Istilah etsukunografi berasal dari kata ethnos yang berarti bangsa dan graphy yang berarti tulisan. Jadi, pengertian etnografi adalah deskripsi tentang bangsa-bangsa. Beberapa pendapat ahli antropologi mengenai pengertian etnografi sebagai berikut. Menurut pendapat Spradley, etnografi adalah kegiatan menguraikan dan menjelaskan suatu kebudayaan. Koentjaraningrat (1985), juga menjelaskan isi karangan etnografi adalah suatu deskripsi mengenai kebudayaan suatu suku bangsa.

Dalam penulisan etnografi, pada umumnya seorang peneliti membatasi objek penelitian dengan mengambil salah satu unsur kebudayaan yang diteliti pada sekelompok masyarakat tertentu. Misalnya adalah meneliti sistem kesenian tradisional masyarakat daerah tertentu, meneliti tentang macam-macam upacara adat yang berkembang dalam masyarakat di suatu daerah. Jika daerah yang dijadikan objek pengamatan terlalu luas pada umumnya peneliti membatasi dengan mengambil bagian kecil dari daerah tersebut yang dianggap dapat mewakili keadaan di seluruh daerah pengamatan. Misalnya adalah untuk mengamati adat istiadat masyarakat suku Jawa diambil daerah penelitian pada masyarakat pedesaan di wilayah Kabupaten Klaten – Surakarta yang dianggap dapat mewakili keseluruhan perilaku khas orang Jawa.

Dalam penyusunan sebuah karangan etnografi, kita dapat menggunakan tahapan sebagai berikut:

  1. Pemilihan lokasi penelitian

Menurut J.A. Clifton dalam bukunya yang berjudul Introduction to Cultural Anthropology, batasan lokasi yang akan dipergunakan sebagai penelitian sebagai berikut.

  1. Kesatuan masyarakat yang dibatasi oleh satu desa atau lebih.
  2. Kesatuan masyarakat yang terdiri atas penduduk yang mengucapkan satu bahasa atau satu logat bahasa yang sama.
  3. Kesatuan masyarakat yang dibatasi oleh garis batas suatu daerah politik-administratif.
  • Kesatuan masyarakat yang batasnya ditentukan oleh rasa identitas penduduknya sendiri.
  • Kesatuan masyarakat yang ditentukan oleh suatu wilayah geografi yang merupakan kesatuan daerah fisik.
  • Kesatuan masyarakat yang ditentukan oleh kesatuan ekologi.
  • Kesatuan masyarakat dengan penduduk yang mengalami satu pengalaman sejarah yang sama.
  • Kesatuan masyarakat dengan penduduk yang frekuensi interaksinya satu dan lainnya merata tinggi.
  • Kesatuan masyarakat dengan susunan sosial yang seragam atau homogen.

2 . Menyusun kerangka etnografi

Penelitian etnografi merupakan penelitian yang bersifat holistik atau menyeluruh, artinya penelitian etnografi tidak hanya mengarahkan perhatiannya kepada salah satu atau beberapa variabel tertentu saja. Hal itu didasarkan pada pandangan bahwa budaya merupakan keseluruhan sistem yang terdiri atas bagian-bagian yang tidak dapat dipisahkan.

Unsur-unsur dalam kebudayaan suatu suku bangsa yang dapat dijadikan sebagai kerangka etnografi sebagai berikut:

  • Bahasa.
  • Sistem teknologi.
  • Sistem ekonomi.
  • Organisasi sosial.
  • Sistem pengetahuan.
  • Kesenian.
  • Sistem religi.

Keseluruhan unsur-unsur tersebut bersifat universal, artinya semua kebudayaan suku bangsa pasti terdapat unsur-unsur itu. Mengenai urutan mana yang menjadi prioritas penelitian dari keseluruhan unsur kebudayaan tersebut bergantung sepenuhnya kepada peneliti. Namun, sistem urutan yang biasa dipergunakan dalam studi etnografi diawali dari hal-hal yang bersifat konkret menuju ke hal-hal yang paling abstrak. Dalam hal ini unsur bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan yang paling konkret, karena hal pertama yang kita jumpai dalam penelitian terhadap penduduk di suatu daerah adalah bahasa pergaulan yang mereka gunakan sehari-hari. Amat jarang kiranya seseorang langsung menggunakan bahasa isyarat saat pertama bertemu dengan orang asing. Hal yang lazim dilakukan oleh orang saat pertama bertemu dengan orang asing adalah mencoba mengajaknya berkomunikasi dengan bahasa lisan yang biasa ia gunakan.

  1. Menentukan metodologi penelitian

Banyak metode yang dapat dipilih dalam melaksanakan studi etnografi. Metode yang paling tepat digunakan, antara lain metode observasi dan metode interview.

  1. Metode Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan salah satu metode yang dipergunakan dalam penelitian. Dalam arti sempit, metode observasi dilakukan melalui pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki. Dalam arti luas, observasi merupakan proses yang kompleks dan tersusun dari berbagai proses biologis maupun psikologis. Dalam metode observasi yang terpenting adalah proses pengamatan dan ingatan.

  1. Metode Interview

GW Allport, seorang peneliti mengemukakan bahwa metode interview merupakan bentuk metode tanya jawab yang dipergunakan untuk menyelidiki pengalaman, perasaan, motif, serta motivasi rakyat. Adapun menurut Sutrisno Hadi, pakar metode penelitian di Indonesia menyatakan bahwa interview adalah suatu proses tanya jawab lisan di mana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik (face to face), yang satu melihat muka yang lain dan mendengarkan dengan telinga sendiri suaranya.

Metode interview merupakan alat pengumpul informasi yang langsung memberikan beberapa jenis data sosial, baik yang terpendam (latent) maupun yang nampak. Metode interview kurang tepat untuk menyelidiki aksi-reaksi orang dalam bentuk perilaku, namun interview merupakan alat yang sangat baik untuk mengetahui tanggapan, pendapat, keyakinan, perasaan, motivasi serta proyeksi seseorang terhadap masa depannya. Melalui interview dapat digali pengalaman masa lalu seseorang serta rahasia-rahasia yang dimiliki dalam hidupnya, sekaligus menangkap ekspresi seseorang. Oleh karena itu, diperlukan metode penting untuk memperoleh informasi yang akurat dari narasumber yang terpercaya. Keahlian khusus bagi si pewawancara (interviewer atau information hunter) untuk memperoleh data yang lengkap dan cermat dari narasumber (interviewee atau information supplyer). Data yang akurat sangat penting peranannya dalam menghasilkan penelitian yang objektif.

Peran interviewer sebagai motivator dalam proses interview dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.

1) Partisipasi, yaitu interviewer turut aktif dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh narasumber.

2) Identifikasi, yaitu interviewer memperkenalkan diri sebagai “orang dalam” dan meyakinkan narasumber bahwa ia adalah sahabat, atau bagian dari mereka dan bekerja untuk membantu mereka.

3) Persuasi, yaitu interviewer dengan sikap yang sopan dan ramah tamah, menerangkan maksud dan keperluan kedatangannya dan meyakinkan kepada narasumber mengenai pentingnya informasi yang diperlukan darinya.

4) Menggunakan “key person” atau tokoh pengantar, yaitu interviewer mengajak seseorang tokoh yang dikenal baik oleh narasumber. Tokoh tersebut sebagai pengantar sekaligus meyakinkan narasumber agar bersedia memberikan informasi yang dibutuhkan secara jujur.

Penerapan Antropologi

Tujuan akhir studi Antropologi adalah menemukan kebenaran tentang manusia, tentang peradaban dan kebudayaanya. Kebenaran sebagai hasil studi Antropologi diharapkan dapat digunakan untuk mewujudkan kehidupan manusia yang lebih baik dalam kontek kehidupan bermasyarakat. Apakah yang dimaksud dengan kebenaran? Apabila kita bersikap dan bertindak menurut norma-norma masyarakat maka itu disebut sikap dan perbuatan benar. Menjalankan peribadatan agama adalah perbuatan benar. Bersikap hormat kepada orang tua adalah perbuatan benar. Bila kita berkata jujur sesuai dengan fakta, maka itu adalah juga suatu kebenaran, dalam hal ini kebenaran sama dengan kejujuran. Ada banyak kebenaran, oleh karena itu menentukan tolak ukur kebenaran bukan merupakan suatu persoalan yang sederhana. Sejarah peradaban manusia menunjukkan tahapan-tahapan manusia dalam mencari kebenaran. Pada mulanya manusia mencari kebenaran melalui kepercayaannya. Contohnya adalah: gempa bumi disebabkan oleh karena sapi yang memikul bumi sedang marah; kalau ada wabah penyakit maka Nyai Roro Kidul di Pantai Selatan Pulau Jawa harus diberi sesajen atau penghormatan; keris tidak boleh dihunus separuh-separuh saja karena akan mendatangkan bahaya; menolak hujan dapat dilakukan dengan membakar cacing atau melemparkan pakaian dalam ke atas genteng; bila berada di Pantai Selatan jangan mengunakan pakaian berwarna hijau karena akan mengundang bahaya bagi keselamatan jiwanya.

 

Referensi:

Indriyawati, Emmy. 2009. Antropologi 2: untuk Kelas XII SMA dan MA. Jakarta: Pusat

Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Supriyanto. 2009. Antropologi Kontekstual: untuk SMA dan MA Program

Bahasa Kelas XII. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

blog.platechno.com