Fenomena Pendidikan Unik SDN 2 Polosiri, Bawen, Kab. Semarang

IMG_20151028_084906

SDN 2 Polosiri merupakan salah satu sekolah dasar yang berada di Bawen, Kabupaten Semarang, lebih tepatnya sekolah ini berada di Desa Kaliputih, Kelurahan Polosiri, Kecamatan Bawen. Sekolah ini termasuk dalam sekolah yang jauh dari hiruk-pikuk keramaian kota. Tidak ada kebisingan suara kenadaraan dan jauh dari asap polusi, hal ini karena SD ini berada di sebuah desa yang diapit oleh hutan-hutan, sawah dan ladang-ladang. Tidak mengherankan jika akses menuju ke desa ini sangat susah dan harus menggunakan kendaraan bermotor. Pasalnya, jalan yang masih belum rata dan juga tidak beraspal, menyebabkan desa dan SDN 2 Polosiri seperti terisolasi dari hiruk pikuk keramaian kota.

Untuk menuju ke Desa Kaliputih, disarankan untuk menggunakan kendaraan bermotor, karena mengingat jalan yang akan ditempuh seperti offroad. Selain itu, jarak yang ditempuh juga begitu menakjubkan, benar-benar jauh dari gang utama, yaitu sekitar 4 km. Selain itu, jalan yang ditempuh harus melewati pematang sawah dimana hanya cukup untuk dilewati satu kendaraan bermotor saja.

Ketika sampai di lokasi, sambutan dari anak-anak sekolah tersebut benar-benar sangat hangat dan membuat hati terharu. Saya di peluk dan disapa dengan sambutan “Hallo kakak”. Mereka seperti merindukan kehadiran sosok guru yang bisa dekat dengan mereka. Ketika tiba disana saya di sambut juga oleh salah satu guru yaitu guru kelas III yang bernama Ibu Paryanah. Ketika menjelaskan maksud kedatangan saya, beliau langsung mempersilahkan saya untuk melakukan tugas dari kampus.

Hal yang membuat saya begitu tercengang ketika saya masuk ke ruang kelas III adalah sangat sedikitnya siswa dimana hanya terdiri dari 7 anak. Hal ini juga terjadi untuk semua tingkatan kelas dari kelas I – VI. Menurut saya, fenomena pendidikan yang seperti ini adalah fenomena langka dan unik. Mungkin bila dapat saya katakan, ini seperti kelas privat. Namun ada hikmah yang diambil, yaitu keuntungan dari sedikitnya siswa ini membuat para siswa ini lebih fokus, lebih cepat menyerap ilmu yang diberikan, dan keuntungan bagi guru sendiri lebih mudah untuk mengerti karakter dan tingkat pemahaman dari setiap siswa.

Ketika saya sedang melakukan sesi foto, tiba-tiba ada seorang anak yang berkata “Bu ajari kita dong”. Jiwa saya merasa tertantang untuk mengajar anak-anak ini. Saya mencoba untuk mengajar Bahasa Inggris, dan sambutan yang diberikan sangat “Wow” sekali. Saya mengajari mereka angka, huruf, buah-buahan, dan hewan dalam bahasa Inggris. Mereka sangat amtusias sekali, sangat senang dan sangat menikmati ajaran yang saya berikan.

Sesi mengajar telah selesai, saya terus mencari hal unik apa yang ada di SD ini. Ternyata ada hal unik lain yang saya temukan, yaitu tersedianya sarana prasarana yang sangat memadai untuk keperluan operasional sekolah para siswa. Seperti tersedianya perpustakaan, mushola, ruang UKS dan alat-alat musik rebana, gitar, drum serta keyboard. Lalu timbul pertanyaan di benak saya, “Mengapa sarana prasarana bahkan fasilitas yang diberikan oleh sekolah ini begitu bagus bahkan lebih bagus dari sekolah-sekolah yanga ada diperkotaan?”.

Pertanyaan dalam benak sayapun terjawab, bahwa semua sarana prasarana serta fasilitas yang disediakan sekolah tersebut murni dari aplikasian dana BOS yang diberikan oleh pemerintah. Tidak hanya untuk itu saja, dana BOS ini juga diberikan untuk membangun gedung, membuatkan seragam olah raga baru, seragam batik baru, memberikan alat tulis lengkap, dan buku-buku yang dibutuhkan secara gratis. Hal yang lebih unik adalah bahwa SDN 2 Polosiri ini memberikan sepasang ayam kepada setiap siswanya untuk dipelihara di rumah. Ketika saya tanya apa manfaat dan esensinya mengapa sekolah memberikan sepasang ayam kepada setiap siswanya, Bu Paryanah mengatakan bahwa esensi yang dapat ditanamkan kepada siswa-siswanya agar setiap siswanya memiliki tanggung jawab untuk mengurus ayam tersebut, agar siswanya dapat memiliki rasa belas kasih terhadap hewan, agar siswa dapat belajar untuk bersabar dalam mengurus ayam itu. Kaget,sangat mengispirasi dan saya kagum dengan program sekolah ini karena secara tidak langsung para guru di SD desa ini telah menanamkan karakter-karakter yang ada di Kurikulum 2013.

Belum selesai kaget dan kekaguman saya kepada sekolah ini, ada lagi keunikan yang saya temukan yaitu siswa-siswa yang pada hari itu bersekolah memakai seragam sekolah yang berbeda-beda. Lucu dan menggelikan sekali anak-anak ini ketika saya sadar dengan seragam mereka yang berbeda-beda, ada yang memakai seragam merah putih, ada yang seragam batik dengan bawahan merah dan coklat, memakai sepatu yang berwarna-warni dan ada pula yang memakai sandal.

Bu Paryanah mengatakan, bahwa perbedaan seragam yang dipakai oleh siswa-siswa ini tidak pernah dipermasalahkan oleh sekolah. Mengapa demikian? Karena sekolah sudah sangat senang jika kesadaran akan sekolah dari anak-anak ini sudah muncul dan ingin belajar di sekolah. Pihak sekolah juga sudah sangat senang bahwa warga sekitar SD tersebut mulai sadar akan pentingnya pendidikan walaupun sebagian besar dari mereka bermatapencaharian sebagai petani.

Tulisan ini dipublikasikan di Antropologi. Tandai permalink.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: