pengunjung

Materi Antropologi SMA kelas XI : Ketrkaitan antara Keberagaman Budaya, Bahasa Dialek, Tradisi dengan Kehidupan Masyarakat dalam Suatu Daerah.

Indonesia adalah  negara yang memiliki beraneka ragam suku bangsa, ras, agama, dan  kedaerahan yang tersebar di sepanjang wilayah Indonesia. Hal ini mengakibatkan adanya perbedaan kebudayaan  antara daerah satu dengan daerah lainnya. Kebudayaan menurut Koenjaraningrat (1990: 180) merupakan keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia melalui belajar. Meskipun berbeda budaya, namun tidak menjadikan pembeda antara satu dengan lainnya. Hal tersebut justru dijadikan sebagai identitas dari kelompok itu sendiri.

Menurut Kluckon, dalam suatu kebudayaan terdapat tujuh unsur universal. Unsur-sunsur tersebut yaitu: (1) bahasa, sistem pengetahuan, (3) organisasi sosial, (4) sistem peralatan hidup dan teknologi, (5) sistem pencaharian hidup, (6) sistem religi, (7) bahasa. Dari pandangan Kluckon mengenai unsur universal tersebut, maka dapat diketahui bahwa bahasa merupakan bagian dari suatu kebudayaan. Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan, karena selain di gunakan sebagai alat komunikasi secara langsung, bahasa juga dapat di gunakan sebagai alat komunikasi secara tulisan di zaman era globalisasi dan pembangunan reformasi demokrasi ini, masyarakat di tuntut secara aktif untuk dapat mengawasi dan memahami informasi di segala aspek kehidupan sosial secara baik dan benar, sebagai bahan pendukung kelengkapan tersebut, bahasa berfungsi sebagai media penyimpanan informasi secara baik dan tepat, dengan penyimpanan berita. Dialek adalah logat berbahasa. Dialek adalah perlambangan dan pengkhususan dari bahasa induk. Dimana dialek ada dan dibentuk karena pengaruh konteks sosial budaya yang melingkunginya. Konteks budaya tersebut bergantung pula pada status sosial, aktivitas, daerah geografis, usia, gender, dan masih banyak lagi.

Bahasa Indonesia bukanlah bahasa pertama dari setiap masyarakat suku bangsa Indonesa. Itulah sebabnya ada penggunaan bahasa daerah disekolah negeri. Setiap orang dalam masyarakat bahasa di Indonesia dapat menunjukkan sedikitnya tiga tingkat interaksi linguistic, yaitu :

  1. Tingkat suku bangsa, yaitu penggunaan bahasa dalam kelompok bahasa suku bangsa tertentu, misalnya antara sesama orang Melayu, Riau, Ambon, Sunda, Batak, Bugis, Jawa, dan sebagainya.
  2. Tingkat antarsuku bangsa, yaitu penggunaan bahasa diantara masyarakat kelompok sukubangsa yang berbeda percakapan antar orang Batak dengan orang Sunda, orang Ambon dengan orang Jawa, orang Minangkabau dengan orang Bugis, dan sebagainya. Tidak selalu mereka menggunakan bahasa Indonesia, mungkin mereka menggunakan bahasa tertentu yang dapat mereka mengerti.
  3. Tingkat nasional, yaitu penggunaan bahasa pada tingkat nasional, tentu dengan menggunakan bahasa Indonesia. Hal ini sangat nampak pada acara – acara resmi dan keagamaan pada tingkat nasional serta didunia pendidikan.

Perbedaan merupakan variasi dalam mengucapkan yang pada akhirnya melahirkan logat, dialek atau aksen bahasa. Satu bahasa daerah (bahasa suku bangsa) sangat mungkin memiliki beberapa dialek. Faktor-faktor yang menimbulkan dialek terdiri daripada faktor-faktor geografis, politik, penjajahan, perdagangan, dan masa. Sebagai contoh dialek yang digunakan oleh masyarakat Bali. Dimana ketika berbicara, terdapat hal yang unik yaitu saat pelafalan hutuf “t” yang berubah menjadi “th”. Hal ini tentunya menjadi ciri dan identitas sendiri bagi masyarakat Bali. Dalam pelafalan tersebut juga disertai dengan tekanan yang jelas, naik turunnya nada yang khas, dan panjang pendeknya bunyi yang membangun aksen yang berbeda.

     Penggunaan dialek juga bisa berbeda meskipun rumpun bahasa yang digunakan sama. Sebagai contoh adalah perbedaan dialek yang digunakan orang-orang Banyumas yang dalam bahasa sehari-harinya ngapak dengan bahasa dialek yang digunakan oleh orang-orang Jogja-Solo. Meskipun masyarakat di wilayah tersebut sama-sama orang jawa,tinggal di Jawa dan menganut tradisi Jawa, namun pelafalan yang digunakan berbeda. Dialek Banyumasan ini digunakan oleh masyarakat di daerah Banyumas, Purbalingga, Cilacap, Banjarnegara, dan Kebumen. Sedangkan Dialek Jogja-Solo digunakan oleh masyarakat yang ada di sekitar Jogja dan Solo.

Kebudayaan, bahasa dialek, dan tradisi merupakan suatu kesatuan yang saling berkaitan satu sama lain. Ketiga hal tersebut saling mempengarui satu sama lain. Adanya suatu kebudayaan akan memunculkan sebuah dialek yang berbeda serta menyebabkan adanya suatu tradisi yang menjadikan ciri khas dari suatu kelompok masyarakat atau suku bangsa tertentu. Tradisi adalah segala sesuatu yang disalurkan atau diwariskan dari masa lalu ke masa kini atau sekarang.

Daftar Pustaka

Koentjaraningrat.2009.Pengantar Ilmu Antropologi.Jakarta: PT Rineka Cipta

Kridalaksana, H. 2005. “Bahasa dan Linguistik,” Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik. Ed. Kushhartanti, Untung Yuwono, dan Multamia RMT Lauder. Jakarta: Gramedia.

Maulana, Puri. 2013. Bahasa dan Dialek : Pengertian, Kesamaan, Keanekaragaman, Perbedaan, Fungsi, Tradisi Lisan, Mitos, Legenda, Dongeng. https://perpustakaancyber.blogspot.co.id/2013/02/bahasa-dialek-perbedaan-mitos-legenda-dongeng-lisan-pengertian.html. Diakses pada tanggal 9 Desember 2015 pukul 14.34 WIB

Leave a Reply

You can use these HTML tags

<a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>

  

  

  

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas:

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.