5 Rumus Kemenangan, Jadikan Hidup lebih Diridhoi

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ إِذَا لَقِيتُمْ فِئَةً فَاثْبُتُواْ وَاذْكُرُواْ اللّهَ كَثِيراً لَّعَلَّكُمْ تُفْلَحُونَ

وَأَطِيعُواْ اللّهَ وَرَسُولَهُ وَلاَ تَنَازَعُواْ فَتَفْشَلُواْ وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ وَاصْبِرُواْ إِنَّ اللّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ

Allah berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman, apabila kalian berjumpa dengan pasukan (musuh di medan perang), maka teguhkanlah hati kalian dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu mendapat kemenangan. Taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan janganlah kalian bertengkar (diantara sesama kalian) yang menyebabkan kalian menjadi gentar dan kehilangan kekuatan kalian, serta bersabarlah sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.(QS. AlAnfal [8]: 45-46)

Ayat ini turun dalam momen yang berkaitan dengan rentetan jihad di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana isi kandungan surah al-Anfal pada umumnya. Tentu saja, ia juga bisa berlaku di zaman kapan pun dan tempat mana pun, ketika situasi dan kondisinya terulang, seperti di Palestina dan Suriah saat ini. Hanya saja, bila direnungkan lebih jauh, ternyata rumus-rumus kemenangan yang Allah beberkan di dalamnya juga bisa berlaku di luar medan perang dan dalam suasana damai. Logikanya sederhana. Jika rumus-rumus itu bisa efektif dalam suasana genting maka ia pasti lebih efektif lagi dalam suasana stabil. Dengan kata lain, jika kita – sebagai pribadi, jamaah, organisasi, umat – ingin mendapat kesuksesan dan kemenangan dalam urusan-urusan kita, maka inilah rumusnya.

Rumus pertama, teguh hati. Tidak ada masalah yang akan selesai jika kita tidak memiliki mental tangguh untuk menuntaskannya. Bayangkanlah suasana Mudik Lebaran, dimana jutaan orang harus menempuh ribuan kilometer untuk mencapai kota-kota tujuannya. Banyak diantara mereka yang menggunakan mode transportasi pribadi roda dua, mulai dari Jakarta sampai ke kepualauan Nusatenggara atau ujung jazirah Sumatera. Lelah, cemas, panas, debu, asap mesin, lapar, haus, ancaman kecelakaan dan kejahatan, serta stres oleh lalu-lintas, adalah menu sepanjang jalan. Tetapi, apakah mereka berhenti? Tidak! Mereka meneruskan perjalanan hingga sampai di tujuan, atau terhenti oleh sebab-sebab yang di luar kendali mereka.

Mengapa mereka terus maju diatas seluruh kesulitan yang menghadang? Itulah keteguhan hati, yang lahir dari harapan dan keinginan kuat di dalam dada. Bagaimana aplikasinya dalam aspek-aspek kehidupan yang lain? Seharusnya, seorang muslim memiliki keteguhan lebih hebat dalam menghadapi persoalan-persoalan hidupnya, karena harapannya lebih tinggi dan keinginannya lebih besar, yaitu keridhaan Allah dan surga-Nya. Apakah keduanya bisa diraih dengan Continue reading 5 Rumus Kemenangan, Jadikan Hidup lebih Diridhoi

Memahami Arah Perjalanan Kehidupan Kita (2)

Oleh: Sholih Hasyim

Kesadaran Tentang Akhir Kehidupan

Sekarang kita mencermati terapan dalam pribadi Rasulullah yang memiliki akhlak yang agung (khuluqin ‘azhim). Setiap kali beliau menuju tempat pembaringan, beliau meyakini secara utuh bahwa tidur adalah saudara kematian. Imam Al-Ghozali mengatakan An Naumu syabihatul maut (tidur itu serupa dengan kematian).Setiap kali kita tidur, Allah سبحانه وتعالى  mengembalikan ruh itu pada shubuh hari. Jika Allah سبحانه وتعالى  menghendaki, tidak akan mengembalikan ruh itu ke dalam jasad kita.

Rasulullah menganjurkan kepada kita ketika menjelang tidur melakukan persiapan-persiapan sebagaimana yang kita lakukan ketika akan menghadapi datangnya kematian. Kita diperintahkan untuk berwudhu, shalat witir tiga rokaat, bermuhasabah. Jadi, muhasabah bukan setiap awal tahun. Terlalu sulit mengkalkulasi dosa kita yang demikian menumpuk. Kemudian menuju ke tempat pembaringan dan berdoa :

“Ya Allah kuserahkan segala urusanku kepada-MU. Dan kuhadapkan wajahku kepada-MU. Dan kuserahkan urusanku kepada-MU. Dan kusAndarkan punggungku hanya kepada-MU. Dengan penuh harapan ridha-MU. Tidak ada tempat kembali, juga tidak ada tempat menemukan keselamatan dari siksa-MU kecuali hanya kepada-MU. Saya beriman kepada kitab yang Engkau turunkan. Dan kepada Rasul-rasul-MU yang telah Engkau utus. Jadikanlah kalimat-kalimat itu sebagai ucapan terakhir.”(HR. Bukhari dan Muslim).

Ibnul Qayyim menjelaskan, bahwa doa-doa itu kita senandungkan menjelang kematian. Doa itu mengandung tiga unsur rukun iman. Iman kepada Allah سبحانه وتعالى , iman kepada kitab-kitab-Nya dan iman kepada Rasul-rasul-Nya. Itu selalu kita ucapkan menjelang tidur.

Oleh itu, ketika kita terbangun maka doa yang kita ucapkan : Segala puji bagi Allah سبحانه وتعالى yang telah menghidupkan kami kembali dan kepada-Nya kelak kembali.

Ingatan yang paling kuat tentang kematian dilakukan oleh uswah, qudwah kita menjelang tidur. Suatu hari dari perjalanan hidup kita, kita susun kembali. Seakan-akan hari tidak akan pernah kembali untuk selama-lamanya.

Dalam kenyataan kehidupan keseharian, unsur kematian dan hari akhirat sepatutnya menggugah kesadaran kita tentang waktu. Jika ada dorongan untuk berbuat maksiat, condong ke bumi, dorongan untuk menjadi tidak berdaya menghadapi godaan, mengharuskan untuk bermuhasabah. Seperti pertanyaan-pertanyaan berikut : Apa yang terjadi jika saya berbuat maksiat, tiba-tiba meninggal, bagaimana bertemu dengan Allah سبحانه وتعالى . Padahal kata Rasulullah bahwa seorang yang sakaratul maut (mabuk kematian) berbanding lurus dengan hobinya ketika hidup di dunia. Sesungguhnya peristiwa kematian manusia itu sama. Cuma caranya yang berbeda.

Pernah ada sebuah video yang merupakan disertasi doktor di Jerman. Disertasi ini memotret berbagai cara untuk mati. Terdiri dari enam kaset video. Semua cara mati dia perlihatkan secara agak detail. Mulai dari cara mati biasa. Mati dalam keadaan sakit. Mati disetrum listrik di penjara. Mati digigit buaya. Mati karena Continue reading Memahami Arah Perjalanan Kehidupan Kita (2)

Memahami Arah Perjalanan Kehidupan Kita (1)

oleh: Shalih Hasyim

BARU saja kita meninggalkan tahun 1434 H. Kini, sudah dua pekan kita memasuki tahun baru 1435 H. Itu berarti terjadi pergantian masa. Dan umur individu dan bangsa terus mengalami penyusutan.

Perjalanan, rute, yang kita lalui akan menuju satu titik. Bukan jalan di tempat. Masa akhir akan menghampiri.  Itulah karakteristik dunia ini.

Datang dan pergi. Muncul dan tenggelam. Pasang-surut. Terus bergerak dan  berputar, tanpa henti. Kadang di atas, kadang di bawah. Itulah pergiliran dan perguliran waktu.

Sesungguhnya pergeseran waktu, perputaran malam dan siang,  tidak saja peristiwa alam yang  bersifat natural (thabii),tetapi merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah سبحانه وتعالى .

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَاخْتِلاَفِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لآيَاتٍ لِّأُوْلِي الألْبَابِ

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.” (QS. Ali Imran (3) : 190).

Demikian pula kehidupan kita. Tak seorang pun di antara kita mengetahui sampai kapan kesempatan hidup  di dunia diberikan oleh Allah سبحانه وتعالى secara cuma-cuma ini. Dan tiada satu pun jiwa yang mengetahui apa gerangan yang akan dilakukan di esok hari. Dan di belahan bumi mana kelak dia akan mengakhiri kehidupannya.

إِنَّ اللَّهَ عِندَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْأَرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَّاذَا تَكْسِبُ غَداً

وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Sesungguhnya Allah سبحانه وتعالى, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari Kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana Dia akan mati. Sesungguhnya Allah سبحانه وتعالى Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Luqman (31) : 34).

Manusia itu tidak dapat mengetahui dengan pasti apa yang akan diusahakannya besok atau yang akan diperolehnya, namun demikian mereka diwajibkan berusaha (ikhtiar) – memilih faktor-faktor yang terbaik yang mendukung keberhasilan). Adalah suatu karunia yang sangat besar, bahwa Allah سبحانه وتعالى  menjadikan ajal kita ini, sebagai suatu yang gaib/rahasia. Dengan demikian, setiap manusia mempersiapkan diri untuk bertemu dengan Allah سبحانه وتعالى  setiap saat pagi, siang, dan malam.

Sehingga, dalam situasi ketidakpastian, kita bisa beramal shalih lebih baik. Menjalani hidup ini lurus. Tidak berhenti menanam dan mengukir amal shalih.Tanpa menghiraukan persepsi pihak lain, baik pro maupun kontra. Jadi, setiap saat di antara kita, tidak ada yang meyakini kapan hidup akan berakhir.

Rasulullah menceritakan kepada kita bahwa, “Boleh jadi di antara Continue reading Memahami Arah Perjalanan Kehidupan Kita (1)

Anak TK Bicara Pacar? Kenalkan Makna Cinta pada Anak Sejak Dini

kenalkan arti cinta sesungguhnya pada anak-anak kita
kenalkan arti cinta sesungguhnya pada anak-anak kita

BAHASAN tentang cinta seolah tiada tepinya. Berbagai macam sudut pandang hadir ke permukaan untuk mendefinisikan secara pasti tentang arti cinta yang sesungguhnya.

Namun, pada umumnya cinta banyak dikupas pada aspek hubungan spesial antara pria dan wanita dewasa. Selebihnya, kurang mendapat perhatian memadai. Padahal, dalam kehidupan, bukan hanya remaja, anak kecil pun sudah akrab dengan kata cinta.

Anak-anak kita hari ini, disadari atau tidak telah terkontaminasi dengan pengertian dan praktik cinta yang salah, khususnya pada aspek hubungan lawan jenis. Bisa dibayangkan, anak belum TK saja sudah biasa mengatakan kata pacar.

Lebih dari sekedar kata, anak-anak balita ini juga memberi perhatian khusus kepada teman yang diakuinya sebagai pacar. Seorang ibu pernah bertutur, suatu saat anak putrinya terlihat cukup sibuk mempersiapkan sesuatu yang akan dibawa ke sekolah. Setelah diteliti, ternyata ada buah dan susu mineral yang lebih dari satu.

Keesokan harinya, sang ibu bertanya kepada anaknya. “Nak, kenapa kemarin bawa buah dan susu agak banyak?” Sang anak menjawab polos, “Itu kan untuk pacar aku di sekolah ma. Dia itu anaknya baik, suka ngasih susu juga ke aku. Teman-teman bilang dia itu pacarku,” jelasnya.

Berikan Pemahaman

Mungkin ada beragam pendapat terhadap kasus tersebut. Tetapi yang namanya anak, meskipun secara umur, akalnya belum mampu bekerja secara dewasa, tetapi memori dan perasaannya sudah mulai aktif. Kita tidak bisa bayangkan, jika suatu saat dia dewasa dan menikah, kemudian menganggap masa sekolah dengan pacarnya itu dianggap sebagai masa paling indah.

Jelas ini suat kekeliruan. Belum lagi, kalau kemudian ada kemungkinan yang mengarah hubungan masa kecil itu bersemi kala dewasa. Sementara satu di antaranya telah berumah tangga. Jelas ini bahaya. Mungkin, ini terlalu jauh, tetapi fakta di lapangan menunjukkan bahwa memori kebanyakan orang bersama pacar adalah memori yang sulit dilupakan.

Untuk itu, tugas orangtua di era modern ini tidak cukup pada soal anak berangkat sekolah atau tidak. Tetapi lebih jauh harus memantau pergaulan anak-anaknya, meskipun masih usia TK atau balita. Karena, pada masa tersebut, memori sudah aktif dan perasaan juga sudah bekerja.

Kasus lain cukup menggelikan, tetapi ini berdampak serius terhadap pemahaman anak. Suatu saat di senja hari, anak-anak bermain bersama teman sebayanya. Seorang bu melihat tanpa sengaja, putrinya berpelukan dan berciuman dengan anak tetangga yang laki-laki.

Usai makan malam, sang ibu bertanya. “Kenapa tadi mainnya kok pakai ciuman dan pelukan segala?” Anaknya dengan santai menjawab, “Itu kasih sayang ma. Aku sayang sama teman-temanku.”

Tentu ini satu peristiwa yang boleh jadi kasuistik. Tetapi, kalau dinalar secara sederhana saja, pemahaman dan praktik cinta yang salah ini memang merebak dimana-mana, terutama di televisi. Berbagai tayangan film, sinetron, termasuk iklan produk, bahkan kini juga masuk dalam dunia komedi, secara perlahan namun pasti semua itu merasuki otak anak.

Maka di sini, para orangtua mesti waspada. Pepatah mengatakan, kebakaran besar terjadi berawal dari percikan api yang kecil, namun tidak disadari dan dibiarkan. Lantas bagaimana kita memahamkan masalah cinta dan kasih kepada anak-anak.

Islam telah memberikan panduan jelas tentang hal ini. Pertama, orangtua mesti mengenalkan kepada anak-anaknya perihal jenis kelamin. Anak harus tau bahwa dirinya perempuan atau laki-laki. Setelah itu, masuk satu penjelasan bahwa seorang perempuan dilarang berciuman atau berpelukan dengan teman laki-laki.

Kedua, anak diarahkan untuk memahami apa itu cinta dan kasih sayang. Berciuman dan berpelukan itu memang tanda cinta dan kasih sayang. Tetapi itu hanya berlaku dalam keluarga, anak kepada ayah, atau ayah kepada ibu. Ciuman dan pelukan itu tidak berarti cinta dan kasih bagi anak-anak yang beda jenis kelamin.

Pengertian ini mungkin dianggap terlalu berlebihan atau lebay dalam bahasa gaulnya, tetapi ini harus masuk dalam sistim kesadaran anak-anak kita sendiri, sebagai kandidat Muslim penerus generasi umat.

Ketiga, selain membiasakan berjilbab bagi anak perempuan, setiap hari orangtua mesti memberikan atau menguji pemahaman anak perempuannya perihal jilbab. “Kenapa pakai jilbab,” misalnya suatu saat kepada anak yang sudah biasa berjilbab. Hal ini untuk mengetahui apakah anak sudah memahami atau sekedar terbiasa berjilbab saja.

Tanamkan Rasa Cinta Kepada Allah

Tugas terberat para orangtua adalah menanamkan rasa cinta kepada Continue reading Anak TK Bicara Pacar? Kenalkan Makna Cinta pada Anak Sejak Dini

Jangan Merasa Cukup Bekali Anak dengan Urusan Skill

SEJAK dunia didominasi oleh frame berpikir materialisme, hampir semua masyarakat di seluruh penjuru bumi memahami pendidikan sebatas investasi masa depan agar generasi sebagai seorang individu bias memiliki skill  dan bisa meraih kesenangan duniawi.

Tidak heran jika hari ini muncul banyak pakar tapi sesungguhnya buta terhadap pemahaman syari’ah agamanya sendiri. Banyak pakar yang mengaku hukum Islam, tapi tidak mengerti al-Qur’an dan Hadits.

Dampak dari semua itu adalah banyak orangtua bingung mengatur jadwal anak mereka les matematika, bahasa Inggris, musik, les biola, namun tidak merasa khawatir anaknya tak mampu membaca dan memahami kandungan al-Qur’an, yang itu justru kewajiban yang harus ditunaikan atas keyakinan agamanya sendiri.

Bahkan, tidak jarang banyak ditemukan orangtua tidak merasa gelisah ketika anak-anaknya sudah masuk usia ambang baligh tapi belum tuntas dalam urusan kewajiban-kewajiban seperti sholat.

Sesungguhnya Islam, sama sekali tidak menolak pemahaman yang demikian itu. Dalam al-Qur’an Allah telah memberikan petunjuk bahwa tidak satu pun Nabi dan Rasul yang diutus melainkan memiliki skill khusus yang menunjang kehidupan mereka sebagai manusia yang membutuhkan rizki halal yang sekaligus menjalani misi kenabian mereka.

Nabi Nuh adalah arsitek perkapalan, Nabi Musa seorang penggembala, Nabi Ibrahim arsitek bangunan, Nabi Daud ahli metalurgi, Nabi Sulaiman ahli meteorologi dan geofisika, Nabi Yusuf ahli ekonomi dan keuangan negara, dan Nabi Muhammad adalah pakar bisnis dan perdagangan.

Tetapi di balik keahlian yang mereka miliki, mereka tetap berada pada fokus dan orientasi keimanan, sehingga keahlian yang mereka miliki tidak menjadikan mereka ambisius terhadap kehidupan dunia. Sebaliknya justru menjadi media utama untuk mengajak manusia pada jalan iman. Hal inilah yang berhasil dibangun oleh para orangtua pada tujuh abad pertama Hijriyah.

Kala itu, tidak satu pun ilmuwan yang tidak hafal al-Qur’an, taat beribadah dan komitmen terhadap ilmu dan iman. Sebut saja misalnya, Fakhruddin Al-Razi, ia adalah pakar matematika yang juga ahli tafsir, Ibn Sina, seorang dokter yang juga pakar al-Qur’an, dan Imam Ghazali seorang rektor universitas ternama di zamannya yang pakar filsafat dan juga ahli makrifat.

Dengan kata lain, tidak sepatutnya para orangtua memahami pendidikan secara dikotomis, di mana di satu sisi anak didorong untuk benar-benar menguasai satu keahlian dunia, tetapi di sisi lain, apa yang semestinya dimiliki anak kita dengan penuh kebanggaan, yakni iman dan takwa justru terabaikan dan dianggap nomor dua.

Jika hal ini terjadi, maka akan selalu lahir banyak orang ahli dalam berbagai bidang, namun hati/pikiran dan keahliannya tidak dikawal oleh iman dan agama mereka.

Akhirnya, mudah kita temukan banyak orang ahli, tetapi kehadirannya di dunia tidak mendatangkan kemaslahatan, justru menjadikan musibah.

Tujuan Pendidikan

Agar anak-anak kita ke depan mampu meneladani kehebatan, kecerdasan dan Continue reading Jangan Merasa Cukup Bekali Anak dengan Urusan Skill

Keutamaan dan Kemuliaan bulan Muharram (3)

Lanjutan ARTIKEL Kedua

Oleh: Shalih Hasyim

Panduan Amalan Di Bulan Muharram

Sebentar lagi kita akan memasuki bulan pertama Hijriyah. Dari bulan inilah kaum Muslimin pertama terjadi perubahan secara fundamental. Mereka menyambut kehadirannya dengan antusiasme yang tinggi ditandai dengan memuliakannya diisi amal shalih.

Berikut adalah beberapa amalan sunnah di bulan Muharram.

Memperbanyak puasa selama bulan Muharram

Dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ الله الْمُحَرَّمِ

“Sebaik-baik puasa setelah Ramadlan adalah puasa di bulan Allah, bulan Muharram.”       (HR. Muslim),

Dari Ibn Abbas radliallahu ‘anhuma, beliau mengatakan :                                                

اَلْيَوْمَ يَوْمُ عَاشُوْرَاء وَهَذَا الشَّهْرُ – يَعْنِى شَهْرُ رَمَضَانَ – مَارَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَحَرَّى صِيَامَ يَوْمٍ فَضَّلَهُ اللهُ عَلَى غَيْرِهِ اِلاَّ هَذَا.

“Saya tidak pernah melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memilih satu hari untuk puasa yang lebih beliau unggulkan dari pada yang lainnya kecuali puasa hari Asyura’, dan puasa bulan Ramadhan.” (HR. Al Bukhari dan Muslim).

Puasa Asyura’ (puasa tanggal 10 Muharram)

Dari Abu Musa Al Asy’ari radliallahu ‘anhu, beliau mengatakan: Continue reading Keutamaan dan Kemuliaan bulan Muharram (3)

Keutamaan dan Kemuliaan bulan Muharram (2)

lanjutan dari Artikel Pertama

oleh: Shalih Hasyim

Karakteristik bulan Muharram

Karakteristik Pertama:  Menguatkan Kembali Semangat Hijrah

Setiap memasuki tahun baru Islam, kita hendaknya memiliki semangat baru untuk merancang dan melaksanakan hidup ini secara lebih baik. Besok harus lebih baik dari hari ini. Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin. Kita ini hanya terikat oleh tiga masa. Masa lalu, masa kini, dan masa depan.

Tahun hijriyah mulai diberlakukan pada masa Khalifah Umar bin Khattab. Sistem penanggalan Islam itu tidak mengambil nama ‘Tahun Muhammad’ atau ‘Tahun Umar’. Artinya, tidak mengandung unsur pemujaan seseorang atau penonjolan personifikasi, tidak seperti sistem penanggalan Tahun Masehi yang diambil dari gelar Nabi Isa, Al-Masih (Arab) atau Messiah (Ibrani).

Penetapan nama Tahun Hijriyah (al-Sanah al-Hijriyah) merupakan Continue reading Keutamaan dan Kemuliaan bulan Muharram (2)

Keutamaan dan Kemuliaan bulan Muharram (1)

oleh: Shalih Hasyim

BULAN Muharram atau yang lebih dikenal masyarakat Jawa dengan nama bulan Syuro adalah bulan pertama dalam kalender hijriyah. Tahun ini bulan Muharram jatuh pada tanggal 05 November 2013. Bulan Muharram memiliki keagungan yang sangat tinggi dalam al-Qur’an dan as-Sunnah, bukanlah bulan yang mendatangkan bala (bencana) atau bulan sial, sebagaimana dipahami masyarakat awam.

Bulan ini adalah bulan di mana Continue reading Keutamaan dan Kemuliaan bulan Muharram (1)

Raih Keberuntungan dengan Cukup Berpedoman al-Qur’an

SUDAH menjadi aksioma dalam kehidupan, tak satu pun manusia mau merugi. Namun sayangnya, tidak semua orang benar-benar memahami hakikat keberuntungan. Sebagian besar menyandarkan keberuntungan pada pangkat, kedudukan, dan kekayaan. Sebagian yang lain membuat sandaran sendiri sesuai dengan imajinasi atau pun ilusi yang dibangunnya sendiri.

Padahal, al-Qur’an sebagai mukjizat akhir zaman telah memberikan definisi, kriteria bahkan panduan untuk setiap Muslim meraih keberuntungan hakiki. Ingat, keberuntungan hakiki, bukan keberuntungan semu. Istilah sekarang bukan KW-KW-an.

Sayangnya, karena Continue reading Raih Keberuntungan dengan Cukup Berpedoman al-Qur’an

Duhai Wanita, Apa yang Kau Pikirkan tentang Tubuhmu? (2)

hijab_right
hijab_right

Oleh: Nayla Ridla, MSi 

Tak Pacaran = Kuper?

Sudah bukan rahasia lagi, betapa banyak wanita yang telah menyerahkan kehormatan yang sesungguhnya amat tersembunyi hingga hamil di luar nikah. Tak bisa dibayangkan, yang letaknya amat rahasia saja hilang apalagi yang tidak. Pacaran seperti sudah menjadi bagian gaya hidup. Tidak keren jika tidak pacaran. Merasa ketinggalan jaman dan Kuper (Kurang Pergaulan, red) jika tidak pacaran. Menganggap tak mungkin bisa menikah tanpa didahului proses berpacaran. Tak disadari bahwa pacaran sesungguhnya sama saja dengan membuka pintu lebar-lebar bagi setan untuk memasuki dan menggoda lebih dalam lagi.

Pacaran, sangat terlarang dalam Islam. Sebab, Continue reading Duhai Wanita, Apa yang Kau Pikirkan tentang Tubuhmu? (2)