Manusia merupakan makhluk individu dan makhluk sosial. sebagai makhluk individu, manusia mempunyai keterikatan dengan yang menciptakannya, yaitu Tuhan Yang Maha Kuasa. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa hidup sendiri, manusia merupakan makhluk yang selalau membutuhkan orang lain dalam proses kehidupannya. Untuk mampu bersatu dengan orang lain, diperlukan adanya interaksi yang baik, interaksi yang mampu menghangatkan suasana, interaksi yang mampu menimbulkan kemistri antara orang yang melakukan interaksi tersebut.
dalam proses interaksi, diperlukan cara-cara yang baik, diperlukan aturan-aturan yang sesuai dengan keadaan manusia. Aturan-aturan itu sering disebut sebagai nilai tentang tingkah laku. Inilah yang menjadi teka-teki bagi saya, mengapa selama ini saya harus melakukan aturan-aturan dalam berinteraksi, mengapa harus ada aturan-aturan tersebut, maka muncul keinginan dalam hati saya untuk mengetahui akan hal itu, dan ternyata aturan-aturan tersebut merupakan aturan tentang bagaimana kehidupan ini menurut pandangan budaya jawa, untuk itulah saya menulis tulisan ini, yang berisi tentang bagaimana pemahaman saya mengenai aturan-aturan hidup yang selama ini saya ketahui, serta bagaimana aturan hidup yang belum saya ketahui, yang ternyata itu harus saya terapkan dalam kehidupan saya.
Untuk mengawali tulisan ini, saya terlebih dahulu membawa anda menuju pengertian awal mengenai masyarakat. Masyarakat merupakan sekelompok orang yang tinggal secara bersama dalam suatu lokasi atau suatu wilayah tertentu, mereka mempunyai tujuan yang sama, dimana dengan tujuan yang sama itulah muncul keinginan yang kuat pada diri setiap masing-masing dari mereka untuk bersatu dengan orang lain, untuk berkelompok dengan orang lain, sehingga terciptalah suatu kehidupan bermasyarakat. Hendropuspito sebagaimana dikutip oleh Handoyo (2015:1) mendefinisikan bahwa “masyarakat merupakan suatu kesatuan yang tetap dari orang-orang yang hidup di daerah tertentu dan bekerja sama dalam kelompok-kelompok berdasarkan kebudayaan yang sama untuk mencapai kepentingan yang sama”. Dalam hidup bermasyarakat, seseorang dituntut untuk mematuhi dan menjalankan aturan-aturan hidup yang telah dibuat dan disepakati bersama oleh semua anggota masyarakat, dimana aturan-aturan itulah yang menjadi pedoman oleh anggota masyarakat dalam menjalani kehidupan mereka.
Berbicara tentang masyarakat, Negara Indonesia sendiri merupakan negara yang memiliki komposisi masyarakat yang sangat banyak dan beragam atau heterogen, dimana dengan keadaan masyarakat yang heterogen itulah yang menjadikan Negara Indonesia ini menjadi suatu negara yang indah, negara yang didalamnya terdapat berjuta keragaman yang saling rukun dan bersatu membentuk suatu kesatuan yang utuh, yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia. Salah satu masyarakat yang ada di Indonesia yaitu masyarakat jawa. Masyarakat jawa merupakan suatu masyarakat yang sangat kental dengan nilai-nilai kebudayaan jawanya. Banyak dari mereka yang hingga saat ini masih senantiasa memegang teguh nilai-nilai budaya jawa yang telah diajarkan oleh nenek moyang mereka. Mereka memandang bahwa, nilai-nilai budaya tersebut merupakan suatu konsensus bersama yang harus dipatuhi dan dijadikan sebagai suatu pedoman, serta pegangan bagi mereka dalam menjalani proses kehidupan sehari-hari. Tidak terkecuali adalah saya sendiri, dimana dalam keseharian hidup saya, saya masih memegang nilai-nilai kebudayaan jawa yang selama ini ditanamkan oleh orang tua saya dalam diri saya, sehingga menjadikan saya hidup dalam aturan-aturan yang mengikat dan membelenggu saya untuk berperilaku serta beraktivitas sesuai dengan aturan-aturan jawa tersebut.
Banyak sekali nilai-nilai kehidupan jawa yang menurut saya telah saya terapkan serta saya implementasikan dalam proses kehidupan saya selama ini. Beberapa diantaranya yaitu nilai-nilai tentang bagaimana cara saya bersikap dan berinteraksi dengan orang lain, baik itu dengan orang yang lebih muda, dengan sesama, ataupun dengan orang yang usianya lebih tua dari saya. Selain itu ada juga nilai-nilai tentang bagaimana sikap yang harus saya lakukan terhadap Tuhan saya, yaitu ALLAH SWT. Berkat keseriusan orang tua saya dalam mendidik serta mengajarkan kepada saya mengenai nilai-nilai serta aturan-aturan tentang kehidupan masyarakat jawa tersebut, menjadikan nilai-nilai tersebut telah melekat dan tertanam kuat dalam diri saya, sehingga sangat sulit bagi saya untuk menghindar, apalagi beranjak untuk pergi meninggalkan aturan-aturan tersebut dalam keseharian hidup saya. Semua nilai serta aturan tersebut diajarkan oleh orang tua saya, dan selama ini saya telah mencoba untuk merealisasikan atau menerapkan nilai-nilai kebudayaan jawa tersebut dalam kehidupan sehari-hari saya.
Berbicara tentang nilai-nilai dalam budaya jawa, tidak hanya sebatas bagaiman perilku yang seharusnya diterapkan oleh manusia dalam menjalani kehidupan, namun juga ada nilai-nilai tentang konsep kehidupan masyarakat jawa yang sejati. Pandangan mengenai bagaimana kehidupan masyarakat jawa yang sejati terdapat dalam pemahaman masyarakat jawa terkait dengan konsep kehidupan sangkan paraning dumadi manunggaling kawula Gusti. Konsep budaya jawa yang satu ini merupakan konsep baru bagi saya, karena sebelumnya saya belum mengetahui tentang konsep ini, maka setelah mempelajari tentang konsep budaya jawa tentang sangkan paraning dumadi manunggaling kawula Gusti ini, membuat hati dan fikiran saya menjadi lebih terbuka dalam mengetahui serta memahami bagaimana sesungguhnya manusia itu, apa tujuan manusia hidup di dunia, serta kemana manusia akan kembali setelah manusia itu meninggal dunia.
Sebelum saya mempelajari serta memperdalam tentang konsep ini, saya memang sudah sedikit mengetahui tentang arti kehidupan bagi manusia, namun hal itu ternyata masih sangat kurang sekali. Konsep kehidupan manusia sejati yang selama ini saya ketahui ternyata hanyalah sebagian kecil dari konsep kehidupan manusia sejati yang sesungguhnya. Sebelumnya saya hanya mengetahui tentang darimana manusia itu ada, yaitu diciptakan oleh sang Maha Kuasa yaitu ALLAH SWT, kemudian untuk tujuan hidup manusia hidup di bumi menurut pemahaman saya sebelumnya adalah untuk beribadah kepada ALLAH, dan kemana manusia akan kembali yaitu kembali kepada ALLAH.
Hal itu memang benar adanya demikian, namun itu merupakan konsep kehidupan manusia menurut ajaran agama saya, yaitu agama Islam.
Setelah saya mempelajari dan memperdalam mengenai konsep kehidupan sangkan paraning dumadi manunggaling kawula Gusti, saya menjadi lebih mengetahui bagaimana konsep kehidupan manusia yang sejati menurut kebudayaan jawa, dan hal itu menjadikan pengetahuan saya tentang konsep kehidupan manusia sejati semakin bertambah. Tidak hanya menurut pandangan agama, namun juga menurut pandangan budaya.
Endraswara (2003:240) menjelaskan bahwa “Konsep manunggaling kawula Gusti memberikan pengertian pada beberapa hal menyangkut asal dan tujuan hidup manusia”. Konsep sangkan paraning dumadi manunggaling kawula Gusti merupakan konsep hidup orang jawa yang di dalamnya menjelaskan tentang dari mana asal-usul manusia, yaitu berasal dari sang kuasa/ diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Dalam konsep tersebut juga menjelaskan tentang apa tujuan manusia hidup di dunia, yaitu untuk menyembah tuhannya, sebagai bentuk terimakasih atas semua yang telah tuhan berikan kepada manusia, dan juga manusia hidup itu untuk berbuat baik, agar mendapatkan kebahagiaan hidup yang sejati, kebahagiaan hidup yang kekal abadi, yaitu kebahagiaan hidup di surga ilahi. Manusia harus melakukan perbuatan-perbuatan baik yang mampu mengantarkan mereka menuju kebahagiaan hidup yang sejati tersebut. Dalam konsep sangkan paraning dumadi ini juga menjelaskan tentang kemana manusia akan kembali, bagaimana kehidupan yang akan dijalani manusia setelah meninggalkan dunia ini, yaitu kembali kepada yang menciptakan mereka, kembali kepada Sang Ilahi.
Setelah saya mempelajari serta memperdalam tentang itu semua, saya menjadi lebih tau banyak tentang bagaimana konsep kehidupan masyarakat jawa yang sebenarnya, konsep kehidupan yang selama ini dijadikan sebagai pedoman oleh masyarakat jawa dalam menjalani kehidupan mereka. Dengan ini saya menjadi lebih mengetahui tentang bagaimana orang jawa itu memaknai kehidupan. Sebagai bagian dari masyarakat jawa, sudah sepatutnya saya harus tahu dan menerapkan tentang konsep budaya jawa tersebut dalam kehidupan pribadi saya, maka inilah yang menjadikan saya berfikir untuk mencoba berusaha menerapkan konsep budaya jawa tersebut dalam kehidupan pribadi saya. Dengan mengetahui akan konsep kehidupan yang sejati tersebut, kini saya menjadi sering berintrospeksi diri, apakah selama ini kehidupan yang saya jalani sudah sesuai dengan konsep kehidupan menurut budaya jawa apa belum, apakah kehidupan yang saya jalani selama ini justru bertentangan dengan konsep tersebut. dengan hal inilah yang menjadikan saya untuk lebih peka dalam memaknai kehidupan, lebih bersabar terhadap suatu ujian, dan lebih pandai bersyukur atas apa yang telah diberikan Tuhan kepada saya.
Saya menyadari bahwa dulu sebelum saya mempelajari dan juga memperdalam tentang konsep sangkan paraning dumadi manunggaling kawula gusti ini, jujur saya memang belum tahu-menahu banyak mengenai bagaimana konsep kehidupan ini menurut orang jawa atau menurut kebudayaan jawa yang sesungguhnya. Dalam kehidupan sehari-hari, saya hanya patuh dengan berbagai macam aturan ataupun berbagai kebiasaan yang diperintahkan oleh orang tua saya kepada saya, tanpa mengetahui apa alasan mereka dan juga mengapa mereka (orang tua saya) memerintahan saya untuk berbuat demikian dalam keseharian hidup saya. Mengapa dengan gigih kedua orang tua saya menyuruh dan membimbing saya untuk menerapkan aturan-aturan tersebut dalam keseharian saya. Setelah saya mempelajari ilmu ini, saya menjadi tahu mengapa orang tua saya bersikukuh mendidik dan membimbing saya mengenai etika-etika kehidupan, mengenai pola perilaku yang harus saya lakukan. Ternyata itu semua merupakan salah satu identitas yang menandakan bahwa saya ini adalah bagian dari masyarakat jawa, bagian dari pemilik kebudayaan jawa, maka sudah seharusnya saya menerapkan kebudayaan tersebut dalam kehidupan sehari-hari saya.
Daftar Pustaka:
- Endraswara, Suwardi. 2003. Falsafah Hidup Jawa. Yogyakarta: Penerbit Cakrawala.
- Handoyo, Eko, dkk. 2015. Studi Masyarakat Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Hai Rohmat, artikel yg kamu sajikan sangat informatif sehingga saya dapat mengetahui bagaimana religi dan etika yang ada pada masyarakat Jawa. Terus semangat dalam menulis yaa
hai juga hasna. ok, siap. mari berkarya….
Terimakasih kasih kakak atas isi postinganya sangat bermanfaat sebagai penambah wawasan bagi pembaca.
Salam generasi muda berprestasi
ok,salam.