Kehidupan Remaja Desa Ngadas

Remaja adalah waktu manusia berumur belasan tahun. Pada masa remaja manusia tidak dapat disebut sudah dewasa tetapi tidak dapat pula disebut anak-anak. Masa remaja adalah masa peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun sampai 21 tahun. Menurut psikologi, remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal anak anak hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun hingga 22 tahun.

Masa remaja bermula pada perubahan fisik yang cepat, pertambahan berat dan tinggi badan yang dramatis, perubahan bentuk tubuh, dan perkembangan karakteristik seksual seperti pembesaran buah dada, perkembangan pinggang dan kumis, dan dalamnya suara. Pada perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan identitas sangat menonjol (pemikiran semakin logis, abstrak, dan idealistis) dan semakin banyak menghabiskan waktu di luar keluarga. Masa remaja adalah masa transisi diri periode anak ke dewasa. Apabila kita perhatikan dan kita ikuti pertumbuhan anak sejak lahir sampai besar, akan didapatilah bahwa anak itu tumbuh secara berangsur-angsur bersamaan dengan bertambahnya umur. Demikian pula halnya dengan pertumbuhan identitas/konsep diri juga berkembang seiring dengan bertambahnya berbagai pengalaman dan pengetahuan yang didapatnya baik dari pendidikan keluarga sekolah maupun dari masyarakat dimana ia tinggal

Desa Ngadas terletak dilereng gunung bromo dan masyarakat yang mendiami desa ini merupakan keturunan asli suku Tengger. Masyarakat Tengger ini mempunyai ciri khas adat istiadat dan agama yang berbeda dari masyarakat sekitarnya. Ada dua macam agama yang berkembang di desa ini yaitu Hindu dan Islam dengan adat Tengger yang masih melekat kuat kedua komponen tersebut dapat hidup rukun berdampingan. Masyarakat Tengger yang sangat kuat memegang keyakinan adat istiadat sehingga mampu bertahan dari pengaruh luar. Selain kekayaan budaya yang terdapat didesa ini, hasil bumi pun sangat melimpah seperti kentang, kubis, wortel, jagung,bawang prei (plompong tengger) dan lain-lain. Dan  juga potensi alam sekitar desa Ngadas ini sangat menarik bagi wisatawan karena banyak orang yang penasaran dengan Bromo dan desa Ngadas tidak hanya orang dalam negeri tetapi orang luar negeri.

Kehidupan remaja di suku Tengger khususnya desa Ngadas masih belum seperti remaja-remaja yang berada di kota atau desa-desa pinggiran kota. Kehidupan remaja di desa Ngadas masih sangat tradisional. Pada umumnya remaja bermain dengan sesama jenisnya maupun lawan jenisnya. Berbeda dengan remaja di desa Ngadas yang bermain hanya dengan sesama jenisnya (laki-laki dengan laki-laki, perempuan dengan perempuan). Menurut narasumber yang bernama bapak Slamet dan Meri remaja di desa Ngadas laki-laki bermain dengan laki-laki dan perempuan bermain dengan perempuan.

Kontrol sosial masyarakat kota pada umumnya kurang dapat mengontrol karena kesibukan pekerjaan orang tua masing-masing dan mereka lebih banyak mempunyai waktunya bersama pembantunya dan teman-temannya. Apabila mereka salah dalam pergaulan menandakan orang tua kontrol sosialnya kurang. Sedangkan di desa Ngadas remajanya bisa diarahkan oleh orang tuanya dan patuh terhadap semua perintah orang tuanya. Hal ini menandakan remaja desa Ngadas masih mematuhi perintah orang tuanya.

Tingkat pendidikan remaja di desa Ngadas rata-rata lulusan SD hal ini membuktikan bahwa tingkat pendidikan remaja di desa Ngadas masih sangat rendah. Penduduk desa Ngadas adalah sebanyak 682 jiwa dan pembagiannya sebanyak 335 adalah laki-laki dan 347 adalah perempuan. Pendidikan di desa Ngadas dengan rata-rata tamat pendidikan mereka hanya SD, SMA hanya 62 orang, dan S1 hanya 3 orang.

Remaja di desa Ngadas masih sangat jarang yang menggunakan internet. Hal ini membuktikan remajanya tertinggal dibandingkan dengan remaja di desa-desa lainnya. Remajanya setiap hari pergi ke ladang membantu orang tuanya, dan bagi remaja yang bersekolah ke ladang membantu orang tuanya sepulang sekolah. Hal ini membuktikan bahwa mereka kekurangan waktunya untuk menggunakan internet. Warnet pun jauh dari desa Ngadas, laptop atau komputerpun jarang sekali yang memilikinya. Handphone mereka hanya handphone biasa bukan smartphone seperti anak-anak di desa lainnya atau di kota-kota. Menurut Meri siswi kelas 2 SMA mereka saja sudah mempunyai handphone sudah bersyukur, karena dapat berkomunikasi dengan teman lainnya.

Organisasi-organisasi yang dulu berkembang, kini telah hilang seiring berjalannya waktu. Dulu remajanya aktif dalam karang taruna kini mereka telah sibuk dengan membantu orang tua di ladangnya. Hal ini membuktikan kurangnya sikap aktif dari mereka. Remaja di desa Ngadas cenderung pasif. Apalagi ketika bertemu dengan kelompok saya, hanya 2 orang yang mau menjawab pertanyaan dari kelompok saya sedangkan yang lainnya hanya diam seolah tidak dapat berbicara.

Interaksi sosial mereka dengan teman sebayanya sangat minim karena intensitas mereka untuk bertemu sangatlah jarang. Mereka sibuk dengan sekolahnya masing-masing bagi yang bersekolah dan bagi yang tidak bersekolah mereka sibuk dengan mengurus adiknya atau mengurus ladangnya. Interaksi yang terjadi antara mereka tidak seperti interaksi sosial yang ada di kota atau desa yang bisa dikatakan sudah maju. Mereka hanya berinteraksi dengan sesama jenisnya saja laki-laki dengan laki-laki, perempuan dengan perempuan. Berbeda halnya dengan remaja di desa lainnya atau remaja di kota mereka lebih sering membaur satu sama lain. Laki-laki dan perempuan berinteraksi bersama lawan jenisnya.

Kehidupan remaja kota pada umumnya adalah menghabiskan waktunya untuk menongkrong di sebuah tempat. Tetapi lain halnya dengan remaja di desa Ngadas mereka menongkrong hanya pada saat ada acara hajatan menyaksikan organ tunggal bersama teman-temannya. Berbeda halnya dengan remaja di kota mereka lebih sering nongkrong daripada di rumah. Mereka biasanya nongkrong di kafe-kafe ternama di daerahnya. Hali ini membuktikan gaya hidup remaja desa Ngadas masih tertinggal dibandingkan dengan remaja-remaja di desa yang sudah bisa dikatakan maju atau di kota-kota pada umumnya. Walaupun menongkrong hanya menghabiskan waktu saja, tetapi disitulah kita akan mendapatkan pengalaman baik dari teman-teman maupun dari diri sendiri.

Sering kita dengan anak remaja saling suka satu sama lain dan akhirnya mereka berpacaran. Di desa Ngadas juga terdapat beberapa remaja yang berpacaran. Mereka tidak dilarang oleh orang tuanya, asalkan mereka berpacaran masih dalam batas kewajaran. Mereka juga berpacaran saling menyemangati atau memberikan pengaruh positif satu sama lain. Di desa Ngadas sudah tidak ada lagi ajang perjodohan. Anak dibebaskan untuk memilih pasangannya masing-masing untuk mendampingi kehidupan kedepannya. Hal ini menunjukkan bahwa kehidupan remaja di desa Ngadas tidak jauh berbeda dengan kehidupan remaja di kota pada umumnya. Tetapi ada juga remaja yang dilarang oleh orang tuanya untuk berpacaran karena belum waktunya untuk berpacaran dan akan ada saatnya untuk berpacaran. Berteman dengan lawan jenis boleh, untuk menambah pengalaman dan menambah teman asalkan tidak untuk berpacaran. “Pacar itu bisa memberikan hal positif, yang baik-baik,yang penting tidak merugikan satu sama lain,” ujar siswi kelas 2 SMA. “kalau saya sih belum boleh pacaran mba, karena pacaran ada waktunya sendiri yang penting sekolah dulu,” tambahnya.  Ada remaja yang hamil di luar nikah menurut salah satu siswi SMA yang saya wawancarai, remaja tersebut dikucilkan dari desa Ngadas dan dijadikan pelajaran bagi remaja penerusnya atau generasi selanjutnya agar tidak melakukan kesalahn yang sama. Tidak berbeda jauh dengan kehidupan di kota maraknya hamil di luar nikah.

Sudah marak seks bebas yang dapat menyebabkan hamil di luar nikah. Dalam hal ini, kami semua berharap agar remaja desa Ngadas dapat menjalankan kehidupan seperti biasanya tidak usah terpengaruh oleh media massa, masyarakat kota, ataupun teman-temannya. Jangan sampai mengikuti kebudayaan kebarat-baratan dan meninggalkan budaya lokalnya sendiri. Tetaplah menjadi pribadi yang baik, yang dapat meneruskan perjuangan pahlawan kita untuk memajukan negeri kita ini, Indonesia. Isilah waktu kalian dengan hal-hal yang positif yang dapat menjadikan pembelajaran buat kedepannya. Tetaplah bersahabat dengan siapapun tanpa harus membeda-bedakan satu sama lain. Tambahlah teman, agar dapat menambah pengalaman baru dari diri sendiri maupun dari orang lain. Tetaplah berjuang demi memajukan Indonesia.

7 thoughts on “Kehidupan Remaja Desa Ngadas”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: