Bismillah…
Ada banyak sekali masalah saat Anda memulai bisnis online, namun hanya satu masalah yang paling fatal: tidak bisa mendapatkan pembeli.
Menurut saya pribadi, bisnis online bisa Anda mulai dengan resiko yang sangat minim bahkan, memetik kata-kata noah Kagan: mendekati nol. Artinya hampir tidak ada resiko sama sekali saat memulai.
Perkembangan teknologi menghadirkan aliran keyakinan (ini bener ga bahasanya?) baru di dunia entrepreneurship, yaitu Risk-averse entrepreneurs, atau pebisnis yang menghindari resiko.
Kenapa? Karena resiko terbesar memulai bisnis, seperti yang saya tuliskan diatas, adalah menjual produk dimana tidak ada yang menginginkannya dan mau membelinya. Karena tidak adanya pembeli, bisnis tersebut tidak memiliki cashflow yang bagus dan akhirnya mati.
Nah, teknologi saat ini memungkinkan kita memprediksi laris atau tidaknya sebuah penawaran, hingga mendapatkan pembeli walaupun produknya belum ada. Hal inilah yang, jika kita manfaatkan dengan tepat, bisa menekan resiko kegagalan di awal bisnis.
Sebenarnya ini bukan hal baru, pebisnis atau entrepreneur ternyata bukanlah pengambil resiko (atau nekat) seperti yang banyak orang duga. Sebuah studi di Inggris bahwa 52% itu bukan pengambil resiko, mereka cendrung menghindarinya.
Studi lengkapnya ada disini >> https://www.inc.com/kathleen-kim/entrepreneurs-more-cautious-not-risk-takers.html
Namun, artikel ini saya tulis bukan artinya bisnis tidak beresiko. Bisnis pasti beresiko, bahkan tidak berbisnis pun ada resikonya.
Intinya berbisnis adalah keberanian. Namun menurut saya berani dengan nekat adalah 2 hal berbeda. Setelah Anda kalkulasi semua hal berikut ini pun Anda masih harus melakukan percobaan untuk mengetahui apakah penawaran produk Anda akan berhasil atau tidak. Dan butuh keberanian ekstra untuk memulai dan mencoba apakah penawaran Anda akan berhasil. Berani mencoba dan tekun inilah yang menurut saya banyak menjadi kunci sukses pebisnis online.
Berbeda dengan nekat. Menurut saya nenjadi reseller seuatu produk hanya karena kita menyukai produknya itu nekat. Terjun ke bisnis tanpa skill menjual online dan tidak menguasai medan perang seperti aplikasi yang digunakan, layanan dashboard iklan, sumber traffic, dll juga nekat.
Skill menurut saya adalah pembeda orang yang mengelola resiko dengan orang yang menghadapi resiko didalam bisnis online. Namun di lapangan banyak saya temui orang-orang yang tidak mempelajari skill berbisnis online kemudian gagal lalu mengatakan: “Bisnis online itu ga bener”, atau “Menghasilkan uang di internet itu banyak nipunya” atau “workshop si anu itu ga jelas”, atau menjadi rendah diri, seperti: “Aku ga bakat bisnis mas”, dll.
Untuk (maaf) membersihkan wc di mall saja Anda akan mendapatkan pelatihan dari perusahaan yang mempekerjakan Anda untuk mengasah skill (bagaimana cara membersihkan) dan menanamkan attitude yang tepat (bagaimana berinteraksi dengan pengguna kamar mandi). Namun kenapa saat akan memulai bisnis online jarang sekali pebisnis pemula membekali diri mereka sendiri dengan skill dan attitude yang tepat? Padahal menurut saya menjalankan bisnis online lebih kompleks daripada membersihkan wc.
8 Cara Meminimalisir Resiko Saat Akan Memulai Bisnis Online
Jadi bagaimana Anda bisa meminimalisir bisnis online, berikut ini beberapa hal yang bisa Anda lakukan:
Lihat data yang ada sekarang untuk mengetahui potensi pasar.
Internet saat ini menyimpan data lebih banyak dari yang Anda butuhkan, dan data-data itu terkadang tersedia untuk Anda pelajari. Beberapa layanan yang bisa Anda gunakan adalah:
- Google Trends – Untuk melihat trend yang sedang hangat di masyarakat dan memprediksi permintaan pasar.
- Keyword Planner – Untuk mendapatkan gambaran permintaan pasar dan persaingan dari sebuah kata kunci. Anda bisa menggunakan kata kunci produk Anda disini.
Tes pasar dengan menjual MVP menggunakan iklan.
MVP atau Minimum Viable Product adalah satuan terkecil yang bisa Anda jual dari produk Anda. Hal ini cocok untuk menekan biaya produksi di awal agar Anda tidak rugi saat ternyata produk itu tidak laku. Ketika akhirnya laku Anda sudah memiliki model produk nya untuk nantinya bisa Anda produksi massal.
Anda kemudian tinggal mengiklankan produk MVP itu untuk mendapatkan feedback atau masukan dari konsumen. Untuk lebih jelas mengenai MVP, silahkan tonton video dibawah ini. Durasinya lebih dari 1 jam dan saya yakin akan memunculkan ide-ide liar di kepala Anda untuk langsung beriklan dan tes pasar.
Buat landing page
Landing page adalah SPG nya dunia online marketing. Semakin seksi dan bahenol landing page Anda, semakin ia akan menarik orang untuk mempelajari penawaran Anda.
Dropbox menurut saya adalah contoh perusahaan yang sangat berhasil menggunakan metode ini. Mereka membuat landing page yang berisi video penjelasan produk dan formulir untuk menuliskan alamat email jika ternyata pengunjungnya tertarik untuk mencoba.
Menariknya adalah, saat itu produknya belum ada, jadi Dropbox masih berupa ide dan mockup (model). Ribuan email terkumpul di hari pertama landing page itu tayang dan Dropbox pun lahir.
Berapa lama membuat Dropbox? Mungkin berbulan-bulan. Berapa lama membuat landing page? Mungkin 15 menit. Dan Anda bisa langsung tau apakah orang lain tertarik atau tidak dengan penawaran Anda di landing page itu sebelum produk Anda jadi.
Landing page legendaris itu masih bisa Anda lihat disini >> https://dl.dropboxusercontent.com/u/27532820/original_screencast.html
Bangun audiens terlebih dahulu
Saat ini Anda bisa dengan mudah membangun audiens, menarik follower di Twitter dan Facebook. Semuanya gratis. Jadi jikapun Anda belum punya produk atau ide bisnis, Anda selalu bisa membangun audiens yang akan tertarik dengan bisnis Anda nantinya.
Karenanya saat ini banyak Anda temui orang-orang yang memiliki banyak follower di Instagram kemudian berjualan atau meng-endrose jualan orang lain untuk kemudian menjadikan popularitasnya sebagai bisnis.
Kalau pembelinya sudah Anda, maka produknya bisa Anda cari darimana saja, lebih baik lagi, bisa Anda buat sesuai keinginan audiens Anda.
Crowdfunding
Jika Anda punya ide liar, dan ingin tau apakah orang akan membayar untuk ide liar Anda tersebut, maka crowdfunding adalah solusinya.
Crowdfunding intinya adalah penggalangan dana untuk mewujudkan ide Anda. Jika dananya terkumpul maka si pemberi dana biasanya mendapatkan sesuatu (bisa juga tidak), dan layanan crowdfunding nya mengambil fee sekitar 5%.
Jika dananya tidak terkumpul sampai batas waktu yang Anda tentukan, maka semua uang yang sudah terkumpul akan dikembalikan ke pemberi dana.
Ada banyak sekali layanan crowdfunding di Indonesia, dan layanan seperti ini menurut saya cocok karena jiwa gotong royong yang tertanam di jiwa bangsa Indonesia.
Ada 2 layanan crowdfunding yang saya sarankan:
- Wujudkan – Total dana terbesar yang pernah terkumpul untuk satu projek adalah lebih dari Rp.300juta. Wujudkan juga berperan dalam beberapa proyek besar di Indonesia seperti pembangunan kembali Masjid Tolikara.
- Kitabisa – Total dana terbesar yang pernah terkumpul lebih dari Rp.100juta. Kitabisa juga saat ini sedang terlibat dalam bencana Asap yang melanda Riau dan beberapa daerah di Kalimantan.
Online survey
Jika ada orang bertanya ke saya:
“Mas, bagaimana saya tau produk saya akan laku?
Jawaban pertama saya biasanya:
“Udah pernah nanya ke calon pembeli?”
Survey online kini bisa Anda mulai semudah meng-update status di Facebook, yang kemudian Anda bisa mendata feedback yang Anda terima di kolom komentar.
Jika ingin lebih canggih Anda bisa menggunakan Facebook Group, atau menggunakan Google Form yang semuanya gratis.
Kuncinya disini adalah bagaimana Anda bertanya. Karena beberapa kali saya bertemu dengan konsumen yang tidak tahu apa yang mereka mau.
Reseller dengan biaya minimum
Prinsipnya mirip seperti MVP diatas. Uang adalah validasi terbaik untuk ide bisnis Anda. Jika Anda ingin menjual baju, jangan jahit dulu bajunya, tapi carilah orang yang menawarkan program reseller untuk baju yang mirip dengan yang akan Anda jual.
Perhatikan, banyak sekali pebisnis online besar dulunya adalah reseller dari produk orang lain sebelum akhirnya memproduksi sendiri setelah memiliki database pembeli yang cukup besar dan setia.
Menjadi reseller biasanya lebih mudah (dan murah) daripada memproduksi sendiri. Hal ini tentunya juga akan menekan resiko Anda saat akan memulai.
Memanfaatkan free trial
Ini sedikit tidak nyambung, namun selalu saya lakukan. Sering kali pembeda berhasil atau tidaknya bisnis online Anda adalah tools atau aplikasi yang Anda gunakan.
Aplikasi yang tepat menurut saya adalah keunggulan kompetitif yang besar. Dan banyak sekali aplikasi saat ini memberikan free trial selama 15-45 hari.
Anda bisa menggunakan layanan email marketing terbaik, membuat landing page terindah, dan bahkan beriklan ke ribuan orang, semuanya gratis jika Anda cukup getol mencari. Jika dalam 15 hari itu Anda bisa mendapatkan uang paling tidak untuk break event aplikasi saja, maka Anda akan mendapatkan momentum untuk mengembangkan bisnis Anda dengan aplikasi-aplikais canggih tersebut.
Jadi, masih mau terjun mentah-mentah memulai bisnis? Itu sebenarnya pilihan Anda. Namun saya tidak suka merasakan sakitnya kegagalan.
Yang jadi korban juga bukan hanya diri saya sendiri, namun juga keluarga saya. Sehingga saya akan berusaha meminimalisirnya sebisa mungkin.
Jikapun gagal juga ya Qodarullah… Namun Alhamdulillah semakin kesini saya semakin bisa memprediksi dan mengelolanya.
Apa cara Anda mengelola resiko?
Sumber : https://www.fikryfatullah.com/2015/10/memulai-bisnis-online.html