materi tentang Identitas Sosial dan Politik: Kekerasan Tahun 965 – 1966 dan Dampak Buruknya.
Berikut materinya…
Dalam bab ini, tergambar perspektif megenai bagaimana kejamnya kaum muslim Nahdlatul Ulama’ dalam membantai orang-orang PKI. Golongan Nahdlatul Ulama’ dipandang sebagai organisasi masyarakat yang sangat garang, yang begitu haus akan darah orang-orang PKI, dan begutu bersemangat untuk melakukan pembunuhan dan berperang melawan orang-orang PKI. Di sini tergambar jelas bahwa orang-orang Islam Nahdlatul Ulama’lah penyebab kekacauan dan pembunuhan berdarah yang terjadi pada saat itu. Hal ini dapat kita simak melalui ulasan-ulasan redaksional kalimat dan isi dalam pembahasan di bab ke-tujuh ini.
Kekerasan yang melanda seluruh Jawa menyusul kegagalan tokoh-tokoh sayap kiri dalam kudeta di Jakarta, yang pada suatu malam tanggal 30 September 1965 ditangkap oleh PKI Pasuruan dengan perasaan terkejut. Kudeta dan akibat pemberontakan tentara-tentara berhaluan kiri di Jawa Tengh meledak dalam beberapa hari. Dalam waktu singkat setelah peristiwa itu, kekuatan tentara mulaimembersihkan secara internal pejabat-pejabat yang berhaluan kiri. Anshor, organisasi kepemudaan Nahdlatul Ulama’ dilaporkan merupakan kelompok yang berada di garis depan dalam pembunuhan itu.
Di daerah bawah Pasuruan, organissi-organisasi pemuda bergabung dengan pemimpin-pemimpin Nahdlatul Ulama’ dan mulai melakukan penyerangan terhadap PKI. Target pertama dari kekerasan ini adalah mereka-mereka yang secara langsung terkait dengan PKI di daerah bawah. Pada peristiwa yang lebih terkesan spontan atau kekerasan yang tidak terorganisisr ini, serangan berlangsung secara brutal dan tidak disipin, menghancurkan tatanan hukum, keluarga, dan penculikan semakin meluas. Sungai-sungai di daerah ini dipenuhi dengan mayat-mayat manusia, di jalan-jalan nampak beberapa organ intim yang berserakan dan berbau sangat busuk. Pembantaian ini kurang lebih berlangsung selama satu bulan lamanya.
Serangan anti Kejawen menebarkan teror di lingkungan penduduk daerah atas. Di desa-desa lereng tengah, Sesaji ditempat-tempat pemujaan Dhanyang diam-diam ditangguhkan, dan peminat Jumatan bertambah besar. Kekejaman ini akhirnya mencapai wilayah pegunungan. Sementara didorong dan dibeberapa kejadian bahkan dipersenjatai oleh agen-agen negara, aktivits di daerah bawah pada permulaan pembantaian bertindak dengan mempertimbangkan kemerdekaan dari pemerintah atau militer. Target pembantaian selanjutnya setelah para PKI adalah mereka-mereka penganut kepercayaan Kejawen.
Hari-hari penuh teror berlangsung berminggu-minggu lamanya, ketika kelompok Muslim di daerah bawah yang dipersenjatai dan didampingi oleh pengawas tentara tiba di daerah atas untuk mulai melakukan pembersihan berdarah. Tidak terdapat orang-orang dari golongan Kejawen, Hindu, atau pegawai-pegawai pamong praja dari daerah pegunungan yang tergabung dalam komite kordinasi untuk melakukan pembersihan ini. selama pembantaian ini berlangsung, individu-individu seperti kepala desa Kejawen ini akan dieksekusi tanpa berfikir panjang. Pemuda Anshor telah mengeksekusi beberapa pemimpin terkemuka yang anti organisasi Islam yang diketahui menganutagama Budha-Visnu Jawa. Dalam masalah ini, pemuda Anshor mengambil inisiatif tanpa mendapatkan instruksi dari gubernur atau militer untuk tindakan tersebut.
Dalam hal ini, perubahan terjadi pada orang-orang Jawa Mulim di daerah lereng tengah pegunungan. Hanya dengan rentang waktu dua tahun setelah pembantaian besar-besaran terjadi, orang-orang Jawa Muslim di daerah tersebut semakin bertambah jumlahnya dan meningkat pula perhatian mereka terhadap kegiatan-kegiatan di masjid, karena dengan cara itu, tuduhan yang diberikan kepada mereka sebagai bagian dari anggota Komunis semakin berkurang. Perubahan selanjutnya terjadi didaerah yang sama, yaitu berkurangnya Kaum Kejawen.
Para Kaum Kejawen ini dipaksa oleh Undang-Undang untuk mengakui salah satu dari agama-agama yang diakui pemerintah (dimana Islam Kejawen tidak termasuk di dalamnya). Satu aspek yang paling penting dalam kehidupan kebudayaan berbegara yang baru yakni pengakuan terhadap agama-agama resmi pemerintah, yang bagi mereka adalah Islam. Daya pikat dari barang-barang baru, berkah meningkatnya pendapatan ditopang oleh negara yang lebih berkuasa, beberapa orang desa yang makmur menjawab perubahan ini secara antusias.