Tag Archives: pacaran

Anak TK Bicara Pacar? Kenalkan Makna Cinta pada Anak Sejak Dini

kenalkan arti cinta sesungguhnya pada anak-anak kita
kenalkan arti cinta sesungguhnya pada anak-anak kita

BAHASAN tentang cinta seolah tiada tepinya. Berbagai macam sudut pandang hadir ke permukaan untuk mendefinisikan secara pasti tentang arti cinta yang sesungguhnya.

Namun, pada umumnya cinta banyak dikupas pada aspek hubungan spesial antara pria dan wanita dewasa. Selebihnya, kurang mendapat perhatian memadai. Padahal, dalam kehidupan, bukan hanya remaja, anak kecil pun sudah akrab dengan kata cinta.

Anak-anak kita hari ini, disadari atau tidak telah terkontaminasi dengan pengertian dan praktik cinta yang salah, khususnya pada aspek hubungan lawan jenis. Bisa dibayangkan, anak belum TK saja sudah biasa mengatakan kata pacar.

Lebih dari sekedar kata, anak-anak balita ini juga memberi perhatian khusus kepada teman yang diakuinya sebagai pacar. Seorang ibu pernah bertutur, suatu saat anak putrinya terlihat cukup sibuk mempersiapkan sesuatu yang akan dibawa ke sekolah. Setelah diteliti, ternyata ada buah dan susu mineral yang lebih dari satu.

Keesokan harinya, sang ibu bertanya kepada anaknya. “Nak, kenapa kemarin bawa buah dan susu agak banyak?” Sang anak menjawab polos, “Itu kan untuk pacar aku di sekolah ma. Dia itu anaknya baik, suka ngasih susu juga ke aku. Teman-teman bilang dia itu pacarku,” jelasnya.

Berikan Pemahaman

Mungkin ada beragam pendapat terhadap kasus tersebut. Tetapi yang namanya anak, meskipun secara umur, akalnya belum mampu bekerja secara dewasa, tetapi memori dan perasaannya sudah mulai aktif. Kita tidak bisa bayangkan, jika suatu saat dia dewasa dan menikah, kemudian menganggap masa sekolah dengan pacarnya itu dianggap sebagai masa paling indah.

Jelas ini suat kekeliruan. Belum lagi, kalau kemudian ada kemungkinan yang mengarah hubungan masa kecil itu bersemi kala dewasa. Sementara satu di antaranya telah berumah tangga. Jelas ini bahaya. Mungkin, ini terlalu jauh, tetapi fakta di lapangan menunjukkan bahwa memori kebanyakan orang bersama pacar adalah memori yang sulit dilupakan.

Untuk itu, tugas orangtua di era modern ini tidak cukup pada soal anak berangkat sekolah atau tidak. Tetapi lebih jauh harus memantau pergaulan anak-anaknya, meskipun masih usia TK atau balita. Karena, pada masa tersebut, memori sudah aktif dan perasaan juga sudah bekerja.

Kasus lain cukup menggelikan, tetapi ini berdampak serius terhadap pemahaman anak. Suatu saat di senja hari, anak-anak bermain bersama teman sebayanya. Seorang bu melihat tanpa sengaja, putrinya berpelukan dan berciuman dengan anak tetangga yang laki-laki.

Usai makan malam, sang ibu bertanya. “Kenapa tadi mainnya kok pakai ciuman dan pelukan segala?” Anaknya dengan santai menjawab, “Itu kasih sayang ma. Aku sayang sama teman-temanku.”

Tentu ini satu peristiwa yang boleh jadi kasuistik. Tetapi, kalau dinalar secara sederhana saja, pemahaman dan praktik cinta yang salah ini memang merebak dimana-mana, terutama di televisi. Berbagai tayangan film, sinetron, termasuk iklan produk, bahkan kini juga masuk dalam dunia komedi, secara perlahan namun pasti semua itu merasuki otak anak.

Maka di sini, para orangtua mesti waspada. Pepatah mengatakan, kebakaran besar terjadi berawal dari percikan api yang kecil, namun tidak disadari dan dibiarkan. Lantas bagaimana kita memahamkan masalah cinta dan kasih kepada anak-anak.

Islam telah memberikan panduan jelas tentang hal ini. Pertama, orangtua mesti mengenalkan kepada anak-anaknya perihal jenis kelamin. Anak harus tau bahwa dirinya perempuan atau laki-laki. Setelah itu, masuk satu penjelasan bahwa seorang perempuan dilarang berciuman atau berpelukan dengan teman laki-laki.

Kedua, anak diarahkan untuk memahami apa itu cinta dan kasih sayang. Berciuman dan berpelukan itu memang tanda cinta dan kasih sayang. Tetapi itu hanya berlaku dalam keluarga, anak kepada ayah, atau ayah kepada ibu. Ciuman dan pelukan itu tidak berarti cinta dan kasih bagi anak-anak yang beda jenis kelamin.

Pengertian ini mungkin dianggap terlalu berlebihan atau lebay dalam bahasa gaulnya, tetapi ini harus masuk dalam sistim kesadaran anak-anak kita sendiri, sebagai kandidat Muslim penerus generasi umat.

Ketiga, selain membiasakan berjilbab bagi anak perempuan, setiap hari orangtua mesti memberikan atau menguji pemahaman anak perempuannya perihal jilbab. “Kenapa pakai jilbab,” misalnya suatu saat kepada anak yang sudah biasa berjilbab. Hal ini untuk mengetahui apakah anak sudah memahami atau sekedar terbiasa berjilbab saja.

Tanamkan Rasa Cinta Kepada Allah

Tugas terberat para orangtua adalah menanamkan rasa cinta kepada Continue reading Anak TK Bicara Pacar? Kenalkan Makna Cinta pada Anak Sejak Dini

Duhai Wanita, Apa yang Kau Pikirkan tentang Tubuhmu? (2)

hijab_right
hijab_right

Oleh: Nayla Ridla, MSi 

Tak Pacaran = Kuper?

Sudah bukan rahasia lagi, betapa banyak wanita yang telah menyerahkan kehormatan yang sesungguhnya amat tersembunyi hingga hamil di luar nikah. Tak bisa dibayangkan, yang letaknya amat rahasia saja hilang apalagi yang tidak. Pacaran seperti sudah menjadi bagian gaya hidup. Tidak keren jika tidak pacaran. Merasa ketinggalan jaman dan Kuper (Kurang Pergaulan, red) jika tidak pacaran. Menganggap tak mungkin bisa menikah tanpa didahului proses berpacaran. Tak disadari bahwa pacaran sesungguhnya sama saja dengan membuka pintu lebar-lebar bagi setan untuk memasuki dan menggoda lebih dalam lagi.

Pacaran, sangat terlarang dalam Islam. Sebab, Continue reading Duhai Wanita, Apa yang Kau Pikirkan tentang Tubuhmu? (2)

Duhai Wanita, Apa yang Kau Pikirkan tentang Tubuhmu? (1)

Hijab
Hijab is basic Human Right

MESKI aku wanita, kadang aku tidak mengerti dengan makhluk bernama wanita. Ada berjuta warna tentang wanita. Ada wanita yang amat menjaga kehormatannya, ada setengah hati menjaga dan ada pula yang menjual kehormatan tanpa harga.

Ada wanita yang merasa amat terhina saat dipandang sedemikian rupa oleh lelaki. Namun ada yang biasa saja, sebaliknya bahkan ada yang merasa senang dan bangga.

Dari cara berpakaian pun ketahuan, mana wanita yang menghargai dirinya sendiri, mana yang tidak. Wanita yang menutup seluruh badannya kecuali muka dan telapak tangan dengan pakaian longgar tentu sangat berbeda dengan mereka yang menutup seluruh auratnya dengan kain transparan dan ketat membentuk tubuh.

Juga berbeda pula antara wanita yang membiarkan bagian tubuhnya terbuka dan terlihat semua orang dan tidak.

Duhai wanita, benar-benar aku tak mengerti. Bukankah telah datang padamu pengetahuan tentang cara berpakaian yang datangnya dari Sang Pencipta? Di zaman sekarang rasanya tak mungkin engkau tak tahu aturan itu.

Bukankah pengajian dan majelis taklim pun bertebaran di sekitarmu? Di masjid, mushola, rumah tetangga, televisi, radio, koran, majalah dan masih banyak sumber informasi lainnya. Bukankah saat engkau keluar rumah, amat mudah dijumpai wanita yang menutup aurat dengan benar?

Tak pernahkah engkau berpikir dan bertanya-tanya dalam hatimu, mengapa mereka seperti itu dan engkau tidak? Bukankah engkau dan ia sama-sama wanita? Sama-sama memiliki keindahan kulit dan tubuh yang menarik bagi lawan jenis.

Duhai wanita, engkau adalah makhluk amat indah. DiciptakanNya perasaanmu selembut salju. Jadi tutupilah auratmu secara benar dan utuh, tidak minimalis seperti bangunan rumah yang siapapun bebas menatap keindahannya.

Minimalis, karena selain muka dan telapak tangan masih engkau tampakkan keindahan bagian yang lain. Masih engkau tampakkan bayang-bayang tubuh dan rambutmu dibalik kain kerudung dan baju yang dipakai. Masih terlihat lekuk-lekuk tubuhmu karena ketatnya pakaian yang menutupi badan. Masih engkau perlihatkan auratmu di sekitar rumah, karena engkau hanya menutupinya saat pergi-pergi saja. Engkau masih menganggap pakaian taqwa seperti mode, yang perlu dihias disana sini hingga menarik perhatian, yang hanya dikenakan saat kuliah, sekolah, kerja, belanja ke pasar dan aktifitas yang jauh dari rumah lainnya.

Duhai wanita, apa sebenarnya yang menghalangimu untuk berhijab sempurna? Yang semata dilakukan karena Allah, bukan yang lain.

Yang dikenakan hanya untuk mematuhi perintah Allah, bukan yang lain. Bukan agar tampil lebih menarik, modis, keren, dan mengundang decak kagum siapa pun yang memandangnya.

Berhijab karena Allah, adalah berhijab sesuai dengan yang Allah kehendaki.  Bukan berhijab “semau gue” tanpa aturan. Bukan pula “asal-asalan” tanpa pedoman. Karena berhijab adalah bagian dari kewajiban. Bernilai ibadah, yang berpahala jika dilaksanakan dan berdosa bila ditinggalkan.

Bila tanpa aturan, maka muncullah berhijab modern sebagai bagian dari mode yang berubah-ubah mengikuti trend pasar. Berkerudung namun tipis dan tak sampai menutupi dada. Berkerudung tapi masih pake baju transparan ala Korea. Berkerudung tapi bercelana pensil amat ketat hingga terlihat jelas bentuk pinggul dan kaki. Berkerudung tapi baju amat ngepress di badan seperti ketupat. Sungguh, berhijab model begitu tidak seperti yang Allah kehendaki. Allah menghendaki seorang wanita mulia, terjaga dan terlindungi. Dan itu hanya akan ada kala sempurna berhijab mengikuti aturanNya yang tertuang indah dalam Al-Quran.

Allah berfirman:  وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ

“Dan hendaklah mereka menutup kain kerudung hingga ke dadanya.”  (al-Quran surat An Nuur : 31)

Demikian juga Allah berfirman

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُل لِّأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاء الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِن جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَن يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُوراً رَّحِيماً

“Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS: Al Ahzab [55]: 59)

Penulis peminat masalah kewanitaan

Sumber: https://www.hidayatullah.com/read/2013/11/12/7244/duhai-wanita-apa-yang-kau-pikirkan-tentang-tubuhmu-1.html

WANITA CANTIK BERTANYA SAMA USTADZ MUDA

Seorang wanita cantik dan gaul mendekati seorang lelaki soleh yang belum menikah. Dia penasaran kenapa lelaki tampan yang juga seorang ustadz ini nggak tertarik sama dirinya. Padahal puluhan lelaki mengejar-ngejar dirinya. Akhirnya di sebuah kesempatan kajian keslaman, sang wanita yang terpaksa memakai kerudung gaul itu memberanikan diri bertanya pada sang lelaki ini yang menjadi narasumber kajian tersebut.

Wanita: “Ustadz muda yang tampan dan soleh, apakah dalam Islam ada yang namanya pacaran?”

Ustadz: “Maaf Mba, sebelumnya terimakasih sudah mendo’akan saya. Sejujurnya saya masih jauh untuk dikatakan soleh. Segala puji itu hanya milik Allah yang Maha Mulia. Memang dalam quran surat Al-Isro ayat 32 Allah menegaskan, “Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk.” Nah, pacaran itu salah satu jalan mendekati zina”

Wanita: “Tapi bagaimana dong caranya kita kenal dengan calon suami kita. Emangnya kita mau beli kucing dalam karung?”

Ustadz: “Mba sepertinya orang cerdas. pasti bisa jawab pertanyaan ini, Coba kalau seorang penjual ingin dagangannya cepat laku. Apa yang mesti dia lakukan?”

Wanita: (Mengernyitkan dahinya) “Mm.. kebetulan saya dulu jurusan manajemen, saya coba jawab ya. Jadi gini ibu-ibu, sang pedagang pasti akan berusaha supaya si pembeli tertarik. Iklannya harus menarik, packagingnya harus keren, diskon besar, mm.. ya gitu deh. Ih ustadz kok malah nanya balik?”

Ustadz: “Terimakasih Mba, tepat sekali jawabannya. Itulah bedanya orang yang menikah dengan cara pacaran dan cara ta’aruf yang disukai Allah”.

Wanita: “Maksud Ustadz gimana sih? Makin bingung deh! Iya kan jama’ah?” (Sambil melihat pada para jama’ah)

Ustadz: “Saat seseorang berpikir bahwa pacaran bisa membuat dirinya lebih mengenal calon pasangan hidupnya. Sebenarnya yang sedang dilakukan dirinya adalah memperindah kemasan alias topeng dirinya supaya calon pasangannya suka dengan dirinya. Misalnya: kalau jalan berdua pasti pake baju paling bagus, sisiran paling rapi, mobil kalau lelaki pake mobil bagus walau modal pinjem, sampe nraktir walau pake uang pinjaman kanan kiri. Wanitanya juga demikian, ia akan berdandan bak artis, pake make up tebal biar si pacar makin demen. Nah apakah selama 2 tahun jalan berdua mereka sudah mengenal 100 persen pasangannya? Saat menikah ketahuan deh ternyata lelakinya gak punya mobil, males-malesan, atau justru wanitanya cantik hanya saat dimakeup, konsumtif, dan bau badan misalnya. Wajar, kalau akhirnya banyak terjadi pacaran 7 tahun, cerai setelah 7 bulan nikah.”

Wanita: “I.. iya juga sih Ustadz. Tapi bagaimana cara kita mengenal calon pasangan kita? Nikah kan sekali seumur hidup?”

Ustadz: “Inilah indahnya Islam Mba. Islam sangat menjunjung tinggi nilai pernikahan. Maka untuk masa pengenalan ada namanya ta’aruf. Dalam jangka waktu itu setiap pasangan diperkenankan mencari tahu selengkap mungkin tentang kepribadia, kesehatan juga latar belakang keluarga calon. Tentunya dengan tidak berdua-duaan, sms mesra, atau kegiatan yang mendekati zina lainnya. Kalau memang ada kepentingan bisa sms sekedarnya atau lewat perantara saudara. Saat ada yang mau didiskusikan untuk ke jenjang pernikahan harus ditemani mahromnya. Biar tidak terjadi fitnah”.

Wanita: “Ribet banget sih.. Mau nikah aja sulit banget!”

Ustadz: “Lebih sulit lagi kalau orang tua membiarkan anak wanitanya jalan berdua dengan calon yang belum pasti menikahinya. Namun yang sudah pasti bermaksiat dengannya. Berapa banyak yang pulang hilang kehormatannya. Lalu dijauhi begitu saja oleh sang lelaki saat sudah menikmati manisnya? Disinilah Islam menjaga harga diri dan kehormatan wanita.”

Wanita: (Mulai paham, dan merasa dirinya kotor) “Ustadz, tapi apakah seorang wanita yang banyak dosa dan masa lalunya kelam bisa dapatkan suami yang soleh?”

Ustadz: Jangan takut Mba, ampunan Allah begitu besar. InsyaAllah jika kita terus mensucikan diri maka Allah akan memberikan jodoh terbaik bagi diri kita. InsyaAllah”

Wanita: “Terimakasih Ustadz. Do’akan agar saya dan para wanita lainnya bisa bertaubat dan menjadi sebaik-baik wanita yang dicintai Allah dan mendapatkan jodoh lelaki soleh seperti Ustadz.”

Ustadz: “Aamiin. Barokallahufikum”

Silahkan di-SHARE. Moga bermanfaat buat sahabat-sahabat kita 

Setia Furqon Kholid
Madinah Al-Munawarroh, 9 Muharam 1435 H

UdahPutusinAja

#UdahPutusinAja
#UdahPutusinAja

01. nilai sendiri | lelaki yang cari pacar biasanya sudah mapan atau jauh dari mapan?

02. faktanya | lelaki yang cari pacar hampir semua yang belum mapan | karena pacaran memang nggak perlu mapan

03. karena lelaki belum mapan, dan jauh dari tanggung jawab | nikah? mana mampu | maka pacaran adalah yang paling cocok baginya

04. buktikan aja | tanya lelaki yang pacaran, “kenapa nggak langsung nikah?” | anda temukan jawabannya cerminkan ketidak mapanan

05. masih sekolah-lah, belum cukup penghasilan-lah, belum siap-lah, ortu belum setuju-lah | itu tandanya dia belum mapan kan?

06. jadi jelas ya | kalau ada lelaki macam ini alasan “pacaran penjajakan pra nikah” | jelas bohong | dia nggak niat nikah

07. pertanyaannya | bila pacaran itu bukan penjajakan pra nikah karena lelaki belum mapan | terus pacaran itu apa?

08. yang jelas banget | bagi lelaki dan wanita | pacaran arena baku syahwat | nikmat memang, enak memang | namanya juga syahwat

09. dan yang namanya syahwat nggak pernah cukup | awalnya minta yang biasa, akhirnya bikin binasa

10. yuk kita pikir jernih | kamu masih SMP atau SMA | lalu berencana menikah setelah lulus kuliah dan kerja | itu berarti 9-12 tahun lagi Continue reading UdahPutusinAja