Menulis Sejak SD, Nisa Panen Prestasi di Bangku Kuliah

annisa_nur_salam

Yogyakarta – Siapa menanam, ia akan memanennya. Seperti itulah filosofi yang tepat untuk menggambarkan sosok Annisa Nur Salam, mahasiswi Semester 5 Ekonomi Syariah (ES) UIN Sunan Kalijaga ini. Sejak SD ia suka menulis, awalnya hanya menulis cerpen. Hingga di bangku kuliah ia tetap rajin menulis, menghasilkan berbagai karya hingga akhirnya ‘berbuah’ sederet prestasi.

Dalam penulisan karya ilmiah, prestasinya sudah tak terhitung. Beberapa di antaranya adalah 1st place in ASEAN Essay Competition 2015 (PPI Thailand), Top 10 in the Essay Writing Competition at 7th International Symposium of OISAA 201 (Singapura), Juara 4 Olimpiade GSENT 2015, Juara 1 Olimpiade TemilReg ForSEI Yogyakarta 2015, Peneliti muda Terbaik FRKS OJK 2014, Juara 1 Call for Paper SES-C IPB 2014.

Putri kedua dari tiga bersaudara ini menceritakan prestasi terbarunya, yakni juara 1 lomba essai ASEAN. Pihak yang menyelenggarakan adalah Perhimpunan Mahasiswa Indonesia di Thailand (PERMITA). Ia diumumkan menjadi pemenang pada 28 Agustus lalu. Dalam lomba itu ia menawarkan gagasan untuk ketahanan pangan Indonesia.

Ide yang diusung adalah Single Agribisnis Program, yaitu dalam sebuah desa harus terdapat kelompok tani, lumbung desa, pasar desa, dan bank tani. Semua komponen itu saling melengkapi sehingga terjadi sebuah keharmonisan dan ketahanan pangan.

“Paling berkesan mungkin yang pertama,” ujar Nisa. Ia mengaku, hanya iseng mengikuti lomba essai pertamanya itu. Bersama kelompoknya, ia mengikuti lomba essai tentang ekonomi Islam. Penyelenggaranya adalah IPB. Tidak diduga, mereka juara 1 tingkat nasional.

Bagi Nisa menulis digunakan untuk mengisi waktu luang. Selain itu ia ingin berkeliling Indonesia dengan menulis, bahkan ke luar negeri. Dalam waktu dekat ini ia akan pergi ke UNAIR untuk final lomba essai.

Perempuan kelahiran Sumedang, 1 Januari 1995 ini bersyukur karena banyak dukungan dari orang tua, dosen, dan kawan-kawannya. Pihak fakultas cukup mendukung terkait pendanaan. Teman-teman di ForSEI (Forum Studi Ekonomi Islam) juga berjasa, karena menjadi kawan diskusi isu-isu ekonomi terkini.

Disamping sering menjadi juara, Nisa tetap menjaga waktu belajarnya. IPK terakhirnya 3,88. Meski ia mengaku IPK tersebut masih naik-turun. Ketika ditanya mengenai cita-cita, ia belum menetapkan secara pasti, namun untuk saat ini memimpikan kelak bisa menjadi dosen. (Nurfi)

Sumber : https://www.edupost.id/prestasi-pemuda/read/menulis-sejak-sd-nisa-panen-prestasi-di-bangku-kuliah/

Bambang Hertadi, Taklukkan Lima Benua dengan Sepeda, Ampuh Banget!

Pria ini yang akrab dipanggil Paimo ini sudah menjadi pesepeda legendaris dan sangat disegani para bikers seluruh Indonesia.
bambang-hertadi

Bagi para pecinta olahraga sepeda pasti sudah tidak asing lagi mendengar nama Bambang Hertadi Mas (57) atau yang akrab disapa dengan Paimo. Pria kelahiran Malang tersebut memang telah menjadi ‘legenda’ di kalangan para bikers, karena prestasinya yang telah menorehkan sejarah mengelilingi lima benua dengan sepeda. Buset!

Bambang yang lebih senang dipanggil Paimo pun menuturkan bahwa nama tersebut adalah pemberian teman-temannya semasa kuliah di Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung (ITB), lantaran dia sering sekali berbahasa Jawa daripada menggunakan Bahasa Indonesia.

“Waktu saya wisuda dulu, saya bawa sepeda saya sampai puncak gedung ITB buat merayakannya,” kenangnya saat bercerita kepada brilio.net, beberapa waktu lalu.

Paimo menceritakan bahwa hobinya bersepeda dimulai sejak SMP. Saat itu dia menempuh Malang-Kediri, dan Malang-Tulungagung. Ketika SMA dan lulus perguruan tinggi dia mulai menempuh perjalanan antar pulau. Perjalanan yang dinamainya “Cintaku Negeriku” itu menembus 1.656 kilometer. Melintas bersepeda Bandung-Sumbawa Besar dan mendaki Rinjani di Lombok dan Tambora di Sumbawa. Wow!

Paimo seperti tidak ada tandingannya untuk urusan bersepeda jarak jauh. Rute-rute yang tidak terbayangkan sudah dia jajal. Mulai bersepeda hingga ke puncak Gunung Kilimanjaro (5.896 mdpl) di Afrika, hingga bersepeda melintasi sepanjang daratan Amerika Selatan dari Bolivia hingga Chile.

Dia juga pernah bersepeda menjelajahi dataran tinggi Himalaya-Nepal, dan India. Benua biru Eropa pun tidak lepas dari petualangannya. Dia pernah bersepeda dari Portugal bablas hingga ke Prancis. Dia juga pernah ke Maroko, menelusuri jalur sutra, dan melintasi Tembok Besar Tiongkok. Sudah puluhan ribu kilometer dia lalui dengan menggowes sepeda.

“Dulu belum ada sepeda yang dibuat untuk jarak jauh, jadi saya hanya pakai sepeda merek Federal buatan dalam negeri, karena dulu nggak sanggup beli sepeda,” ujarnya sambil tersenyum.

Selain perlengkapan sepeda, dia harus membawa tenda dan sleeping bag untuk beristirahat di jalan. Saat merintis long distance cycling atau dalam istilah kerennya “bikepacking”, Paimo harus bisa membuat sendiri alat-alatnya. Dia membuat rak depan dan belakang tempat tas dari besi cor. Besi tersebut lantas disambungkan dengan baut ke frame sepeda. Rak yang dibuatnya pada 1997 itu baru rusak pada 2006 dalam perjalanan dari Bolivia ke Chile. Semua perlengkapan reparasi dan suku cadang sepeda juga harus dibawa. Mulai rantai hingga ban dalam.

Soal tempat tidur, Paimo harus menyadari keterbatasan bawaannya. Dia mesti rela tidur di dekat kuburan, dekat lapangan bola, bahkan di reruntuhan bekas stasiun. Pernah saat dalam perjalanan di kawasan danau Salar de Chiguana, Bolivia, yang mengering, dia harus mendirikan tenda di sebuah reruntuhan bangunan yang tak terurus dan sangat kotor.

Petualangan di sepanjang jalur Bolivia-Chile memang yang paling berat dirasakan Paimo. Sepanjang enam ribu kilometer dia harus terus menyusuri jalan darat dari La Paz, ibu kota Bolivia, hingga Punta Arenas di Chile. Tantangannya tak hanya pada jarak tempuh yang sangat jauh., ketinggian alias altitude medan di sana juga luar biasa. Selama dua minggu dia harus menggowes pada ketinggian 3.600 mdpl yang hampir sama tingginya dengan Gunung Semeru di Jawa Timur.

Menurutnya, bersepeda di Amerika Selatan pun juga tak bisa sembarangan. Paimo mengaku harus bisa mengelola energi plus pintar-pintar menyiasati kadar oksigen yang tipis. Sepeda tak sekadar digenjot, kadang-kadang dia harus berhenti sejenak untuk mengadaptasikan tubuhnya.

“Ya memang sangat capek. Tapi saya senang dapat bertemu orang-orang baru, bahkan belajar banyak kebudayaan baru dari negeri orang,” kata dia bangga.

Pengalaman gowes di Amerika Selatan itu kini dia bukukan dalam judul Bersepeda Membelah Pegunungan Andes. Paimo berharap buku itu bisa menjadi pelajaran bagi para penggemar bikepacker untuk menjelajahi negeri sendiri yang luas.

Kalau kamu gimana? Sudah sampai sejauh mana naik sepedamu?

Sumber : https://www.brilio.net/news/bambang-hertadi-taklukkan-lima-benua-dengan-sepeda-ampuh-banget-151011e.html

Sena Sang Penemu Teh Hitam, Peraih 107 Inovasi Indonesia

sena

Menjadi salah satu peraih penghargaan 107 Inovasi Indonesia bukanlah cita-cita awal Avicienna Ulhaq Muqodas, mahasiswa semester 8, Agricultural Engineering, IPB. Ketika SMP justru ia bercita-cita ingin memiliki perusahaan IT sekelas Microsoft.

Mahasiswa yang biasa dipanggil Sena ini membuat alat uji mutu teh hitam orthodox. Karya ini yang berhasil meraih penghargaan 107 Inovasi Indonesia dari BIC dan LIPI. Penelitian ini dianggap memiliki prospek inovatif, karena sejalan dengan ARN (Agenda Riset Nasional).

Teh hitam diolah menggunakan 2 cara. Salah satunya dengan orthodox atau bertahap. Adapun tahapannya dari pelayuan, penggulungan, penggilingan sortasi basah, fermentasi, pengeringan, dan disortasi. Sedangkan teh hitam adalah teh yang biasa dijadikan teh celup.

Sena melihat bahwa di masyarakat pengolahan teh masih manual, hanya bergantung pada mandor. Sehingga ketika performa mandor tidak bagus, akan berpengaruh pada kualitas teh hitam. Untuk menyamakan kualitas teh, maka Sena membuat alat uji mutu teh hitam.

Penelitian ini berkesan bagi Sena. “Karena, selain kerja penelitiannya bareng-bareng sama guru besar IPB, Prof. Kudang Boro Seminar, dan sejumlah Doktor di IPB, inspirasi penelitian ini juga didapat waktu survey lapangan. Artinya, penelitian ini based on problem yang ada di lapangan,” kata mahasiswa kelahiran Tangerang, 13 Juli 1993 ini.

Selain teh hitam orthodox, ternyata Sena pernah mendapat penghargaan penelitian. Tahun 2014, ia didanai DIKTI untuk karyanya yang berjudul Galaoo (Galah otomatis pemetik manggis). Karya ini masuk dalam program PKM-KC.

Bagi alumni SMPN dan SMAN 1 Bogor ini, prestasi adalah amal terbaik yang sudah dilakukan. “Amal itu bisa apa saja, bidang apa saja, bentuknya apapun,” ujar Sena.

Adapun prestasi yang dibuatnya adalah kontribusinya di beberapa organisasi. Pada tahun 2013-2015 menjadi kepala bidang mentoring Forum Komunikasi Alumni Muslim SMAN 1 Bogor. Ia pernah aktif di KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim) komisariat IPB. Mahasiswa yang sangat terinspirasi pada Ridwan Kamil ini memandang penting organisasi. Sekarang ia aktif di Yayasan IMAGO. Yayasan ini adalah yayasan yang peduli dengan pemuda, khususnya di Kota Bogor. Mereka mengakomodir komunitas-komunitas kepemudaan di kota Bogor.

“Hidup manusia itu diukur ‘prestasi’-nya dengan kebermanfaatan pada lingkungan sekitar. Dengan berorganisasi, kita mengoptimalkan kebermanfaatan yang kita berikan kepada lingkungan sekitar,” tutur Sena.

(Nurfi)

Sumber : https://www.edupost.id/prestasi-pemuda/read/sena-sang-penemu-teh-hitam-peraih-107-inovasi-indonesia/

Agar Belajar Tak Sekadar Menghafal

wpid-agar-belajar-tak-sekadar-menghafal.jpg

Jika musim ujian tiba, rutinitas yang tak pernah terlewatkan tentunya adalah belajar ya. Belajarpun banyak macamnya, mulai dari menghafal, hanya cukup membaca, atau harus dibacakan orang lain. Menghafal mungkin adalah jurus jitu bagi seseorang untuk membabat habis soal ujian, tapi mari kita tanya, sudahkah memahami apa yang dihafalkan itu?

Understanding the lesson. Belajar itu memahami, bukan sekadar menghafal. Belajar apapun itu. Okelah jika kita menghafal semuanya bahkan setiap kata, tapi pemahaman adalah yang terpenting.

Menurut Dr. Yusuf Al Qaradhawi dalam bukunya Fiqih Prioritas, ilmu yang hakiki ialah ilmu yang betul-betul kita pahami dan kita cerna dalam otak kita. Itulah yang diinginkan oleh Islam kepada kita. Terlebih pemahaman pada ajaran agama, sebagaimana firman Allah SWT dalam Qs. At-Taubah:122 yang artinya,

“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.”

Dalam hadis Abu Musa yang dimuat didalam Shahihain dikatakan,

“Perumpamaan Allah mengutusku dengan petunjuk dan ilmu pengetahuan adalah seperti hujan lebat yang menyirami tanah. Di antara tanah itu ada yang gembur yang bisa menerima air kemudian menumbuhkan rerumputan yang sangat lebat. Ada pula tanah cadas yang dapat menyimpan air sehingga airnya dapat dimanfaatkan oleh manusia. Mereka minum memberi minum pada binatang ternak dan bercocok tanam dengannya. Ada pula tanah yang sangat cadas dan tidak dapat menerima air, tidak dapat mnumbuhkan tanaman. Begitulah perumpamaan orang yang memahami ajaran agama Allah dan memanfaatkan ajaran yang aku diutus untuk menyampaikannya. Dia memahami kemudian mengajarkannya. Begitu pulalah orang yang tidak mau mengangkat kepalanya dan tidak menerima petunjuk Allah yang aku diutus untuk menyampaikannya”

Hadis ini mengumpamakan apa yang dibawa oleh Nabi berupa petunjuk dan ilmu pengetahuan itu, laksana air hujan yang menghidupkan tanah yang mati, bagaikan ilmu agama yang menghidupkan hati yang telah mati. Orang yang menerima ajaran agama pun bermacam-macam, sebagaimana beraneka ragamnya tanah yang menerima air hujan.

Pertama, tingkatan orang yang paling tinggi adalah orang yang memahami ilmu pengetahuan, memanfaatkannya, kemudian mengajarkannya. Ia bagaikan tanah yang subur dan bersih, yang airnya dapat diminum serta menumbuhkan berbagai tanaman diatasnya

Kedua, tingkatan orang yang dibawahnya adalah orang yang mempunyai hati yang dapat menyimpan, tetapi ia tidak mempunyai pemahaman yang baik dan mendalam pada akal pikirannya sehingga tidak dapat membuat kesimpulan hukum yang dapat dimanfaatkan oleh orang lain. Mereka addalah orang-orang yang hafal. Bila ada orang yang datang memerelukan ilmu pengetahuan yang dimilikinya, di dapat memberikan manfaat hafalan itu kepada orang lain. Kelompok orang seperti ini diumpamakan seperti tanah cadas yang mampu menampung air sehingga datang orang yang meminum airnya atau memberi minum kepada binatang ternaknya, atau menyirami tanaman mereka, atau menyirami tanaman mereka.

Ketiga, ialah orang-orang yang tidak memiliki pemahaman dan juga tidak ahli menghafal, tidak punya ilmu dan tidak punya amal. Mereka bagai tanah cadas yang tidak dapat menampung air dan tidak dapat dimanfaatkan oleh orang lain.

Hadis tersebut menunjukkan bahwa manusia yang tinggi derajatnya disisi Allah dan Rasul-Nya adalah orang yang memahami dan mengerti, disusul orang yang menghafal. Disitulah letak kelebihan orang yang paham atas orang yang menghafal, dan letak kelebihan fuqaha atas para huffazh.

Bukan maksudnya hafalan sama sekali tak berarti dan tak bernilai. Hafalan tetap penting sebagai gudang data dan ilmu pengetahuan untuk kemudian dimanfaatkan. Menghafal bukan tujuan, tapi sarana untuk mencapai tujuan. Apa itu? Memahami. Mungkin banyak yang memberi perhatian lebih tinggi kepada hafalan daripada pemahaman. Tak bisa dipungkiri, ini banyak sekali terjadi di lingkungan pendidikan kita. Masih ingat pelajaran-pelajaran habis ujian kemarin? Masih? Berarti Anda sudah pada taraf memahami, masuk ke long term memory, jadi tak mudah hilang dari ingatan. Kalau sudah lupa, itu berarti belajar kita selama ini terhenti pada proses menghafal saja.

Baiklah, beberapa tips belajar dibawah ini tak ada salahnya dilakukan agar belajar bukan hanya menghafal,
1. Berdoa sebelum belajar

Mintalah izin kepada Sang Pemilik Ilmu. Niatkan semua untuk ibadah dan mendapat ridho-Nya. Berwudhu sebelum belajar juga dianjurkan agar kita dalam keadaan suci saat belajar.
2. Berhenti pada Setiap Bab

Tentukan target bacaan setiap hari, usahakan untuk berhenti pada setiap bab. Hal ini untuk menyegarkan kembali ingatan kita tentang bab yang baru saja dipelajari. Dan hal terpentingnya adalah menuliskan kembali ide-ide pokok dalam bab tersebut. Sedikitnya, kita bisa menuliskan satu paragraf tentang substansi bab tersebut.
3. Diskusi

Kini kita mempunyai paragraf-paragraf ide pokok dari bahan yang dipelajari. Selanjutnya adalah mendiskusikan buku yang kita baca itu. Selain menguji sejauh mana pemahaman kita terhadap buku tersebut, kita juga bisa berbagi pengetahuan dengan orang lain.
4. Tulis dan Publikasikan

Hasil diskusi dengan ditambah paragraf-paragraf ide pokok yang kita punya dikombinasi dan dikompilasikan dalam sebuah tulisan. Setelah itu publikasikan tulisan tersebut melalui blog pribadi, mading, atau apapun yang memungkinkan. Sewaktu-waktu jika kita lupa atau sama-samar terhadap isi buku tersebut, tulisan ini dapat menyegarkan ingatan kita. Tulisan tersebut adalah garis besar bukunya. Membacanya berarti sama dengan membaca buku yang dimaksud.

Jadi tunggu apa lagi? yang masih menghafal saja mari dipahami yang dihafal itu, yang sudah hafal dan sudah paham semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan yang belum hafal apalagi memahami, mari belajar lagi. Karena sungguh ilmu yang telah kita punya sekarang ini tak berarti apa-apa dibandingkan ilmu Allah yang jika dituliskan, tinta sebanyak air laut pun tak akan cukup.

( Dr. Yusuf Al Qaradhawi dalam Fiqh Prioritas, Hartono dalam segiempat.com)

Oleh: Risma Nur Anissa

Sumber : https://www.muslimdaily.net/artikel/agar-belajar-tak-sekadar-menghafal.html

Kisah Ridwan Kamil Soal Salaman Bukan dengan Muhrim

ridwan-kamil-490x327

WALIKOTA Bandung Ridwan Kamil menuliskan sesuatu yang menarik tujuh jam yang lalu, atau Sabtu (26/9/2015) di akun facebook resminya.

Dalam postingan itu terlihat Ridwan hendak bersalaman dengan seorang perempuan berjilbab. Tak menyangka, ternyata sang perempuan hanya mengangkat tangannya, tanpa menghilangkan rasa hormat pada sang walikota.
Laporkan iklan?

“That awkward moment when….. Saya nya mau salaman, eh mbak nya gak mau. *jadi weh nyerengeh tengsin pura2 tepuk tangan sendiri. Pas saya nya gantian menahan diri tidak salaman, eh banyak ibu-ibunya wajahnya pundung karena gak bisa salaman. *masa harus dihalalin dulu semuanya smile emoticon . Indahnya toleransi walau dalam kekagokan. Selamat berakhir pekan kawan-kawan semua,” tulis Ridwan.

Jika diartikan kira-kira, “Kejadian aneh. Saya mau salaman, eh mbak-nya gak mau. Jadi saya nyengir malu, pura-pura tepuk tangan sendiri. Pas saya gantian menahan tidak salaman, eh banyak ibu-ibu yang mencak-mencak karena gak bisa salaman. Masa harus dihalalin dulu semuanya.” []

Sumber : https://www.islampos.com

Pendidikan Lingkungan Antarkan Fahran ke Jepang

657xauto-pendidikan-lingkungan-antarkan-fahran-ke-jepang-151013s

Sejak kecil, Fahran Naufal Fahrudin (13), telah diajarkan tentang lingkungan oleh ayahnya, Muhamad Sandra Winata (36). Lewat kebun milik ayahnya, Fahran belajar menanam tanaman serta merawat lingkungan. Tidak disangka, putra seorang guru SMP itu kini terpilih untuk belajar tentang lingkungan di Jepang yang disponsori oleh OISCA (Organization for Industrial Spiritual & Cultural Advancement).

“Untuk mengikuti program ini ada seleksinya,” tutur pria asal Sumenep ini kepada brilio.net, Rabu (7/10). Memang Fahran harus menjalani tes tertulis dan juga praktik untuk membuktikan kemampuannya. “Dari Indonesia sendiri hanya diwakili oleh dua orang, satunya anak saya dan satunya lagi anak Sukabumi,” tandasnya.

Sebelum berangkat ke Jepang, Fahran harus dikarantina di Sukabumi selama seminggu, 12-18 Oktober 2015. Setelah mendapatkan beberapa pelatihan, remaja SMP ini langsung terbang ke Negeri Sakura untuk memperdalam ilmu lingkungan.

Terpilihnya Fahran sebenarnya tidak lepas dari prestasi SMPnya. Tahun ini, sekolahnya, SMP N 6 Sumenep terpilih sebagai sekolah yang paling baik tentang lingkungan. “Memang ada beberapa sekolah di Indonesia yang dipantau oleh OISCA untuk program lingkungan,” tutur Muhamad. SMP N 6 Sumenep sendiri sudah dibiayai oleh OISCA sejak 2013, akan tetapi baru tahun ini menang.

Selain rasa bangga, ayah ini juga berharap bahwa buah hatinya bisa menerapkan ilmu yang didapatkan dari Jepang di Indonesia. Rencananya, Fahran akan tinggal di Jepang hingga akhir Oktober 2015.

Sumber : https://www.brilio.net/news/pendidikan-lingkungan-antarkan-fahran-ke-jepang-151013s.html

Kerja, Tapi Sibuk di Social Media

Meme-Quote-JA-bahaya-multi-tasking

“Hati-hati bagi Anda yang ketika bekerja sambil SMS-an, chat di what apps, up date facebook atau twitteran

Tubuh ditempat kerja, tapi pikiran sibuk di social media.

Maka bersiaplah mengalami penurunan tingkat IQ – riset The Institute of Psychiatry di Inggris….” Jamil Azzaini’s Quote

Bagi Anda yang sering melakukan ini mungkin perlu menyimak pendapat Gerald Weinberg, pakar psikologi pengembangan software computer, melalui bukunya Quality Software Management: Systems Thinking menyimpulkan suatu hal menarik tentang multitasking. Menurutnya, ketika kita mengerjakan banyak projek pada waktu yang sama, maka akan muncul waste atau kemubaziran, setidaknya mubazir waktu. Weinberg menghitung, kalau kita mengerjakan projek kedua pada saat yang sama projek pertama dikerjakan, kita kehilangan waktu 20%.
Ketika projek ketiga diambil, 50% waktu kita terbuang. Kehilangan waktu ini terjadi karena otak memerlukan waktu proses untuk bisa berpindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain.

Sumber: https://jamilazzaini.com/kerja-tapi-sibuk-di-social-media/